Happy reading!!!
Hazel merebahkan punggungnya di atas tempat tidur. Tubuhnya sangat lelah setelah seharian berada di sekolah. Apalagi tadi Hazel sempat menunggu jemputan yang ternyata papa menyuruhnya pulang bersama Javio.
Kamarnya sepi bukan main Hazel sudah bosan hanya terus berguling-guling saja. Rasanya ingin keluar rumah tapi pasti tidak akan mendapatkan ijin sama sekali.
Hazel memang sudah dibiasakan di rumah sendiri sejak SD. Semenjak mama tiada, papa mulai sibuk bekerja tanpa ingat akan ada seseorang yang kesepian di rumah.
Untuk asisten rumah tanggannya sudah biasa pulang di sore hari seperti ini. Sedangkan di depan rumahnya hanya ada satpan. Dan itupun satpan komplek yang sudah sering papa titipkan keamanan rumahnya.
Hazel mengerucutkan bibirnya ketika melihat selembar nilai try out minggu lalu. Nilainya tidak buruk, bahkan sangat bagus. Tapi Hazel sadar semua nilainya turun beberapa angka.
Papa belum tahu, Hazel terlalu takut untuk memperlihatkan nilainya pada papa. Hazel sudah berjanji akan menjaga nilainya, tapi ujian nasional saja belum dimulai dan sekarang nilainya saja sudah menurun.
Hazel terkadang sempat heran. Daddy Jeff tidak pernah menuntut Javio untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Boro-boro KKM, Javio mendapat nilai enam saja Daddy Jeff sudah bersyukur.
Tapi Javio memang jago olahraga dia juga anak yang penurut kalau disuruh belajar mengelola saham. Apalagi Kak Mavio, Daddy Jeff masih bisa berharap lebih dengan kedua putranya.
Memangnya apa yang bisa Jonathan harapkan dari anak seperti Hazel ini. Kalau saja tubuhnya mendukung Hazel pasti bisa seperti Javio.
Dan entah kenapa Javio selalu bisa membuatnya merasa tidak pantas untuk hidup. Papanya terlalu sempurna untuk menjadi ayahnya. Begitupula mama, Hazel seperti bukan anak mereka.
Dulu Hazel sangat manja, anak yang merepotkan mama sampai di mana penyesalan itu harus datang. Hazel berulang-kali menyalahkan dirinya sendiri.
Hanya berdiam diri di kamar tepat setelah kematian mama. Tidak menangis, tidak berteriak dan tidak melakukan apapun. Hazel sewaktu itu masih kecil, tapi dia paham betul mama tidak akan hadir lagi di hidupnya.
Hazel ingat, seharian penuh dia tidak menyentuh makanan. Jonathan sampai pusing harus seperti apa. Hazel hanya melamun dan meringkuk di tepi kasur. Rasanya sangat berat harus melepaskan mama.
Sampai Jonathan yang datang dengan keadaan kacau lalu membanting mangkuk bubur ke lantai dengan kasar dan menyebabkan Hazel yang langsung tersentak, mematung mendengar isak tangis papanya yang seperti putus asa.
"Kamu mau bikin papa khawatir? Kamu udah gak sayang sama papa. Papa sekarang cuma punya Hazel dan sekarang Hazel matahari papa udah gak mau bersinar lagi. Kamu mau ninggalin papa kayak mama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sun Is Fading ✓
FanfictionHazel dan semesta yang tidak pernah memandangnya ramah. [TBC On Karyakarsa] - Haechan ft. Seo Johnny © brillantemine