Happy reading<3
Typo bertebaran"Gimana, tadi Lo bisa ngeliat Sasa, kan?" ujar Arul. Ketu laki-laki itu baru saja keluar dari mushola.
"Iyah!" Farhan mengangguk.
"Jadi, Lo beneran suka sama dia?" tanya Putra menaikkan sebelah alisnya menatap Farhan. Tidak ada jawaban yang pasti karena Farhan hanya menggidikan pundaknya.
Saat mereka berjalan untuk balik ke komplek tiba-tiba Putra melihat gadis yang sebelumnya mereka bicarakan. "Nah, itu Sasa, kan?" heboh Putra ketika melihat Sasa masih berada di mushola sedangkan para santri yang lain sudah pada bubar dan balik ke asrama masing-masing,
Farhan dan Arul pun sontak melihat objek yang di tunjuk oleh Putra. "Widihh, ada Ayu juga," ujar Arul sumringah sedangkan Farhan meluruskan pandangannya tanpa melewatkan setiap gerak-gerik seorang gadis.
"Liat dari mukanya, kayanya Sasa lagi kebingungan tuh," ujar Putra menerka-nerka.
"Kayanya sendalnya ilang deh," sahut Arul masih menatap Sasa dan Ayu yang tengah kebingungan mencari sesuatu.
Entah kenapa kaki Farhan melangkah untuk menghampiri kedua gadis tersebut.
"Eh, Farhan mau kemana Lo?" Arul meneriaki Farhan yang berjalan kearah dua santriwati tersebut bahkan dia tidak menyahut pertanyaannya.
"Kayanya tuh bocah mau nyamperin Sasa," tebak Putra yang melihat Farhan mulai menjauh.
"Wahh, nyari mati emang. Kalo ada ustadz atau ustadzah liat gimana coba?" seru Arul sembari tangannya yang bertolak pinggang tidak habis fikir melihat kelakuan Farhan yang menurutnya sangat nekat. Bagaimana jika ada ustadz yang melihat pasti Farhan akan mendapat hukuman karena tuduhan ketemuan sama perempuan yang bukan mahram.
"Udah, biarin ajah terserah dia!" ucap Putra.
Sasa masih mencari sandalnya yang belum juga ketemu di bantu oleh Ayu. "Ck, ngeselin banget. Padahal sendal udah jelek, masih aja di ghozob," gerutu Sasa kesal.
"Nih pake." Suara bariton itu dengan nada perintah, orang tersebut menyodorkan sendal Eiger menyuruh Sasa untuk memakainya. Sasa yang sedang menunduk pun seketika mengangkat kepalanya. Ia menatap orang tersebut tanpa ekspresi.
"Dia lagi." gumamnya dalam hati
Ayu menyenggol lengan sahabatnya pelan membuat sang empu tersadar dari lamunannya, Sasa mengerjapkan matanya lucu Farhan yang melihat hanya tersenyum tipis-- sangat tipis.
"E--enggak usah, makasih!" tolaknya kemudian langsung menarik tangan Ayu untuk pergi dari tempat itu, Sasa pergi begitu saja tanpa menerima sandal yang di sodorkan Farhan, dia lebih memilih berjalan tanpa menggunakan alas kaki.
Ayu bingung melihat Sasa yang menarik tangannya dengan tergesa-gesa seperti orang yang habis melihat hantu. Ayu ingin bertanya namun ia urungkan, sebaiknya nanti saja jika sudah berada di kamar agar lebih enak.
Gubrakkk...
Hosh...hoshh...
Dina bersama yang lainnya terkejut mendengar pintu kamar yang di dobrak cukup keras, mereka pun di buat bingung kala melihat Ayu dan Sasa masuk dengan nafas tersengal-senggal serta keringat yang mengalir dari dahi keduanya.
"Astaghfirullah. Ayu, Sasa, kalian kenapa dateng-dateng dobrak pintu?" tanya Tia langsung berdiri di depan mereka berdua.
"Tau ihhh, bikin kaget aja," tukas Vivi kesal.
Ayu menarik napasnya lalu menghembuskannya melalui mulut guna menetralisir degub jantungnya.
"Nih, pelakunya. Sasa ngajakin lari-larian," jawab Ayu menunjuk Sasa yang juga tengah mengatur napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SANTRI {On-Going}
Teen Fiction•FOLLOW DULU SEBELUM LANJUT MEMBACA!!! •MURNI HASIL IMAJINASI AKU.!!! •MOHON MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN, KARNA INI KARYA PERTAMA AKU>< [Sering perbaikan kata] Menceritakan tentang keseharian santriwan dan santriwati pondok pesantren Al mu'minin. Sek...