Happy reading<3
Typo bertebaranPagi ini tepat pukul 06.30 seluruh santriwan maupun santriwati sudah stand by di lapangan sembari menunggu instruksi dari ustadz Abdul sebagai sang pemandu, hari ini mereka akan pergi berziarah ke makam Sunan Gunung Jati, Cirebon. Yang rutin di lakukan setiap satu tahun sekali.
Bus pariwisata sudah berjejeran di lapangan sekitar ada sepuluh bus yang siap mengantar mereka menuju tempat tujuan dengan selamat, tentu membuat seluruh santri gembira karena bisa refreshing dan sedikit merilekskan otak mereka yang setiap harinya di penuhi oleh hafalan-hafalan berbagai macam kitab.
Yang paling bikin mereka gembira adalah kali ini pihak pengurus ponpes mengizinkan para santri membawa handphone atau gadget lainnya yang mereka punya, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pihak pengurus selalu melarang mereka membawa gadget, alasannya takut hilang.
Lain tempat Dina bersama yang lainnya masih menunggu giliran untuk masuk kedalam bus. Tika sebagai pengurus mengabsen satu-persatu santri putri. Setelah di absen mereka semua di persilahkan untuk masuk ke dalam bus secara tertib.
Samar-samar Dina mendengar ada yang meneriaki namanya, ia menengok kebelakang. Nampak seseorang sedikit berlari menghampiri Dina dan langsung menyodorkan satu plastik kresek.
"Nih, Abang beliin nasi rames buat Dina, pasti kamu belum sarapan kan?" sudut bibir Dina melengkung menampilkan senyum manisnya melihat siapa yang memberikan itu padanya.
Dina menerima plastik yang berisi nasi rames itu. "Makasih, Abang juga jangan lupa makan, yah!" ucap Dina.
"Iya, gampang yang penting calon istri Abang jangan sampe kelaparan," jawabnya tanpa memperdulikan kondisi jantung Dina yang berdetak lebih kencang pipinya pun memerah macam kepiting rebus.
"Yaudah masuk sana! Nasinya jangan lupa di makan!" perintahnya yang langsung di turuti oleh gadis itu.
Dina pun masuk ke dalam bus dan duduk di sebelah Vivi, Zia, Tia, Tika, Ayu, Sasa dan Imah. Mereka mendapat tempat duduk di kursi paling belakang.
Masih memikirkan kejadian tadi, Dina merasa hatinya berbunga-bunga seulas senyuman tak kunjung luntur dari bibir tipisnya. Ia tak menyangka jika ustadz Amar akan mengantarkan sarapan untuknya walau hanya sebungkus nasi rames.
orang yang di panggil Abang tadi adalah ustadz Amar, Panggilan itu hanya berlaku jika mereka sedang berdua dan di luar tugas ustadz Amar sebagai guru.
Bus melaju dengan kecepatan standar posisi mereka sudah memasuki tol Cipali, dalam bus tersebut para santri putri memilih untuk tidur saja supaya tidak merasa pusing dan mual dalam perjalanan.
Beda dengan bus yang di tumpangi santriwan, tepatnya bus yang di tumpangi Farhan, Arul, Putra, Iki, dan Bowo. Di dalamnya di penuhi dengan berbagai candaan maupun celotehan yang mereka lontarkan terkadang membuat seluruh yang ada di dalamnya tertawa dengan lawakan yang mereka buat.
"Cangcimen. Cangcimen. Kacang, kuaci, permen!" teriak Arul layaknya orang yang biasa berjualan dalam bus.
"Yang aus, yang aus!" tambah Farhan ikut ikutan.
"Perhatian untuk semuanya gue sama Bebek mau numpang nyanyi," ujar Bowo bersama bebek ralat Iki, dua orang itu berdiri di tengah-tengah kabin bus.
"Mau nyanyi apaan sih, Lo? pecah nanti gendang telinga gue denger suara Lo berdua!" sarkas Putra menatap Iki juga Bowo, tidak tahu saja bahwa dirinya tengah menahan mual akibat tidak tak biasa menaik bus.
"Ett dah, gitu amat abangnya," jawab Bowo.
Iki dan Bowo mulai berdeham mengetes suara. "Ekhemm... Ekhemm!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SANTRI {On-Going}
Ficção Adolescente•FOLLOW DULU SEBELUM LANJUT MEMBACA!!! •MURNI HASIL IMAJINASI AKU.!!! •MOHON MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN, KARNA INI KARYA PERTAMA AKU>< [Sering perbaikan kata] Menceritakan tentang keseharian santriwan dan santriwati pondok pesantren Al mu'minin. Sek...