👉[٠٠٨]👈

388 173 89
                                    

Happy reading!
Typo bertebaran<3

"Awhh..." rintih seseorang hingga tubuhnya terhuyung ke depan tapi cepat-cepat dia bangkit dan sedikit membersihkan roknya.

"Maaf gak sengaja!" ucap Farhan merasa bersalah karena dirinya yang tidak fokus jalan tidak sampai menubruk punggung seorang santri putri yang sedang menyapu daun daun kering.

Seorang yang masih sibuk membersihkan butiran pasir yang menempel di tuniknya langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara ternyata ada laki-laki yang berdiri di sampingnya dengan raut wajah bersalah namun cukup tenang. Nampak gadis itu terdiam tetapi dari sorotan matanya seperti tengah terpesona melihat wajah tampan yang di miliki Farhan.

"Ekhemm." deheman Farhan sukses membuat Revi tersadar dari lamunannya.

"Maaf tadi gak sengaja," ujar Farhan kali ini dengan nada datar.

"Hah? I-iya gapapa kok," balasnya gugup.

Tanpa mengucap apapun lagi Farhan langsung melenggang pergi meninggalkan seorang gadis yang masih terpaku dengan punggung Farhan yang gagah nan tegap itu walaupun sudah mulai menghilang.

Farhan berjalan menyusuri setiap sudut pekarangan rumah Bu nyai sampai dia terpaku melihat pemandangan yang ada di depannya. Lantas Farhan bersembunyi di balik pilar untuk melihat seseorang yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya.

Sasa, dialah seseorang yang belakangan ini memenuhi pikiran Farhan. Terlihat gadis itu tengah bercanda dengan Mumtaz yang di gendong oleh Tia.

Farhan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk melihat Sasa lebih dekat. Sesekali ia ikut tertawa kecil melihatnya persis seperti orang gila.

"Imut!" gumam Farhan semakin gemas dengan tingkah Sasa yang menggembungkan pipinya lalu tertawa riang membuat Farhan semakin greget, ingin sekali ia menculiknya dan membawanya pulang untuk di kenalkan kepada bundanya.

"Farhan!" panggil seorang yang sedang menatap pergerakannya tajam lain halnya dengan orang yang di panggil masih asik dengan dunianya.

"Farhan!" tekannya lagi.

"Ck, apasih?!" sungut Farhan tanpa mengalihkan pandangannya dia belum menyadari bahwa di sampingnya ada seseorang yang sedang berkacak pinggang serta menatapnya tajam menahan gejolak amarah.

"Ngapain kamu disini?"

"Liat masa depan!" Ucapan frontalnya justru membuat seseorang itu semakin naik pitam kemudian dalam satu tarikan telinga Farhan sudah memerah di buatnya.

Farhan pun tersentak kaget kala telinganya di tarik ke atas dia melihat ustadz Amar yang entah sejak kapan sudah berada tepat di sampingnya.

"Udah puas liat masa depannya? Hmm," sindirnya.

"Akhh. I-iya ampun!" Farhan memegangi telinganya yang di tarik ke atas hingga tubuhnya ikut terangkat.

"Istighfar seratus kali, cepet!" suruh ustadz Amar tanpa melepaskan jewerannya.

"Istighfar, istighfar, istighfar."

Ustadz Amar membelalakkan matanya kala mendengar ucapan yang keluar dari mulut Farhan. Apa-apaan ini mana ada istighfar seperti itu.

"Farhaan yang bener. Astaghfirullah hal adzim!" bentak ustadz Amar kembali mengencangkan jewerannya di telinga kanan Farhan. kali ini kesabarannya benar-benar sudah habis wajahnya pun semakin memerah.

"Khilaf ustadz ampun!" Farhan meronta untuk di lepaskan. Akhirnya sang guru pun melepaskan tangannya dari telinga Farhan.

Farhan memegang kedua telinganya yang terasa panas bahkan kebas karena ustadz Amar menjewernya sangat kencang.

THE SANTRI {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang