22. To be Honest

6.5K 877 150
                                    

Happy Reading❤️

Siang ini Hazel duduk termenung menatap gumpalan awan cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang ini Hazel duduk termenung menatap gumpalan awan cerah. Helaan napas kecil sudah berulang-kali mengudara dari bibir pucatnya. Harusnya Hazel tidak berdiam diri di balkon kamarnya.

Mengingat tadi malam sempat membuat seumua orang panik, sayangnya Hazel terlalu lelah dan merasa sedih. Satu-satunya hanya menatap langit dengan pandangan berkaca-kaca.

Hari ini harusnya Hazel berangkat ke sekolah, mengingat beberapa hari lagi wisuda kelulusan akan dilaksanakan. Hazel merasa sedih karena tidak bisa ikut menghias ruang aula dan lain-lain.

Javio pagi-pagi sekali sempat mengetuk pintu kamarnya. Dan Hazel sama sekali belum beranjak dari tempat tidur. Elusan lembut tangan Luna membuatnya nyaman.

Hazel tahu telah membuat Bunda Javio tidak tidur semalaman dan juga papanya. Pikirannya berkecambuk, Hazel sangat merepotkan. Ketakutan-ketakutan semakin membuatnya ingin menangis dan meneriaki sekitar.

"Hazel, tau gak sih lima hari lagi kita bakal wisuda, keren banget ah, pengen cepet-cepet high school aja gue terus bawa mobil sendiri."

Begitulah Javio yang hampir menghabiskan satu jam penuh di pagi hari demi berceloteh seantusias apa dirinya untuk melepas label anak-anak. Luna hanya geleng-geleng kepala.

Sedangkan Hazel hanya tertawa renyah karena tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana. Bukan dirinya tidak senang, tapi rasanya ada yang membuat sudut hatinya ngilu.

"Eh, tapi Zel denger-denger lo tetep urutan satu pararel sih." Kata Javio sambil mendengus, "Untung enggak si Jerry!"

Hazel hanya tersenyum, dari dulu dirinya memang sudah didoktrin untuk tetap menjadi kebanggaan papa. Hazel hanya bisa menurut walaupun tidak ada catatan Jonathan yang akan mengambil nilai lapornya.

Hazel tidak tahu, tapi rasanya sangat sakit. Setelah mendengar teriakan Luna yang menyuruh Javio cepat-cepat pergi ke sekolah kini bibir mungil pucatnya hanya bisa bergumam tidak jelas.

Luna sudah hampir sejam lalu pulang untuk memberesi rumah yang sebelumnya sudah membuatkannya sarapan. Rumahnya kembali sepi setelah pagi tadi sempat ada perdebatan kecil.

Hazel yang tidak ingin Jonathan pergi namun paksaan kecil membuatnya lemas dan memilih diam, lebih tepatnya membisu enggan menjawab pertanyaan apapun setelah itu.

Javio saja hanya mendapat gelak tawa yang sama sekali bukan Hazel. Dan untuk kasus Luna, tepatnya Hazel menyuruhnya pulang dengan paksa.

Awalnya Luna menolak dengan keras. Tapi tatapan memohon Hazel yang seperti putus asa hanya ingin menenangkan pikiranya sendiri membuat jiwa keibuannya tecubit.

Luna menghela napas. Lagipula kini Jeffrey telah mendapatkan bodyguard untuk mengawasi lebih demi Hazel. Beberapa bodyguard yang berjaga dan dua asisten rumah tangga yang didapuk untuk mengurusi segala keperluan rumah.

The Sun Is Fading ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang