Semoga aja enggak salah kelas lagi. Batin Mozza sambil memejamkan matanya yang sudah bersiap ingin membuka pintu kelas 11 MIPA 1 setelah melewati proses yang melelahkan akhirnya Mozza menemukan kelasnya. berkat cowok-cowok yang ia temui dikelas yang menyatu dengan alam tadi.
"Duh jantung bisa gak kompromi dulu jangan buat aku takut!" bisik Mozza pada dirinya dan menundukkan kepalanya.
"Buka gak ya, buka gak ya," rapalnya mengetuk-ngetuk jarinya di pintu tersebut sambil menggigit bibirnya.
"Ayo dong kamu pasti bisa Mozza!" semangatnya pada diri sendiri.
"Ok-ok mari kita ketuk pintu, kamu bisa Mozza," yakinnya dan mulai memberanikan diri mengetuk pintu.
"Ya ada apa?" tanya guru tersebut pada Mozza.
"Eh, maaf Bu kalo mengganggu saya murid baru." ujar Mozza tak enak pada guru muda tersebut.
"Oh ayo masuk." guru tersebut mempersilahkan Mozza agar masuk.
Mozza akhirnya masuk kedalam kelas yang terbilang luas dengan fasilitas yang lengkap."Ayo perkenalkan nama kamu." ujar guru tersebut mempersilahkan Mozza agar memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan nama saya Mozzareyya." ujar Mozza pada teman-temannya, Mozza melihat ada 4 meja dan 8 kursi yang kosong apakah mereka pada tidak sekolah.
"Salam kenal mozza, perkenalkan nama ibu Liza. silahkan duduk, kamu mau duduk dimana?" tanya Bu Liza pada Mozza.
"Saya bingung bu, rata-rata bangku yang kosong hanya dibelakang, nanti kalau orangnya datang terus marah gimana bu?" tanya Mozza pada gurunya.
"Boleh kok, kamu duduk aja orang yang punya bangkunya sudah gak mau belajar lagi." ujar bu liza dan Mozza memutuskan duduk di paling pojok dekat jendela.
"Kita masih mau belajar kok bu." terdengar suara cowok, dan masuklah sekumpulan cowok yang tadi Mozza jumpai, mata Mozza terbelalak melihat mereka. terdengar suara jeritan anak perempuan ketika cowok-cowok tersebut masuk kekelas.
"Kita masih mau belajar bu, jadi tolong izinin kita masuk." ujar Ziedan.
"Kalian yakin?" tanya Bu Liza pada mereka.
"Yakin bu," ucap mereka serempak.
"Beneran kalian mau belajar lagi, gak akan buat kerusuhan lagi kan dikelas?" tanya bu Liza lagi pada mereka.
"Beneran bu," balas mereka serempak.
"Kenapa kalian tiba-tiba mau belajar lagi, ibu malah senang kalo kalian gak belajar lagi. walaupun ibu gak ikhlas ngasih nilai kalian bagus tapi gak ikut belajar." bu Liza menatap mereka tidak suka.
"Ibu kepo." ujar cowok yang memakai Hoodie.
"Yah gimana ibu gak kepo, tiba-tiba kalian mau masuk kelas. padahal kan kalian sendiri yang bilang gak mau masuk kelas lagi." ujar bu Liza.
"Seharusnya ibu bersyukur dong kami mau masuk kelas lagi." ujar cowok berambut gondrong.
"Kalo kalian membuat onar dikelas dan membuat teman kalian terusik apa jaminannya!" tanya bu Liza kepada mereka.
"Yaelah Bu kok pake jaminan segala sih!" kesal cowok yang dilehernya terdapat headphone.
"Ya ibu butuh kepastian biar ibu bisa kasih tau sama kedua orang tua kalian." ujar bu Liza membuat mereka mengangguk.
"Dia, dia jaminannya bu," tunjuk Ziedan, membuat orang yang ditunjuk terkejut dan langsung menunjuk dirinya.
"Apa maksud kamu dia jadi jaminannya?" tanya bu Liza pada mereka.
"Ya gak ada maksud lain bu, tadikan ibu yang minta jaminan. sekarang saya kasih jaminan ibu malah bingung." ujar Ziedan membuat seisi kelas terkejut dan melihat kearah cewek baru tadi. Mozza yang mendengarnya terbengong-bengong, apa dia tidak salah dengar, gila aja dia yang jadi jaminannya.
"Kamu mau jadi jaminan atas kenakalan mereka?" tanya bu Liza kepada Mozza yang gelagapan.
"Saya kebera-," ucapan Mozza terpotong karna ucapan Ziedan.
"Ok deal dia gak keberatan kok bu." ujar Ziedan.
"Yasudah duduk dibangku kalian masing-masing, oh ya itu teman baru kalian. siapa nama kamu tadi, nak?" tanya bu Liza pada Mozza.
"Mozzareyya." bukan, bukan Mozza yang menjawab tapi cowok-cowok tersebut dan diangguki oleh Mozza.
"Yasudah kalau kalian sudah kenal duduk dibangku masing-masing." ujar bu liza kepada keenam cowok tersebut.
Mereka melewati tempat duduk Mozza, dan duduk dibangku yang kosong dibelakang terdapat 3 meja dengan 6 kursi dan Mozza duduk didepan meja Ziedan.
Bu Liza kembali menerangkan pelajarannya yang sempat tertunda.Mozza mendengarkan penjelasan-penjelasan yang diterangkan gurunya, saat ingin mencatat hal yang penting pulpen yang dia gunakan ternyata macet. Mozza merogoh kotak pensil nya ternyata dia hanya membawa pulpen satu, ia menghela napasnya dan memberanikan dirinya untuk meminjam pulpen kepada teman yang sudah ia kenal.
"Kamu ada pulpen gak?" tanya Mozza kepada Ziedan yang berada dibelakangnya.
"Lo nanya gue?" tanya Ziedan sambil bermain hp.
"Iya."
"Gue gak bawa apapun kesekolah." ujarnya.
"Kamu ada pulpen gak?" tanya Mozza kepada cowok yang sedang menggunakan headphone.
"Hei, kamu ada pulpen gak?" tanya mozza lagi ke cowok yang masih asik mendengarkan lagu.
"Lo liat dimeja gue ada pulpen gak." ujar cowok itu sambil melepas headphone nya, Mozza menggelengkan kepalanya.
"Gak ada." ujarnya.
"Yaudah berarti gak ada." cowok itu kembali memakai headphonenya.
Mozza menghela nafasnya dan kembali fokus ke materi yang disampaikan oleh gurunya didepan, sebuah pulpen terjatuh tepat disebelah kaki Mozza dan dia langsung mengambilnya.
Ia melihat kebelakang ternyata cowok berkacamata sedang melihat dirinya, Mozza memberikan kembali pulpen tersebut pada sang empunya.
"Ini pulpen kamu?" tanya Mozza kepada cowok berkacamata.
Cowok tersebut mengangguk sambil menatap Mozza dengan datar.
"Nih pulpennya.""Ambil aja." ujar cowok itu dan membaca komik yang ada dimejanya.
"Lho, ini kan punya kamu."
"Bukannya lo tadi minjam?"
•••••
Jangan lupa tinggalkan jejak ketika Anda selesai membaca, terima kasih.17, Mei 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Keju Mozzarella [Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa jadinya 6 cowok penguasa sekolah yang tidak pernah masuk ke kelas, kini kembali memasuki kelas mereka. Entah alasan apa yang membuat 6 cowok tersebut kembali menginjak kelasnya. 6 cowok yang dikenal dengan kenakalannya...