Happy reading<3
Typo bertebaran!!"Eneng santri minta tanda tangannya dong," kata Putra pada setiap santri putri yang lewat di hadapannya.
"Ayu!!" Arul memanggil Ayu yang nampak tengah piket zona koridor kamar.
Merasa ada orang yang memanggil namanya Ayu pun mengangkat kepalanya mencari asal suara tersebut, tak lama sosok Arul sedikit berlari menghampiri dirinya, sontak ia pun kaget melihatnya.
"Pasti di hukum, yah?" terka Ayu, mana mungkin ada laki-laki yang berani masuk ke wilayah putri jika bukan karena atas dasar hukuman. Arul menggaruk tengkuknya sembari tersenyum kikuk ketika sudah sampai tepat di samping Ayu.
"Heheh... Kok kamu tau sih?" ujar Arul.
"Tau dong, terus mau apa?" tanya Ayu tanpa basa-basi.
Arul pula menyodorkan buku tulis sekaligus bolpoin untuk meminta tanda-tangan gadis di depannya, "mau minta tanda tangan," jawabnya.
Ayu langsung menyimpan sapu yang ia gunakan sebelumnya ke pinggir, "tapi ada syaratnya," kata Ayu.
"Apa?" tanyanya cepat sembari menatap bingung, Ayu tersenyum manis lalu mengarahkan telunjuknya ke area sampah-sampah yang menumpuk seperti gunung.
"Tolong buangin sampah itu semua ke truk sampah," terangnya sedangkan Arul membulatkan matanya sempurna tidak percaya.
"S-serius?!" tanyanya kembali memastikan, Ayu hanya mengangguk.
Arul meletakkan buku dan bolpoin miliknya di atas kursi panjang yang tersedia di koridor itu, ia mulai mendekati gundukan sampah tersebut ia menutupi hidung menggunakan baju atasnya saat bau tak sedap menyerang Indra penciumannya.
Dengan ragu dirinya menenteng sampah-sampah tersebut memasuki truk pengangkut limbah yang sudah di sediakan, berkali-kali ia memuntahkan cairan dari mulutnya akibat tidak tahan oleh aroma busuk yang berasal dari sampah-sampah basah tersebut.
Ini semua ia lakukan hanya demi Ayu , jika bukan karena perintah Ayu ia tidak akan sudi mengerjakan hal menjijikkan seperti ini.
Ayu melihat wajah Arul yang sudah berlumuran keringat ada sedikit rasa bersalah dalam dirinya karena memerintahkan pria itu. Namun apa daya bila dirinya tidak meminta bantuan pada Arul lalu siapa yang akan mengangkut sampah-sampah membludak tersebut. itung-itung membantu bapak petugas sampahnya.
Setelah semua sampah beres di bersihkan Arul segera mencuci tangan serta kakinya supaya aroma busuk tidak tertinggal di tubuhnya. Ia kembali menghampiri Ayu yang terlihat sedang membaca-baca isi dalam buku miliknya.
"Udah selesai?" Ayu melihat Arul yang tengah jalan ke arahnya, Arul hanya menjawab menggunakan anggukan kepala. Ia menyeka peluh yang terus membanjiri pelipisnya.
Ayu memberikan sebotol Aqua yang sengaja ia beli untuk Arul, "minum dulu. Pasti haus 'kan?" kebetulan dirinya pun merasa tenggorokannya sangat kering di tambah teriknya matahari membakar kulit ini, dengan senang hati Arul menerima minum tersebut kala ia hendak menegaknya Ayu kembali bersuara, "duduk dong minumnya!"
Arul langsung mendudukkan bokongnya di kursi dekatnya dan tanpa menunggu ia meneguk air tersebut hingga tersisa setengah, rasa sejuk di tenggorokannya saat air dingin itu membasahi kerongkongannya membuat Arul merasa segar kembali.
Kemudian sisa air tersebut ia guyur membasahi wajahnya yang berkeringat membuatnya semakin segar dan bersemangat. Rambutnya yang basah sedikit ia sugar ke belakang, Ayu yang menyaksikan pun meneguk salivanya kasar lalu memalingkan mukanya ke arah lain, di saat seperti itu sungguh ketampanan Arul bertambah berkali-kali lipat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SANTRI {On-Going}
Teen Fiction•FOLLOW DULU SEBELUM LANJUT MEMBACA!!! •MURNI HASIL IMAJINASI AKU.!!! •MOHON MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN, KARNA INI KARYA PERTAMA AKU>< [Sering perbaikan kata] Menceritakan tentang keseharian santriwan dan santriwati pondok pesantren Al mu'minin. Sek...