"huuuhhh..." Mozza mengatur deru nafasnya yang memburu, badannya sedikit menunduk dengan kedua tangan berada dilututnya.
Setelah ucapan yang keluar dari mulut Cleon, Mozza langsung saja pergi dari taman tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Entah ide dari mana dia berlari menjauh dari Cleon, ia tidak bermaksud bertingkah tidak sopan pada kakak kelasnya. Tetapi Mozza tidak tau harus menjawab apa ucapan kakak kelasnya itu.
Kini dia sedang berada di depan pintu kelas yang sebentar lagi pelajaran akan segera dimulai, sebuah tepukan lembut di kepalanya membuat Mozza terkesiap.
Ia melihat orang yang melakukan itu dan segara menegakkan tubuhnya.
"Ngapain?" tanya Ziedan menatap Mozza dengan satu alis terangkat."Gak ngapa-ngapain kok." jawab Mozza, menggenggam erat tali ranselnya.
"Dari tadi kemana aja?"
"K-ke toilet." bohong Mozza menatap Ziedan yang menghela nafas.
"Masuk." titah Ziedan dan diangguki Mozza, mereka masuk kedalam kelas yang begitu gaduh.
Mozza duduk dikursinya dan disampingnya sudah ada Sakya yang sibuk dengan ponselnya, Mozza melihat Ziedan yang duduk di belakang mereka.
"Lo udah datang?" tanya Sakya meletakkan ponselnya di meja.
"Udah." Mozza tersenyum kikuk memandang Sakya.
"Kirain gak bakal datang." Sakya kembali memainkan ponselnya dan Mozza membuka tas ranselnya mengambil buku pelajaran hari ini.
Kelas yang tadi berisik kini berubah menjadi senyap ketika guru muda masuk kedalam kelas mereka.
Sakya langsung memasukkan ponselnya kedalam tas dan mengambil buku pelajarannya.
Cewek-cewek di kelas sibuk berkaca melihat penampilan mereka, Mozza melihat guru matematika tersebut dan guru itu menatap dirinya sambil tersenyum.
"Baik semuanya apa ada tugas?" tanya Pak Roni sambil melihat buku paket miliknya.
"Enggak pak!" sahut mereka serempak dan Pak Roni tersenyum mendengarnya.
"Pak Roni ganteng banget sih pake kemeja itu." ujar salah satu cewek sambil memainkan rambutnya.
"Makasih." sahut Pak Roni sambil tersenyum dan merapihkan kemejanya.
"Jadi semuannya udah mengerti sama pembahasan kita kemaren?" tanya Pak Roni menatap muridnya satu persatu.
"Belom pak." sahut murid cewek yang memasang wajah cemberut.
"Kenapa belum? Oke saya bakal ngasih soal sama kalian." ujar Pak Roni dan menulis soal matematika di papan tulis kelas.
"Baik saya bakal tunjuk orang yang bakal ngerjain soal ini." sahutnya lagi dan mulai melihat muridnya satu persatu.
"Kamu, maju." tunjuk Pak Roni kearah Mozza, Mozza terkesiap dan beranjak dari duduknya untuk maju ke depan.
Mozza melihat soal di papan tulis dan mulai menulis rumus matematika, tangannya sibuk menulis angka-angka yang akan menjadi hasil dari soal tersebut.
Pak Roni menyenderkan tubuhnya dimeja guru sambil meneliti wajah Mozza yang sibuk mengerjakan soal yang diberikannya.
Ia melangkahkan kakinya mendekat kearah Mozza, Mozza yang menyadari itu sedikit memperkikis jaraknya dengan gurunya tersebut.
"Kenapa jauh banget nulisnya?" suara Pak Roni terdengar ditelinga Mozza.
"Santai aja." sahut Pak Roni sambil memegang pundak Mozza.
Mozza berusaha menyingkirkan tangan gurunya dan berusaha cepat menyelesaikan soal dipapan tulis.
Mozza sudah menyelesaikan soal yang diberikan gurunya dan memberikan spidol pada gurunya.
Saat Mozza ingin kembali ketempat duduknya suara Pak Roni terdengar membuat Mozza kembali berbalik.
"Kanapa ini tidak ada rumusnya?" tanya Pak Roni pada Mozza membuat Mozza melihat kearah yang ditunjuk Pak Roni.
Mozza mengerutkan keningnya ketika melihat angka yang tadi dia tulis tidak ada, Pak Roni memberikan spidol pada Mozza agar kembali membetulkan jawabannya.
Mozza kembali menyelesaikan soal tersebut dan tangan Pak Roni tiba-tiba menyentuh pipi Mozza membuat dirinya terkejut dan menatap gurunya.
"Maaf tadi ada noda di pipi kamu." ujar pak Roni membuat Mozza menyentuh pipinya dan mengusapnya.
"Ih, pak Roni baik banget sih."
"Sama muridnya aja perhatian, apalagi sama istrinya."
"Cocwit bingit."
Suara teriakan dari cewek-cewek terdengar membuat Mozza kembali menatap pada papan tulis dan kembali menulis jawabannya.
Seseorang mengambil alih spidol yang digunakan Mozza membuat dirinya terkejut dan menatap siapa pelaku tersebut.
Sakhi tersenyum menatap Mozza dan mendorong Pak Roni pelan, cowok itu melanjutkan jawaban yang ada dipapan tulis.
"Masa Mozza doang yang kedepan pak, papan tuliskan masih lapang masih bisa dikasih soal." ujar Zellan dan duduk di meja guru.
"Entah tuh si bapak, dari tadi merhatiin si keju mulu udah kayak pedofil." sahut Ringga sambil mencoret-coret papan tulis.
"Selesai." Sakhi memberikan spidol pada Pak Roni dan kembali duduk.
"Percuma sekolah tinggi-tinggi tapi attitude gak ada." Ziedan menatap Pak Roni dan berjalan menuju tempat duduknya sedikit mendorong tubuh gurunya membuat Pak Roni sedikit limbung.
"Ayo, keju kita duduk." ajak Azaleel sambil merangkul Mozza.
"Besok gak usah kerja lagi pak, soalnya serem kalo ada guru modelan kayak bapak." sahut Alhesa dan kembali duduk di kursinya
*****
Jangan lupa komen dan tekan bintang, jangan pelit-pelit yak.'~naylechy.
Sab, 13 feb 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Keju Mozzarella [Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa jadinya 6 cowok penguasa sekolah yang tidak pernah masuk ke kelas, kini kembali memasuki kelas mereka. Entah alasan apa yang membuat 6 cowok tersebut kembali menginjak kelasnya. 6 cowok yang dikenal dengan kenakalannya...