Setelah pulang sekolah Sakya menepati ucapannya akan mengantar Mozza ke alamat asing tersebut dan disinilah mereka di perumahan yang sangat elite.
Rumah-rumah berjejer rapi dan sangat besar nan megah, sepanjang perjalanan Mozza menatap satu-persatu rumah-rumah yang ada disini.
Mobil berhenti tepat dirumah mewah yang besar, tatapan Mozza tak lepas dari rumah didepannya.
"Nah, ini rumahnya." ujar Sakya sambil turun dari mobilnya."Wah, besar banget rumahnya ini beneran rumah?" tanya Mozza pada Sakya dan diangguki oleh nya.
"Iya lah lo kira apaan, pabrik." jawab Sakya tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Bukan pabrik tapi seperti istana." ujar Mozza lagi takjub akan rumah didepannya ini.
"Udah ah, gue mau pulang. Bye-bye." Sakya masuk kedalam mobil tetapi tangannya dicekal Mozza.
"Eh, Sakya gak mau nemenin aku ke dalam?" tanya Mozza pada Sakya.
"Ya enggak lah, ngapain gue kedalam gak ada urusan juga." ujar Sakya.
"Tapi."
"Udah, masuk gih." ujar Sakya dan mendorong tubuh Mozza pelan.
"Yaudah, aku masuk dulu, Dadah." Mozza melambaikan tangannya.
"Heh! jangan sedih gitu." Sakya menghusap pipi Mozza dengan kasar seakan-akan ada air mata disana.
"Aduh, sakit." adu Mozza dan memegang pipinya.
"Maaf, udah ah! gue mau pulang mau bobo cantik." ujar Sakya dan berpura-pura menguap.
"Yaudah sana balik, hush... hushh..." Mozza mengusir.
"Awas lo ya kalo ada apa-apa curhat sama gue." ancam Sakya sambil mentoyor kepala Mozza.
"Hehe, becanda." Mozza tertawa kecil membuat Sakya kesal.
"Dah, gue cabut. Bye-bye." Sakya melambaikan tangan dan masuk ke mobilnya.
"Dadah..." Mozza melambaikan tangannya ketika mobil Sakya melaju dan meninggalkan Mozza.
Mozza berbalik dan menatap rumah megah didepannya, ia memantapkan hatinya dan berjalan memasuki rumah ini.
Tangannya bergerak untuk menekan bel rumah didepannya.
"Assalamualaikum, permisi." ujar Mozza dan menekan kembali bel rumah.
"Ada orangnya gak sih?" tanya Mozza sambil terus menekan bel rumah
"Assalamualaikum." Mozza mengintip jendela di samping pintu.
"Baa..!" Mozza memundurkan langkahnya ketika orang yang berada dijendela tersebut mengejutkannya.
Ia mengelus dadanya dan pintu tersebut terbuka lebar. Orang itu tertawa terbahak-bahak menatap wajah Mozza.
"Kenapa? Kaget ya?" Tanyanya tak henti-hentinya tertawa.
"Apaan sih kamu, jahil banget jadi orang."ujar Mozza menatap Ringga kesal.
"Yaudah, mari masuk nona keju," Ringga mempersilahkan Mozza masuk.
"Nama aku Mozzareyya." Mozza mengoreksi namanya.
"Iyain biar cepat, mau masuk kagak lo?" tanya Ringga.
"Ya mau lah, udah jauh-jauh kesini masa harus pergi lagi," gumam Mozza dan masuk kedalam rumah besar ini.
Mozza menatap takjub pada isi rumah ini, mata Mozza mengelilingi setiap tempat pada ruangannya.
"Ayo ikut gue," ajak Ringga dan menarik tangan Mozza.
Mozza mengikuti langkah Ringga mereka memasuki ruangan dan terdengar suara yang sangat berisik di ruangan tersebut.
Ringga membuka pintu ruangan tersebut.
"Udah datang nih sih keju." ujar Ringga membuat yang berada di ruangan tersebut menatap Mozza lekat-lekat.
"Ya ampun, berantakan banget!" teriak Mozza.
"Ya, terus kenapa?"cujar Alhesa dan mencampakkan botol kaleng kosong ke meja.
"Jorok banget sih jadi orang." Mozza memasuki ruangan tersebut menatap sampah-sampah berserakan dimana-mana.
"Yaelah, gitu aja di permasalahin," cecar Azaleel dan mengambil cemilan diatas meja.
"Ya iyalah! Masa, rumah sebesar ini dijadikan tempat sampah." kesal Mozza menggelengkan kepalanya.
Mozza menatap mereka tetapi tidak ada yang menghiraukannya, mereka kembali melanjutkan aktivitas yang sedari tadi mereka lakukan sebelum Mozza datang.
"Mau." Sakhi menawarkan cemilan pada Mozza dan digelengi oleh nya.
Zellan melempar Snack pada Mozza dan ditangkap Mozza.
"Ambil, gausah gengsi jadi cewek." Zellan melanjutkan memakan cemilannya.
"Jadi, disini gak ada yang mau bersihin?" tanya Mozza dan melangkahkan kakinya mendekati mereka.
"Hah, bersihin?" sahut Ringga dan mereka semua mengalihkan pandangan ke Mozza.
"Lo mau bersihin, gak?" tanya Ringga pada Azaleel.
"Ya kagak lah." tolak Azaleel sambil menggelengkan kepalanya.
"Gue mau ke ruang tamu." ujar Ziedan yang sedari tadi hanya diam.
Ziedan bangkit dari duduknya, melengos pergi tanpa sepatah kata dan tak menghiraukan panggilan temannya, menatap punggung pria itu dan beralih melihat teman-teman Ziedan yang tersisa.
"Jadi..." Mozza menggantungkan ucapannya.
"Ada yang mau bersihin?" tanyanya lagi.
"Aduh, pake lupa lagi handphone gue diatas, gue permisi dulu." pamit Zellan dan buru-buru meninggalkan mereka semua, Mozza menatap Zellan dengan dongkol.
"Kunci, kunci motor gue dimana ya?" tanya Azaleel dan bangkit dari duduknya.
"Hei, balik gak kalian?" tekan Mozza setengah berteriak memanggil Zellan dan Azaleel.
"Aduh perut gue mules kayaknya gue mau transferan dulu." bohong Alhesa meninggalkan mereka sambil memegang perutnya.
"Aw, sakit banget kayaknya rambut gue keseleo deh." ujar Ringga ngawur dan pergi meninggalkan Mozza.
"Tunggu dulu kamu harus bersihin tempat ini!" Mozza setengah berteriak memanggil Ringga yang sudah menghilang.
Mozza menatap orang didepannya, hanya satu orang disana sambil membaca komiknya.
Ia menutup komiknya dan beranjak dari duduknya.
"Gue mau ambil komik." ujarnya dan melenggang pergi meninggalkan Mozza sendirian.
"Jadi, Mozza nih yang bersihin?" ujar Mozza meletakkan Snack yang sedari tadi dipeluknya ke atas meja yang penuh dengan bungkusan makanan.
"Ih, nyebelin banget sih jadi orang, siapa yang berantakin siapa juga yang bersihin!" dumelnya dan memungut sampah yang berserakan.
*****
Jangan lupa votementnya yah teman-teman, see you.
Terima kasih.
Sab, 29 agt 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Keju Mozzarella [Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa jadinya 6 cowok penguasa sekolah yang tidak pernah masuk ke kelas, kini kembali memasuki kelas mereka. Entah alasan apa yang membuat 6 cowok tersebut kembali menginjak kelasnya. 6 cowok yang dikenal dengan kenakalannya...