👉[٠٣٤]👈

191 21 8
                                    

Happy reading and enjoy!
Hati-hati typo!



Terlihat jarum jam tak ada lelahnya untuk terus berputar hingga kini telah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun hal itu sama sekali tak di permasalahkan oleh para gadis yang masih setia berkumpul membentuk lingkaran layaknya sosialisasi pergibahan.

Bibir tipis salah satu gadis yang tanpa henti berbicara menjadi area fokus mereka. Berbagai ekspresi wajah berbeda-beda terlihat kala mendengar pernyataan sebuah kebenaran yang sesungguhnya.

"Terserah jika kalian masih ingin membantah tentang fakta ini. Intinya aku berpihak kepada Sasa, kalau sampai karena permasalahan ini terjadi pembullyan, aku maju paling depan!" tegas Vivi setelah selesai menjelaskan kronologi permasalahan yang permasalahan yang sesungguhnya dengan mimik wajahnya tak kalah serius.

Selama gadis itu menjelaskan masalah semua teman-temannya tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Mereka mendengarkan dengan seksama.

Dina bangkit dari posisi duduknya kemudian pindah tepat samping Sasa yang sedari tadi menunduk seraya memainkan kukunya.

"Sebenarnya aku tahu tentang ini. Aku tahu kamu gak akan mungkin ngelakuin hal buruk seperti ini,"

"Tapi, kenapa selama ini kamu diam, Dina? Kamu tahu kalau masalah ini sudah menyebar kemana-mana, semua santri putri tahu tentang ini. Dan setiap Sasa jalan atau lewat banyak orang yang terang-terangan mencemoohnya!" Vivi memotong pembicaraan Dina yang belum tuntas. Kekesalan dalam dirinya sudah menyelimuti hingga ubun-ubun sebab mengingat bagaimana perubahan pandangan orang lain yang tentunya tak mengerti akar masalah sesungguhnya.

Zia, Tika, Imah, Ayu dan Tia juga terkejut mendengar perkataan Dina sebelumnya. Mereka hanya percaya dengan tuduhan Mely dan Revi di tambah dompet sebagai penguat fitnah tersebut benar ada di dalam lemari Sasa.

"Aku cuma mau ikutin permainan mereka. Aku juga tahu tentang Sasa yang selalu mendapat sindiran sana-sini bahkan aku tahu kalau dia terus saja menangis waktu malam," terang Dina memberikan penjelasan sesungguhnya mengapa ia bersikap cuek beberapa hari kemarin.

Ternyata di balik itu semua dan tanpa di ketahui siapa pun Dina terus memantau setiap pergerakan Sasa. Terlebih lagi perihal yang selama ini Sasa sembunyikan ia cukup tahu karena sering kebetulan memergokinya.

"Jadi, ini asli fitnah?" tanya Imah serta raut keterkejutannya.

"Ini cuma cara Allah mengujimu, Sa. Dan kamu berhasil menyelesaikan ujian ini. Lalu kamu akan dapat imbalan begitu besar." Setelahnya Dina memeluk tubuh Sasa mengusap punggung gadis itu secara lembut.

Melihat hal demikian semua mulai mendekatkan diri. Kini giliran penyesalan yang mereka rasakan karena telah berburuk sangka kepada Sasa dan juga sudah menciptakan jarak di antara persahabatan mereka.

Sasa mengurai pelukannya dan beralih menatap teman-temannya yang jaraknya sudah lebih dekat.

"Sa, aku minta maaf udah nyakitin hati kamu dengan kata-kataku tadi," ungkap Imah dengan wajah melasnya.

"Aku juga minta maaf karena tadi di kelas pindah tempat duduk gara-gara males Deket kamu," tutur Ayu yang memang orang yang paling akrab dengan Sasa bisa di bilang satu frekuensi dan di kelas keduanya pun satu bangku, namun ketika di kelas tadi mendadak Ayu berpindah tempat ke kursi kosong paling belakang.

"Kita semua bener-bener minta maaf atas segala kesalahan kita, Sa. Semoga kamu bisa ikhlas maafin kita!" ungkap Zia yang kebetulan duduk di sebelah Sasa.

Sasa menarik kedua sudut bibirnya ke atas memandang semua sahabatnya yang begitu ia rindukan mulai dari, canda, tawa mereka yang membuat seisi kamar gaduh, paling penting kebersamaan yang pasti selalu membekas di memori ingatannya.

THE SANTRI {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang