23. Not His Son

8.2K 911 36
                                    

Happy Reading ❤️

Hazel berjalan tergesa menuruni anak tangga rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hazel berjalan tergesa menuruni anak tangga rumahnya. Setelah lima hari lamanya hanya berdiam diri di dalam kamar. Akhirnya Hazel bisa bernapas lega ketika mengetahui hari ini adalah hari special, yaitu kelulusannya.

"Hazel pelan-pelan." Luna yang kebetulan dari semalam menginap di kediaman Jonathan dengan Javio berdecak marah karena ulah Hazel yang barusan.

"Bunda, Hazel gak bisa make ini." Hazel cemberut menatap rompi hitam di tangannya.

Luna terkekeh lalu memakaikannya dengan rapi rompi hitam itu pada tubuh Hazel yang mungil.

"Sarapan dulu ya!"

Hazel mengangguk. Setelah bangun tidur pagi tadi pandangannya terus mengedar ke sembarang arah guna menemukan papanya.

Sayangnya sampai sekarang sosok tinggi Jonathan tidak terlihat di sudut rumah manapun. Luna melihat raut wajah Hazel yang cemberut menahan sedih.

"Kenapa sih?"

Hazel menggeleng pelan ketika bahunya dielus lembut oleh tangan Luna.

"Jujur deh ya, bunda tau Hazel cari papa kan? Kenapa gak tanya aja dari tadi."

Hazel hanya terdiam dan menggigit bibir bawahnya. Pasti papa sibuk, Hazel tidak seharusnya menanyakan keberadaan Jonathan. Bukankah ini sudah biasa.

Tapi kenapa seolah ada sesuatu yang kurang. Harusnya papa nanti menghadiri graduationnya. Dan Hazel ingin Jonathan yang mengambil langsung di sekolah perihal nilai examnya.

Hazel sudah bekerja keras, bolehkah dia berharap papa akan mendampinginya untuk ini.

"Pa-pa nanti dateng kan?" Gumamnya hampir tidak jelas.

Luna tersenyum dan memilih memberikan sepiring nasi goreng pada Hazel. Lalu Luna berbalik arah pergi ke dapur sebelum suara lirih nan bergetar milik Hazel mengudara.

"Bunda..."

Luna tersentak lalu dengan panik menghampir Hazel cepat yang sudah berkaca-kaca.

"Hey, ada apa sayang?" Luna menangkup pipi tembam Hazel lembut.

Namun Hazel hanya menggeleng kencang kemudian memeluk tubuh Luna erat. Raut wajah Luna berubah sangat khawatir.

Tangannya hanya bisa mengelus pundak sempit itu beruang-kali. Isak tangis Hazel mulai terdengar samar-samar.

"Hazel pasti nyusahin—"

"Loh, kok Hazel bilangnya gitu sih sayang?!"

Hazel terisak cukup keras dan mengelap ingusnya dengan kasar, "Ta-tapi Hazel sakit, pasti Hazel bikin papa repot hiks.."

Luna menghela napas dan melepas pelukan Hazel dengan lembut.

"Liat bunda deh! Hazel gak boleh berpikir kayak gitu. Papa sayang sama Hazel." Luna tersenyum sambil mengelus pipi Hazel yang masih terdapat bercak air mata.

The Sun Is Fading ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang