Happy reading<3
Typo bertebaran!!Selepasnya balik dari sekolah Dina mendadak jadi pendiam bahkan sedari tadi teman-temannya mengajaknya berinteraksi sama sekali tak ia tanggapi.
Dina duduk di kursi belajarnya seraya memainkan bolpoin yang ada di atas meja, tatapannya menatap lurus ke depan tanpa adanya gambaran alias kosong. Ia pun belum mengganti seragam sekolahnya yang masih melekat di tubuh mungilnya.
Sasa berinisiatif untuk mendekati Dina, ia menepuk pundak gadis itu sampai Dina pun tersentak kaget.
"Kamu kenapa sih? Dari pulang sekolah diem terus, ada apa?" ujar Sasa karena heran dengan sikap sahabatnya yang aneh.
Hanya gelengan kepala yang menjadi jawaban dari pertanyaan Sasa, Dina memilih untuk memendam saja masalah ini sebab ini urusan pribadinya jangan sampai ada seorang pun yang mengetahuinya.
Sasa memutar biji matanya seraya berdecak, "ck...Yaudah kalo kamu gak mau cerita, mending kita makan. Tadi Vivi udah ambilin makan buat kamu." Dina pun beranjak dari tempatnya kemudian duduk di atas karpet tipis, yang di atasnya sudah ada dua piring gundukan nasi beserta lauk-pauknya.
Lantaran semuanya telah lebih dulu menyantap makan siang mereka, hanya tinggal tersisa milik Dina dan juga Sasa. Keduanya pun makan dengan lahap tanpa mengeluarkan suara.
Malam hari tiba tepat jam 01.00 di saat semuanya masih terlelap dalam tidurnya, berbeda dengan Dina yang sudah bangun lebih awal. Ia keluar dari kamarnya dan berjalan menapaki lorong menuju musholla.
Sesampainya di musholla ternyata masih sepi belum ada siapapun yang datang kecuali dirinya, dengan menghadap kiblat Dina menggelar sajadahnya kemudian ia menjalankan shalat sunah tahajjud sebanyak 8 rakaat dan di tutupi shalat witir sebanyak 3 rakaat.
Tidak selesai di situ saja, Dina kembali berdiri untuk menunaikan 4 rakaat shalat hajat. Terakhir ia membaca Al-Qur'an, surah Al-mulk di sertai suara merdunya.
Di semua kegiatan yang di lakukan Dina rupanya ada seseorang yang memerhatikan dari jauh, seorang laki-laki itu tersenyum, dia terpaku melihat gadis shalihah yang sedang duduk seorang diri seraya memegang kitab suci Al-Qur'an.
Ia pun ikut terhanyut mendengar lantunan suara merdu gadis itu, dirinya sangat mendambakan memiliki istri shalihah sepertinya.
Seakan tersadar dari khayalannya ia pun beristigfar dalam hati lalu beranjak dari tempat tersebut dan memasuki musholla pria.
Tepat ketika Dina menyelesaikan bacaan Alquran-nya, Sasa bersama teman yang lainnya datang untuk melaksanakan kegiatan yang sama seperti Dina lakukan tadi.
"Pantesan di kamar gak ada ternyata kamu udah duluan, Din!" ucap Ayu.
Dina tersenyum tipis, "aku gabut, jadi aku duluan deh."
Tidak hanya mereka saja yang datang, santri-santri yang lain pun mulai berdatangan sebab jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga.
ᕙ༼◕ ᴥ ◕༽ᕗ
"Hari ini kita ulangan harian!!"
Pernyataan berikut spontan membuat para murid mengerang kaget, sebab mereka belum mempersiapkan apapun untuk menjawab soal ulangan. Bahkan belum membuat contekan.
"Yah ustadz, gak bisa besok ajah gitu ulangannya. Kan saya belum belajar," protes Putra untuk meminta negosiasi.
"Saya gak salah denger, kamu belajar? Belajar buat contekan, iya?" jawaban ustadz Amar berhasil membuat Putra tak berkutik.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SANTRI {On-Going}
Teen Fiction•FOLLOW DULU SEBELUM LANJUT MEMBACA!!! •MURNI HASIL IMAJINASI AKU.!!! •MOHON MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN, KARNA INI KARYA PERTAMA AKU>< [Sering perbaikan kata] Menceritakan tentang keseharian santriwan dan santriwati pondok pesantren Al mu'minin. Sek...