Happy reading<3
Typo bertebaranDina dan juga Zia sedang berada di salah satu kamar santri putri yaitu kamarnya Suci, mereka tengah mengintrogasi dua anak perempuan yang masih berstatus baru.
"Kamu bener liat dia yang ambil?" tanya Dina memastikan kepada salah dari mereka.
"Iyah, kak. Aku liat dia kemarin lagi sembunyi-sembunyi," jawabnya penuh keyakinan.
Dina menatap satu anak yang berada di depannya. "Bener kamu yang ambil?" tanya Dina kepadanya namun hening dia hanya menundukkan kepalanya tidak ingin menjawab pertanyaan Dina.
Dina menghembuskan napasnya pelan melihat tidak ada pengakuan dari bocah tersebut.
"Jangan takut buat jawab, kita gak marah kok." Kini giliran Zia yang berucap. "Jadi, bener kamu yang ambil uang Suci?" tanyanya sekali lagi.
Santri baru yang di akui bernama Syifa itu menganggukkan kepalanya pelan. Wajahnya masih ia sembunyikan dengan menundukkan karena perasaan takut lebih mendominasi, apalagi saat ini teman-teman yang lain ikut mengerubunginya sebagai bahan tontonan.
"Kalau kamu gak ada uang bisa minjem sama temen-temen yang lain. Jangan ambil yang bukan hak kamu, Faham?" Nasihat Dina dan lagi-lagi hanya di balas anggukan kecil dari Syifa.
"Atau kamu boleh bilang sama ustadzah kalo uang kamu habis, nanti pasti di kasih kok," tambah Zia.
"Ayok, minta maap sama Suci. Dan janji gak akan mengulanginya lagi," titah Dina dan Zia menyuruh Syifa agar segera meminta ampunan kepada Suci karena sudah mengambil uangnya tanpa izin.
"Suci, aku minta maap udah ambil uang kamu. Aku janji gak bakal ngilangin lagi," ujar Syifa seraya menjabat tangannya, Suci hanya tersenyum tipis sambil membalas jabatannya lalu mengangguk lucu.
"Udah aku maapin, kok," jawab Suci ikhlas.
Senyuman senang tercetak di bibir Zia dan Dina. Sebagai kakak senior dia harus bisa membantu adik-adik kelasnya yang terlibat masalah seperti saat ini contohnya.
"Oke, sekarang semua sudah selesai. Pesan kakak cuma satu, berpikir sebelum bertindak. Jika pola pikir kita baik maka apa saja yang kita lakukan akan baik pula." Perkataan terakhir dari Dina untuk mereka semua yang tentu saja masih bersifat kekanak-kanakan. Maka dari itu tugas senior selain memberikan contoh yang baik dia juga harus mengajarkan sikap kedewasaan melalui berbagai proses kehidupan.
✧\(>o<)ノ✧
Sosok gadis cantik berjalan seorang diri di koridor komplek sambil celingukan mencari apakah ada santri yang bisa membantu mengerjakan tugasnya. Sasa melihat ada dua santri sedang duduk sambil bercanda gurau, ia berniat menghampiri mereka.
"Assalamualaikum!" ucap Sasa saat sudah berdiri di hadapan kedua santri itu.
"Waalaikumussalam!" jawab keduanya serempak.
Sasa menatap kedua santri itu sambil melempar senyum manisnya namun tidak ada balasan dari mereka.
"Emm, kalian lagi sibuk gak?" tanya Sasa pada mereka
"Enggak!" jawab salah satunya dengan nada dingin.
"Aku boleh minta tolong?" tanya Sasa dengan harapan mereka dapat membantu dirinya.
"Tolong apa?" tanyanya balik dengan nada acuh.
"Bantu aku piket di rumah umi Khusnul," jawab Sasa.
Kedua santri itu saling melempar tatapan malas namun sedetik kemudian menganggukkan kepalanya membuat Sasa memekik senang dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SANTRI {On-Going}
Teen Fiction•FOLLOW DULU SEBELUM LANJUT MEMBACA!!! •MURNI HASIL IMAJINASI AKU.!!! •MOHON MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN, KARNA INI KARYA PERTAMA AKU>< [Sering perbaikan kata] Menceritakan tentang keseharian santriwan dan santriwati pondok pesantren Al mu'minin. Sek...