19. Please Come Home

8.1K 982 49
                                    

Happy Reading!!!

Hazel menatap datar dan terkesan malas melihat Javio yang berenang dengan bahagia bersama Mavio. Hari ini Hazel hanya duduk melamun di dekat kolam renang.

Bunda sudah menyuruh Hazel kembali ke kamarnya namun rasanya sangat suntuk. Sudah dua hari ini Hazel berdiam di kediaman Javio.

Hazel tidak melakukan apaun kecuali menuruti semua perkataan bunda dan Jeffrey. Pulang setelah mendapat ijin dari Dokter Kevin yang pasti dengan semua sogokannya membuat Jeffrey sangat protective dengannya saat ini.

Hazel tidak bisa kalau tidak berpikir tentang papanya. Sudah berulang-kali Hazel menanyakan keberadaan Jonathan di setiap malam namun Jeffrey akan berujung mengganti topik.

"Hazel, minum obat dulu sayang!"

Hazel menoleh mendapati Luna yang sudah tersenyum lebar padanya. Wanita cantik itu akhir-akhir ini sangat sibuk mengurusnya sampai mengambil cuti beberapa kali pemotretan majalah.

Luna duduk di samping Hazel dengan memberengut ketika mendapati Hazel yang menyeburkan setengah kakinya pada kolam renang. Hazel masih diam, entah kenapa akhir-akhir ini anak itu jarang berbicara dan terkesan lebih pendiam.

"Hazel pindah dulu sini. Kamu baru sembuh gak boleh panas-panasan."

Luna menyuruh Hazel bangkit dan duduk di sofa dekat kolam renang. Manik Hazel menatap Luna yang tengah mengeluarkan beberapa kapsul obat yang terlihat besar lalu memeberikan padanya.

"Bunda.."

"Hmm.."

Hazel menatap mual obat-obat di depannya. Hazel tidak suka rasa pahit. Semua obat di depannya sangat besar dan seperti racun. Apalagi sehari tiga kali Hazel dipaksa untuk meminumnya.

"Gak suka, pait."

Luna menghela napas ketika melihat raut sedih Hazel. Sebenarnya dia juga tidak tega memaksa Hazel menelan benda pahit ini. Namun jika Hazel tidak mengkonsumsinya bagaimana dengan kesehatannya.

"Hazel kalo sakit obatnya padahal cuma satu."

"Tapi kan Hazel udah besar, jadi obatnya nambah tau."

Hazel cemberut, "Kata mama kalau minum banyak-banyak obat gak baik."

Luna meringis Hazel memang pintar namun juga sangat polos. Dia masih sangat kecil ketika Gwen meninggalkannya. Hazel masih butuh pelukan seorang ibu. Dan kali ini Luna sangat bertekat ingin melindungi anak sebaik Hazel.

"Hazel mau es krim enggak buat penetral rasa paitnya?"

Hazel mengangguk lucu. "Minum dulu ya tapi. Janji deh nanti bunda ajak Hazel ke suatu tempat."

"Ke mana?"

"Minum dulu—"

"JAVIOO?!?!"

Hazel tersedak waktu mendengar teriakan super melengking membuat tenggorokannya sakit bukan main. Luna panik setengah mati sambil mendelik marah ke arah Mavio sang pelaku.

The Sun Is Fading ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang