11. As You Wish

9.8K 1.1K 62
                                    

Happy Reading ❤️

Hazel berjalan pelan menuju ke halaman belakang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hazel berjalan pelan menuju ke halaman belakang sekolah. Terduduk sendirian selepas ujian berlangsung. Napasnya memburu mencoba menenangkan keadaannya yang tiba-tiba tidak baik.

Halaman belakang sekolah yang sepi membuatnya leluasa menghirup udara dengan rakus. Inhalernya lupa Hazel bawa. Padahal di setiap suasana genting seperti ini Hazel merasa sesak luar biasa.

Hazel menunduk dalam memukuli dadanya kencang. Mencoba tetap menghirup udara namun rasanya sulit.

"Zel!"

Hazel terkesiap ketika mendengar suasana pekikan seseorang. Membuat tubuhnya langsung berbalik menghadap Javio yang sudah berdiri melototinya.

Di sana Javio napak marah yang dicampur khawatir. Langkah angkuhnya berjalan menghampiri Hazel dan tanpa ba-bi-bu langsung menarik tangan Hazel sampai tersungkur.

"JAVIO!"

bruk

Javio terbelalak ketika tubuh Hazel terpelanting menghantam tanah. Javio meringis melihat telapak tangan Hazel terluka karena bergesekan dengan batu.

"Hazel, you okey?" Tanya Javio khawatir.

Sedangkan Hazel sudah meringis kesatikan dan menggeleng secara brutal sambil memukuli dadanya.

"Anjing, jangan dipukul!" Pekik Javio memperingati Hazel.

Tangan Javio cekatan menahan pergelangan tangan Hazel erat. Namun Hazel masih tetap saja memukuli dadanya sampai dengan cara yang sedikit kasar Javio mendorong kencang bahu Hazel dan berakhir membentur pohon beringin di belakang Hazel.

"Javi sakit.." cicit Hazel sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan mungilnya.

"Jav, Jav gak bisa napas!"

Javio menggigit bibir bawahnya. "Maaf.."

"Hazel tenang dulu, pasti bisa napas kok!" Javio panik ketika melihat raut wajah Hazel yang semakin memucat.

"Bisa napas ayo!" Pekik Javio sambil meremat lengan Hazel erat.

Hazel mencoba lebih tenang dengan intruksi Javio. Hazel percaya Javio bisa membimbingnya karena sudah selama ini Javio selalu ada di saat Hazel kesulitan bernapas.

Javio menghela napasnya lega ketika dada Hazel sudah lebih stabil dari sebelumnya. Walaupun napasnya masih terdengar berat kali ini Hazel bisa lebih tenang.

"Lo, kenapa?" Javio berucap lirih ketika Hazel melemas sambil memejamkan kedua matanya.

Javio mendengus ketika tidak ada sahutan apapun, "Gue udah pernah bilang jangan jadi teledor Hazel. Lo ninggalin inhaler lo di rumah?!"

Hazel menggigit bibir bawahnya erat, menunduk dalam karena tatapan Javio berubah menjadi elang walaupun dengan mata sipitnya.

"Kepala Hazy pusing." Cicit Hazel penuh gemetaran.

The Sun Is Fading ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang