👉[٠٢٧]👈

180 26 3
                                    

Happy reading<3
Typo bertebaran!

"Kamu mau---"

"Ehh, Dina!" Belum pula Gus Ilham menyelesaikan bicaranya namun sudah di potong oleh kedatangan umi Khusnul.

Dina menolehkan kepalanya mendapati umi Khusnul yang baru datang dari arah pintu utama. Dina tersenyum lalu mencium punggung tangan umi Khusnul.

"Tumben kesini," ucapnya sembari duduk di single sofa yang kosong.

Dina pun terduduk kembali, "iyah, Umi. Lagi pengen ajah," jawab Dina. Ya walaupun dirinya di paksa oleh Gus Ilham.

"Ilham! Kamu udah bilang sama Dina-nya?" tanya umi Khusnul pada sang adik yang tengah memainkan ponselnya. Gus Ilham mendongak kemudian menggeleng pelan, Dina semakin di buat penasaran akan sesuatu dan tadi pun ucapan Gus Ilham belum sempat terselesaikan.

"Emangnya kenapa sih, Umi?" ucap Dina.

"Begini, nanti di acara haflah kubro, Ilham mau kamu menampilkan bakatmu baca kitab kuning," jelas umi Khusnul mewakili Gus Ilham. Dina terdiam sejenak mencerna kata-kata yang yang ia dengar.

Umi Khusnul melihat Dina terdiam pun beralih pindah tempat duduk tepat di samping gadis itu, "Dina, kenapa? Kamu mau kan?" umi Khusnul menyentuh pundak Dina hingga membuat Dina tersadar dari lamunannya.

"I-iya, umi!" jawab Dina meskipun jauh dari lubuk hatinya paling dalam ia merasa ragu. Bahwasanya ia belum pernah tampil di depan umum.

Dina menatap Gus Ilham serta umi Khusnul secara bergantian. Hatinya masih sangat bimbang, apakah ia harus menerimanya atau tidak.

"Kamu tenang ajah, kalau ada yang kamu gak bisa, aku bisa ajarin kamu." Tiba-tiba Gus Ilham berucap seperti itu padanya. Dina tidak bisa menolak, akhirnya ia mengangguk menerima untuk mengikuti perlombaan tersebut. Sontak umi Khusnul dan juga Gus Ilham pun senang akan keputusan yang tepat sekali Dina ambil.

Sasa, Tia, Imah, Tika, Vivi, Ayu dan Zia menatap aneh Dina yang tiba-tiba datang dan langsung mengobrak-abrik rak buku juga kitabnya, entah apa yang gadis itu cari. Zia melempar pertanyaan kepada yang lain tetapi mereka semua menggeleng tidak tahu.

Zia menghampiri Dina, "kamu lagi ngapain sih, Din?" tanya Zia.

Dina menghentikan kegiatannya dan melihat para sahabatnya yang kebingungan menatap dirinya, Dina menghembuskan napasnya gusar.

"Aku di suruh tampil di acara haflah nanti," adunya kepada yang lain.

"Tampil apa?" tanya Tika mengangkat sebelah alisnya.

"Baca kitab!" jawab Dina singkat.

"Wah, bagus kalau begitu. Itu sama saja mengasah kemampuanmu," timpal Ayu.

Dina berdecak, "ck... Masalahnya aku gak ada kitab yang lengkap catatan fiqih, nahwu sama keterangannya!" terangnya sendu. Inilah salah satu kejelekan santri, ketika waktunya mengaji dia tidak mendengarkan melainkan memanfaatkannya untuk tidur, berbicara sana-sini.

Sasa mengelus punggung Dina guna menenangkan sahabatnya yang nampak sedih, "gimana kalau kamu minta ke ustadz Amar," usul Sasa.

"Nah bener tuh, siapa tau ustadz Amar mau ngasih pinjem kitabnya!" tambah Ayu yang setuju akan usulan Sasa. Yang lain mengangguk menyetujui perihal itu.

"I-iya udah deh. Nanti coba minjem," finalnya setelah tadi sempat menimang-nimang.

(。☬0☬。)

"Ini perut ngapa bunyi mulu sih, udah tau gue kagak punya duit," Putra berjalan tak tentu arah sembari meratapi nasibnya yang kehabisan uang. Uangnya telah habis sebelum waktu yang di tentukan, ia tidak bisa meminta kepada sang Mamah sebab jatah uang jajannya berlaku untuk sebulan.

THE SANTRI {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang