👉[٠٢٠]👈

183 43 5
                                    

Happy reading<3
Typo bertebaran!!


Bugh!

Bugh!

Farhan memukul habis-habisan wajah mulus Candra tanpa memberi celah untuk pria itu membalas, keberadaan mereka sekarang di belakang gedung pesantren. Setelah bertemu dengan Sasa ia langsung menyeret laki-laki itu dan langsung menghantam wajah serta perutnya. Pelipis pun sudah mengeluarkan sel darah merah, entah kesalahan apa yang di perbuat oleh Candra sampai membuat Farhan murka padanya.

"Lo kan yang tadi mau nyelakain Sasa? Jawab sialan!" bentaknya, Farhan meremat baju atas Candra.

"Bukan gue," balasnya kelewat santai.

"Iyah bukan Lo, tapi anak buah lo." Candra menangkis tangan Farhan hingga genggamannya terlepas.

"kan gue pernah bilang kalau gue mau kasih dia sedikit sentuhan. Tapi sayang, tadi pahlawannya dateng. Its oke masih ada hari esok."

"Bajingan!"

Bugh...

Farhan kembali membabi-buta aura bringasnya muncul sebab ada orang yang memancingnya. Tidak tinggal diam, Candra membalas dengan meninju perut Farhan hingga pria itu terpental ke belakang.

"Hey! Hey! ada apa ini?" Farhan segera menegakkan tubuhnya kala suara seseorang yaitu Gus Ilham datang.

Awalnya Gus Ilham sedang jalan-jalan santai namun saat itu ia mendengar suara orang ribut, alhasil ia menghampiriku dan juga memastikannya.

"Astaghfirullah, kalian berdua bertengkar?" serunya ketika mengetahui ada lebam pada wajah Candra juga darah di pelipisnya. Kedua sejoli itu tidak menjawab, Farhan mengubah ekspresi wajahnya sedatar mungkin.

Farhan melihat Candra sedang menyeringai ke arahnya.

"Ikut saya sekarang!" Gus Ilham menyeret lengan Farhan dan juga Candra, ia membawa keduanya ke tengah lapangan.

Farhan serta Candra sudah berdiri tepat di bawah tiang bendera, Gus Ilham memandang Farhan dan Candra bergantian, ia dapat menyimpulkan bahwa ada masalah besar yang membuat kedua santri dihadapannya kini berselisih.

Gus Ilham mengambil udara sejenak, "Apa yang ada di pikiran kalian? sampai kalian berdua bertengkar, kalau ada masalah bisa di selesaikan baik-baik tanpa harus adu jotos seperti ini." Tutur kata yang lembut juga sikapnya yang berwibawa dan karismanya yang tinggi, ia memberikan pengertian kepada dua santri tersebut.

"Itu urusan saya! Anda perlu tidak ikut campur!" balas Farhan, "Anda siapa?!" Rupanya Farhan belum mengenal siapa sosok pria berkarisma di hadapannya itu.

"Ilham Muhammad As-Syauriel Haddad. Putra bungsu kyai Ma'aruf."

Farhan mengamati penampilan Gus Ilham dari atas sampai bawah. Sangat rapih dan bersih berbeda dengannya yang berpenampilan jauh dari kata rapih alias urakan.

"Kamu keponakannya ustadzah Ami, betul?" tanya Gus Ilham kepada Farhan. Ia mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan tersebut.

Di waktu yang sama namun berbeda lokasi, Arul memasuki kamarnya pemandangan pertama yang ia lihat adalah Putra yang sedang terlelap di atas kasur ranjangnya.

Arul menghampirinya, "punya temen kerjaannya kalo gak tidur, ya nyusahin orang!" dumelnya.

Arul menepuk-nepuk punggung Putra sebab posisi tidurnya yang membelakangi, tepukan pertama tidak ada reaksi apapun dari sang empu. Tepukan kedua berhasil membuat putra menggeliat tetapi hanya sebatas menggeser tubuhnya dan kembali terlelap.

Arul memukul pundak Putra lebih keras sembari menggoyangkan tubuh temannya itu, "Putra bangun, woy!" Teriaknya kencang tepat di telinga Putra.

Sang empunya pun membuka kelopak matanya yang semula tertutup rapat, "paan sih? ganggu gue mimpi aja lo!" ketus Putra menatap kesal orang yang berani mengganggu tidurnya.

THE SANTRI {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang