👉[٠١٦]👈

227 62 49
                                    

Happy reading<3
Typo bertebaran!!


Dina duduk sendirian di bangku taman perbatasan asrama putri dengan asrama putra ia masih menunggu seseorang yang menyuruh dirinya datang ke tempat itu. Dan tiba-tiba...

Dorr...

"Astaghfirullah!" Seseorang mengagetkan dirinya hingga tubuhnya terlonjak dan refleks berteriak.

"Hahahh, kaget ya?!" Dina menolehkan kepalanya mendapati ustadz Amar yang sedang tertawa seraya memegang perutnya.

Ustadz Amar yang mengejutkan dirinya. "Ihh, iseng banget sih." rajuknya, pria itu pun duduk di sebelah Dina.

"Kamu ngapain di sini?" tanya ustadz Amar.

"Lah, 'kan Abang yang nyuruh Dina kesini," ucap Dina.

"Oh iya lupa!" ujarnya seraya menepuk jidatnya.

Senyap, keduanya tidak ada yang mengeluarkan suara barang sedikitpun. Dina memilih diam membiarkan ustadz Amar yang memulai percakapan duluan.

"Emm, sekarang tanggal berapa?" tanya ustadz Amar basa-basi. Memang semua pria itu sama, suka basa-basi ketimbang to the poin.

"Sekarang tanggal Lima," jawabnya tanpa berfikir. Karena ini masih awal bulan dan kemarin baru saja ibunya mentransfer uang bulanan untuk dirinya.

Ustadz Amar memanggut-manggutkan kepalanya, "kalau tanggal pernikahan kita?!" ucapan barusan sukses membuat jantung Dina berdisko.

"Apaan sih!" ucapnya salah tingkah ia membuang mukanya ke arah lain menutupi rona merah di pipinya dan berusaha untuk terlihat biasa dengan gombalan maut sang ustadz meski kini perutnya terasa geli.

"Kok apaan, Abang nanya serius," ucapnya, Dina tidak bisa lagi menahan kedutan di bibirnya untuk melengkung membentuk senyuman.

Ia berdehem sebentar lalu menghadap ustadz Amar, "Abang serius mau nikahin Dina?" lontar Dina membuat ustadz Amar memandanginya betul-betul.

"Kok Dina ngomongnya gitu, Dina ragu sama Abang?" serunya, lantas Dina yang mendengar penuturan ustadz Amar pun merasa tidak enak hati.

Namun, ketika dirinya ingin membuka suara tiba-tiba seorang wanita berperawakan tinggi dengan pakaiannya yang syar'i datang.

"Assalamualaikum, ustadz Amar!" salamnya sekaligus memanggil pria yang berada di sebelah Dina.

"Waalaikumussalam warahmatullahi," jawab Dina dan ustadz Amar.

Orang yang menggangu obrolan mereka ialah ustadzah Puput, "maaf ganggu. Kita jadi ikut rapat kan?" tanyanya kepada ustadz Amar.

"Masya Allah hampir lupa, ayok ustadzah." Dina di buat terperangah karena ustadz Amar melenggang begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Dina.

Gadis itu menatap pilu punggung laki-laki yang tengah beriringan oleh ustadzah muda tersebut, dan yang paling membuat hatinya teriris ialah ustadz Amar membonceng ustadzah Puput menggunakan motor miliknya.Tampak serasi bila di pasangkan.

"Aku gak yakin kalau kita bakal nikah, bahkan berjodoh pun sepertinya tidak akan!" gumamnya tersenyum getir dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Berkhayal memiliki suami berilmu, beriman tebal memanglah epik, ya itulah cita-cita Dina sedari dulu selain ingin menjadi ustadzah yang pandai ilmu agama ia juga ingin mempunyai suami yang taat pada Tuhannya.

Melainkan sekarang ia beranggapan bahwa dirinya tidak pantas berjodoh dengan pria yang beraqidah tinggi sedangkan dia hanya murid biasa yang masih berusaha memahami semua ilmu pengetahuan yang diberikan para guru pengajarnya.

THE SANTRI {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang