👉 [٠٣٦]👈

53 2 0
                                    

Happy reading and enjoy!
Hati-hati typo!




Dua sejoli laki-laki yang tidak pernah terpisahkan sedang dilema sebab salah satu sahabatnya hilang bak di telan bumi. Kesal sekali rasanya ketika pencarian mereka tak kunjung bertemu.

"Lo tau gak sih, gue itu udah dilanda 3L," ujar salah satu dari keduanya yaitu Putra yang memang raut lelah sangat terpatri di wajahnya.

Arul yang berjalan di sisinya pun mengerutkan dahi tak paham. "3L?"

"Lelah, letih, laper!" tegasnya menjelaskan kepada kawannya yang minim pengertian bahasa yang selalu ia singkat-singkat.

"Lo pikir cuma lo yang 3L, gue juga kali," ujarnya bahwa dirinya juga merasakan apa yang Putra rasakan.

"Mending kita pulang, itu bocah kalau laper juga pasti bakalan balik. Liat ajah besok tiba-tiba udah ada di dapur nyolong makanan," ucap Putra kepada Arul. Jujur saja badannya sudah tidak sanggup berjalan jauh karena terlalu lemas. Bahkan keringat terus saja bercucuran tanpa henti air wajahnya pun sudah pucat.

Arul terlihat berpikir sejenak namun tak terlalu lama ia pun menyetujui perkataan temannya. "Okedeh, kita pulang sekarang." Arul hendak melangkah namun di tahan oleh Putra yang mencekal lengannya.

"Sebelum pulang mending mampir dulu, itu ada warung nasi Padang." Tunjuk Putra ke arah sebrang sana.

"Tadi minta pulang sekarang minta ke warung nasi Padang, sekalian sono lo makan di kota Padang," pungkas Arul kepada Putra yang isi otaknya hanya makanan.

"Ayolah, cuma lo sahabat sejati, seiman, seagama, dan paling baik yang gue punya." ucapnya memohon seraya mengguncang kedua bahu Arul. Sontak Arul mendelik mendengar penuturan Putra yang ahli dramatis.

"Oke, Asal lo yang bayarin," ujar Arul.

"Justru gue ngajak lo karena gue gak punya duit Fachrul Salim anaknya bapak Salim Selamet yang parfumnya wangi duit. Kalau gue bawa uang tanpa ngajak lo juga gue bisa jalan sendiri, paham?" ungkapnya jujur ia memang benar tidak membawa uang sepeser pun.

"Bocah setan, emang halal buat di jual," ujar Arul nampak kulit wajahnya memerah.

ᕦ⁠⊙⁠෴⁠⊙⁠ᕤ

"Sa?" Farhan segera beranjak ketika mendapati gadis cantik berhijab tepat di depannya. Tatapannya jelas tak percaya hingga untuk berkedip pun rasanya susah.

Sasa yang di tatap seperti itu pun cepat tertunduk memandang tanah yang ia pijak. Apalagi semua mata laki-laki itu tertuju kepadanya membuat ia semakin tidak nyaman.

"Kenapa kamu bisa di sini?" pertanyaan yang Farhan lontarkan berhasil membuat Sasa terhenyak. Dari jarak sekitar satu meter gadis itu merutuki dirinya karena sampai lupa untuk menyampaikan sesuatu. Bisa jadi karena terlalu gugup sehingga bibirnya serasa terkunci.

"Aku nyari kamu, kenapa kamu kabur dari pesantren?" Tidak lebih dari tiga detik Sasa berani menatap wajah pria di hadapannya kemudian ia kembali menunduk.

Farhan menggaruk kepalanya bingung harus menjawab perihal apa. Dirinya kabur karena memang sedang jenuh berada dalam pesantren.

Karena tidak mendengar adanya jawaban dari Farhan, Sasa kembali memperjelas tujuannya. "Bunda kamu ada di rumah umi Khusnul. Beliau sedih karena kamu gak ada di sana, karena itu aku berniat cari kamu."

Farhan membuang wajahnya ke arah lain saat gadis itu kembali menatapnya. Bagaimana bisa saat keadaan seperti ini debaran jantungnya tidak bisa terkontrol.

"Kamu mau kan, balik ke pesantren. Setidaknya meyakinkan beliau bahwa kamu baik-baik saja dan tidak ada masalah apapun," terang gadis itu berusaha agar Farhan mau kembali ke pesantren dan menemui sang bunda. Ia juga tidak ingin usahanya sia-sia saat kini sudah ada Farhan di hadapannya.

THE SANTRI {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang