25.upacara

88.8K 15.1K 1K
                                    

Bel upacara berbunyi nyaring, membuat siswa-siswi SMA Medani berhamburan keluar kelas menuju lapangan sekolah.

Tidak lupa mereka memakai atribut lengkap agar tidak dihukum didepan lapangan, semua orang mengambil tempat barisan masing-masing sesuai kelas mereka.

Mozza sudah berada dibarisan paling depan sambil menahan panas dikarenakan hari ini matahari sangat terik.

"Gila sih ini panas banget!" keluh Sakya sambil mengipasi wajahnya menggunakan topinya.

"Hei, pakai topinya!" tegur pak Tono, Sakya langsung memakai kembali topinya.

"Topi itu di pakai dikepala bukan buat kipas!" pak Tono pergi setelah menyelesaikan ucapannya.

"Serah gue lah!" sahut Sakya menatap kepergian pak Tono dengan sinis.

"Awas lo pada mereka mau lewat."

"Tumben mereka ikut upacara?"

"Biarin aja kalo gue pingsan ada yang gendong gue."

"Idih najis, hari ini panas banget pas lihat mereka adem seketika."

"Kalo gini terus gue semangat buat upacara."

Mozza menoleh kearah belakang ketika mendengar suara bisikan dari cewek-cewek, dia menyipitkan matanya menajamkan penglihatannya dan muncullah Ziedan dkk yang masuk kedalam barisan kelas mereka.

"Wih, tumbenan mereka upacara!" Sakya menatap kearah barisan cowok.

"Emangnya kenapa?" tanya Mozza menatap Sakya yang masih melihat ke barisan cowok.

"Biasanya mereka gak pernah ikut upacara, masuk kelas aja gak pernah apa lagi upacara!" Sakya mengipasi wajahnya menggunakan tangannya.

"Oh gitu ya?" Mozza menatap barisan cowok, Mozza melihat Ziedan dkk yang menyuruh anak cowok lain berpindah barisan dan mereka baris tepat disamping Mozza.

"Huh panas gila!" keluh Alhesa mengibaskan  kaos hitamnya.

"Kalian kenapa enggak pakai seragam?" tanya Mozza pada enam cowok itu.

"Biasanya juga kita pakai baju ini kesekolah." bela Zellan sambil menaikan sebelah alisnya.

"Hei! Kalian kemari!" teriak pak Tono menunjuk Ziedan dkk untuk maju kelapangan.

Mereka berenam maju tanpa rasa takut dan berdiri dihadapan pak Tono.

"Bisa-bisanya kalian pakai baju ini kesekolah, mana seragam kalian?" tanya pak Tono sambil membetulkan kacamatanya.

"Hilang pak!" ujar mereka serempak.

"Masih berani kalian menatap wajah saya setelah melakukan kesalahan, orang lain dimarahin selalu menundukkan kepalanya!" teriak pak Tono menatap wajah mereka satu-persatu.

"Tidak sopan kalo bapak lagi bicara, kita nundukkan kepala." ujar Ziedan menatap pak Tono dengan datar.

"Heh! Kamu bisa-bisanya melawan saya, tundukkan kepala kamu!" teriak pak Tono sambil menundukkan kepala Ziedan agar kebawah.

"Pantes saja mereka kalau dimarahin bapak nundukkan kepala karna aspal lebih bagus daripada wajah bapak." ujar Zellan dan membuat seisi lapangan tertawa kecuali guru-guru.

"Diam kalian!" teriak pak Tono menghentikan tawa mereka.

"Kamu berani banget berbicara seperti itu sama saya, mana sopan santun kamu?" pak Tono menatap wajah Zellan dengan marah.

"Hanya kalian yang tidak bisa diatur!" ujar pak Tono sambil  melipatkan tangannya didada.

"Bu Liza!" teriak pak Tono sambil memanggil Bu Liza.

"Iya pak." Bu Liza datang dan menundukkan kepalanya.

"Lihat ini Bu anak murid ibu, tidak ada sopan santunnya." ujar pak Tono sambil menunjuk-nunjuk Ziedan dkk.

"Maaf pak, saya bakal urus mereka." Bu Liza meminta maaf pada pak Tono dan pergi menuju barisan cewek tepatnya barisan Mozza.

"Mozza! Mozza tolong ibu nak, tolong urus mereka." ujar bu Liza sambil menggenggam tangan Mozza.

"Eh, tapi Bu!" Mozza menatap Bu Liza dengan bingung.

"Ibu gak sanggup ngadepin sikap mereka, tolong ya nak kita kan sudah sepakat." Bu Liza kembali memohon agar Mozza mau menurutinya.

"Bukan maksud mau nolak tapikan jadwal Mozza pulang sekolah. Mozza juga seorang pelajar Bu." sahut Mozza menolak permintaan gurunya.

"Tolong Mozza sekali aja, seenggaknya kamu ajak mereka pergi dari lapangan, biar upacara bisa dimulai." pinta Bu Liza dan terus menggenggam tangan Mozza.

"Mending lo ngalah aja deh, sekali aja gak apa-apa juga." saran Sakya dan diangguki Bu Liza.

Mozza menganggukkan kepalanya dan maju ke depan lapangan bersama Bu Liza, mereka sekarang sudah menjadi pusat perhatian.

Ziedan menggenggam tangan Mozza bermaksud untuk meninggalkan lapangan tetapi Mozza menahan tubuhnya agar tetap pada posisinya membuat mereka menatap Mozza dengan bingung.

"Sebelum kita pergi, kalian harus minta maaf sama pak Tono." ujar Mozza membuat Ziedan melepaskan genggamannya pada tangan Mozza.

"Urusannya udah bereskan kenapa harus minta maaf?" tanya Ziedan menatap Mozza dengan datar.

"Enggak seharusnya kalian ngomong kayak hitu sama pak Tono yang jauh lebih tua dari kalian, beliau itu seperti orang tua kalian juga yang harus dihormati." jelas Mozza dan diangguki oleh Bu Liza.

"Cuman masalah kecil, kenapa harus minta maaf?" Azaleel menatap Mozza dengan sengit.

"Minta maaf juga hal kecil dan mudah untuk diucapkan, kenapa kalian gak mau ngelakuinya!" tantang Mozza menatap mereka.

"Kalian boleh kok berbuat nakal tetapi harus mau juga bertanggung jawab!" tekan Mozza.

"Ayo minta maaf." ujar Mozza menatap mereka dengan lembut.

"Kita minta maaf pak!" ujar mereka serempak dan diangguki pak Tono.

Ziedan kembali menggenggam tangan Mozza dan pergi dari sana diikuti dengan teman-temannya, suara tepuk tangan dan sorakan terdengar memenuhi lapangan ketika mereka pergi.

Mereka melewati lorong-lorong koridor yang sepi, Mozza tidak tau mereka mau kemana.

"Huh... Akhirnya bisa juga bawa si keju bolos." ujar Ringga sambil mengacak-acak rambutnya.

"Hah? Maksud Ringga apa?" tanya Mozza sambil mengerutkan keningnya.

"Tadi cuman akting doang." sahut Alhesa mengelap keringatnya.

"Akting!" teriak Mozza menatap mereka tak percaya.

"Iya supaya lo gak ikut upac-." ucapan Zellan terhenti ketika kakinya diinjak oleh Sakhi.

"Enggak, kita gak maksud buruk." elak Sakhi sambil menggelengkan kepalanya.

"Enggak maksud buruk gimana?" tanya Mozza dengan frustasi.

"Soalnya tadi lo pucat banget kita takut lo pingsan." sambung Sakhi lagi dengan hati-hati agar tidak salah berbicara.

"Bisa-bisanya kalian ngelakuin itu!" teriak Mozza dengan marah.

"Perasaan gue gak enak." bisik Azaleel ditelinga Ziedan.

"Kalian harus terima hukumannya!" teriak Mozza sambil melepaskan sepatunya.

"Kabur!" teriak Ziedan dan diikuti yang lainnya.

"Hei! Jangan kabur!" teriak Mozza membuat seisi lorong koridor yang sepi menjadi berisik.

"Aihss... Lihat aja Mozza bakal tangkap kalian!" teriak Mozza membuat lorong koridor tersebut bergema dan teriakkannya tidak dihiraukan oleh Ziedan dkk. Mereka terus berlari meninggalkan Mozza sendirian di koridor.

*****

Jangan lupa tekan bintangnya, jangan pelit-pelit karna itu akan membayar rasa penasaran kalian untuk part selanjutnya.

See you.

'~naylechy.

Sen, 2 nov 2020.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang