Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hazel melipat kedua kakinya di depan dada. Meringkuk sendirian di tepi tembok yang dingin. Hazel tidak tahu kenapa tiba-tiba kepalanya sangat pusing sekali.
"Kenapa berisik hiks...." Hazel menggelengkan kepalanya ribut sambil terus terisak.
Rumahnya sepi tidak ada orang selain dirinya. Tapi kenapa telinganya mendengar banyak suara teriakan dan bising.
Hazel tidak tahu tapi suara-suara itu terus mengganggunya. Kepalanya semakin sakit. Hazel menjambaki rambutnya kuat-kuat tidak peduli helaian rambutnya yang rontok.
"Pa-papa.. takut.." Hazel berbisik pilu. Tiba-tiba merasa takut dengan sekitar.
Hazel merasa pasokan oksigen di rumahnya terkuras habis. Bibirnya terbuka bergetar mencari celah udara supaya bisa masuk ke saluran pernapasannya.
Tapi kepalanya lagi-lagi seperti dihantam batu besar. Membuat pandangannya membuaram. Kedua tangannya sudah menutup telinganya kuat -kuat.
Dan tiba-tiba bau anyir kembali membuatnya mual. Hazel dengan gemetaran menghapus darah yang keluar dari hidungnya.
Hazel terisak kencang, kepalanya sakit, suara-suara itu masih ada dan kini perutnya seperti diaduk. Tubuh Hazel meluruh ke lantai tidak bisa menyanggahnya lagi.
Lantai sudah dipenuhi bercak darah. Hazel terus bergumam 'papa' disaat kesadarannya tinggal sedikit. Bajunya yang awalnya berwarna putih sudah berubah merah darah.
Hazel menggigil mengeratkan pejaman matanya karena tiba-tiba rasanya aneh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Javio berjalan mengendap memasuki rumahnya dengan pelan. Sebenarnya tidak perlu takut. Pasti bundanya pergi ke toko kue atau shopping menghabiskan uang Jeffrey.
