👉[٠٣٥]👈

58 4 0
                                    

Happy reading and enjoy!
Hati-hati typo!

Betapa terkejutnya Sasa begitu mengetahui bahwa Farhan kabur dari pesantren. Ia langsung teringat kejadian saat acara sesi foto di akhir haflah dirinya melihat sangat jelas Farhan menatapnya dengan senyuman menghiasi wajahnya akan tetapi respon yang Sasa berikan hanya tatapan datar dan sikap cueknya.

"Apa, aku cari dia?" ucap Sasa pada dirinya sendiri sambil memutar otaknya untuk berpikir. Satu sisi dia juga merasa kasihan kepada bunda Farhan yang sudah jauh-jauh datang tapi tak bisa bertemu anaknya.

Gadis yang tengah melamun itu mendadak terjengit kaget sebab tiba-tiba ada orang yang menepuk pundaknya.

"Hey, kamu kenapa bengong? awas ada setan lewat kesurupan nanti!" Rupanya Ayu yang sudah membuat Sasa kaget.

"Apaan sih, ngaco kamu," balas Sasa setelah menetralkan mimik wajahnya.

"Aku sudah selesai, nih. Ayok balik ke kamar," ucap Ayu yang memang sudah menyelesaikan tugas piketnya sedari tadi.

"Kamu duluan ajah. Aku masih harus ngepel kamar tamu,"alibinya padahal ia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Hanya saja niatnya setelah ini akan keluar guna mencari seseorang.

"Beneran gak mau di tungguin?" tanya Ayu meyakinkan sahabatnya itu.

"Gak perlu! Sana duluan ajah," usir Sasa lantas Ayu mengangguk kemudian pamit untuk kembali ke kamar lebih dulu.

Memastikan bahwa Ayu sudah benar-benar tidak terlihat Sasa segera bergegas menaruh peralatan bersih-bersihnya ke tempat semula. Selanjutnya gadis cantik tersebut keluar melalui pintu belakang seperti saat masuk tadi.

Ia berlari kecil untuk menuju gerbang utama sebelum ada orang yang mencurigai dirinya. Sepertinya tidak ada yang menjaga gerbang saat ini, buktinya pos satpam tidak ada siapapun. Ini bisa lebih memudahkan Sasa untuk keluar tanpa harus lapor terlebih dahulu.

Sasa sudah berhasil keluar dari pesantren buru-buru ia memberhentikan angkutan umum untuk menuju jalan besar dan lebih mudah ia mencari Farhan. Semoga saja.

U ´꓃ ' U

"Maksud kamu apa nyebarin fitnah kayak gitu?" Kedatangan Mely dan Revi beberapa jam lalu langsung membuat Zia dan teman-temannya menginterogasi masalah tuduhan kemarin.

Raut wajah kedua gadis itu tampak biasa saja seolah tak terjadi apa-apa. Justru menampakan raut remehnya.

"Gak seru, ternyata kalian semua sudah tau," tukas Revi menatap satu persatu lawan bicaranya yang hampir semuanya memojoki dirinya dan Mely.

"Jahat banget kamu udah fitnah Sasa maling!" ujar Imah jengah melihat ekspresi santai mereka berdua.

"Mau kamu apa sih, sampai tega ngelakuin hal itu," timpal Tika memandang keduanya geram.

Revi tertawa sumbang mendengar pertanyaan yang di lontarkan Tika barusan. Ini yang ia tunggu-tunggu sedari tadi.

"Gue mau lihat persahabatan kalian hancur!" pungkas Revi dengan senyuman miringnya.

"Sayangnya itu gak akan pernah terjadi!" Dina yang sedari tadi hanya memantau dalam diam kini mulai angkat bicara.

"Setidaknya gue merasa sedikit puas beberapa hari kemarin lo semua benci sama cewek itu. Gak ada yang peduli sama dia bahkan lo semua lebih percaya sama kita," terang Revi lagi di angguki oleh Mely yang setia duduk di sampingnya.

"Orang munafik kayak lo emang gak akan punya sifat baik apalagi sisi positif." Raut penyesalan sangat kentara di wajah Zia karena sudah percaya omongan busuk Revi dan Mely.

"Gue gak segan-segan laporin kalian berdua ke ustadzah Ami," ujar Zia yang sudah kepalang emosi.

Bukannya takut Revi juga Mely justru bertubruk pandang dan saling memberikan senyum miringnya. Bahkan mereka berdua bersedekap dada sekaligus mengangkat wajahnya.

"Silahkan, kita tunggu panggilannya!" tukas keduanya memperlihatkan bahwa tidak ada rasa takut dalam diri mereka.

Sebelum terjadi hal tidak di inginkan Dina dan Ayu berusaha untuk menengahi mereka yang terlanjur terbawa suasana meskipun ia juga sama gregetnya namun tertahan untuk tidak membuat pertengkaran besar. Biarlah keburukan itu terbalas oleh sendirinya.

(⁠⊙⁠_⁠◎⁠)

Sudah hampir satu jam gadis cantik ini terus mengayuhkan kakinya tanpa henti. Teriknya matahari tak membuat gadis itu lelah. Hatinya bertekad untuk tidak kembali sebelum menemukan seseorang yang ia cari. Ia pun yakin bahwa usahanya akan berhasil.

Berkilo-kilo meter sudah ia tempuh namun tetap belum ada tanda-tanda petunjuk. Hembusan napasnya terdengar sendu harus kemana lagi ia berjalan. Retinanya menghadap ke atas tampak awan mulai menggelap, matahari pun mulai bergerak turun di sebelah barat.

"Aku harus kemana lagi coba, buat cari dia." Kebingungan pun melanda bahkan dirinya pun tidak tahu posisi ia sekarang karena sudah terlalu jauh berjalan.

Lama bergeming tanpa kepastian ia memutuskan untuk kembali menaik angkutan umum. Ia duduk persis di samping kaca agar bisa merasakan sejuknya angin sore. Penumpang di dalamnya tidak banyak hanya ada dua orang ibu dan satu anak kecil duduk di pangkuan ibunya.

Saat sedang merasa damai dengan embusan angin tiba-tiba ia melihat siluet seseorang yang tengah ia cari. Dengan tidak sabaran ia menyuruh sang supir untuk berhenti setelah ban mobil tak berputar lagi ia segera turun tidak lupa sebelum pergi untuk membayar ongkos angkutannya.

Dugaannya sangat tepat kini ia berhasil mendapati seorang yang dirinya cari. Halangannya kini adalah gadis itu sedikit ragu untuk melangkah mendekati karena banyaknya pria berpenampilan seram membuat nyalinya ciut.

"Ya Allah, lindungilah hambamu ini." Suara hatinya bergumam ia mulai mengatur napasnya supaya lebih tenang. Perlahan ia mengayunkan langkahnya menuju sebuah gerombolan para lelaki tersebut.

"Farhan," panggilnya ketika sudah berada tepat di depan seseorang.






Thanks for reading!

Jangan lupa vote and spam comen!

Babay, sampai jumpa di next chapter 🤗

THE SANTRI {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang