"Joong bunuh Eric dibelakang sekolah?." Tanya Seonghwa pada Mingi.
"Iya, Bang Joong tau rencana Eric buat nyerang Ceng disekolah sekalian bunuh mereka. Jadinya Bang Joong dateng duluan dan langsung bunuh Eric." Jelas Mingi.
"Ketauan CCTV belakang sekolah dan pak satpam disana kan sempet liat Bang Joong kesekolah itu buat nganter nasi bungkus titipan Lucas, jadinya dia ngadu kekepsek sekolah kalo Bang Joong temenan sama Ceng dkk, jadinya mereka ber5 bakalan kena masalah alias kena DO." Lanjut Minho.
Seonghwa meremas rambutnya kasar, Renjun diam dan Jaemin pun sudah tidak bisa berkata - kata.
"Isi CCTVnya?." Tanya Renjun.
San menoleh, "di CCTV sebenernya gak terlalu keliatan karena jarak gudang sama tkp mereka agak jauh dan Bang Joong ngebelakangin kamera. Kita sama polisi juga gak tau apa yang sebenernya Bang Joong pake buat bunuh Eric. Tau tau Eric mati aja gtu."
"Bang Joong bilang dia gebuk - gebukan sama Eric yang bawa 2 pistol dan 1 pisau lipet, tapi dia sekarat duluan." Gerutu Jongho.
"Hah!?." Kaget Hendery, "Yang bener lo!."
"Iya bang," Jongho mengangguk, "aneh kan? Gue juga curiga ada yang janggal dikasus ini."
Jaemin mendekatkan diri kepada Renjun, "besok ikut gue." Renjun hanya mengangguk.
--- --- ---
Hendery menghela nafas, "masih harus ditahan karena polisi belum nyelidikin tkp lebih luas. Cctv satu doang gak bisa membuktikan kalo adekmu gak bersalah."
"Terus aku kudu gimana ma? Aku gak mau adekku masuk penjara karena kesalahan orang lain."
"Renjun tadi nelfon mama," Hendery mengerutkan dahinya, "dia tanya beberapa hal dalam kasus yang menurut kita semua banyak keanehan. Dia juga bilang ke mama buat bantu ngusut kasus bareng sama Jaemin sebelum dia pamit nutup telfonnya."
"Mama gausa bercanda deh, Renjun sama Jaemin masih anak SMA kelas 2 yang gak--"
"--beneran! Mereka bahkan bilang ke mama kalo mereka udah dapet beberapa bukti yang menguat--"
"--Aku pergi dulu!."
Hendery berlari meraih jaket dan kunci motornya, ia bergegas mengunci pintu dan pergi dengan motornya yang berkecepatan diatas rata rata kesuatu tempat.
--- --- ---
"Papa bisa bantuin Njun? Haechan gak bersalah pa, dan Njun yakin Eric gak meninggal." Ucap Renjun.
Yuta menghela nafas, "kasusnya udah dipegang polisi Njun, gak bisa. Papa ngusut kasus yang ditutup polisi atau gak ditanganin polisi."
Renjun menatap Yuta sendu. Tak lama setelah itu Xiaojun berteriak, "DERY!?."
Iya, Hendery datang dengan tubuhnya yang basah kuyup menerjang hujan lebat diluar.
"Abang ngapain disini!?." Kaget Renjun.
"Kamu udah dapet 2 bukti apa Njun?."
--- --- ---
"Beneran di DO nya kapan?." Tanya Renjun.
"1 jam setelah sekolah dapet informasi kalo mereka dibawa kekantor polisi sebagai tersangka." Jelas Hendery.
"Mereka gak mau tau dulu kasus atau kejadiannya gimana?." Hendery menggeleng.
"Mereka udah liat CCTV nya dan mereka gak mau sekolahnya jelek jadi langsung di DO."
"Berarti, 1 1/2 jam kemudian bukti 1 ketemu." Ucap Renjun.
Renjun mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto, "topi?." Renjun mengangguk.
Topi putih separuh hitam yang ditemukan oleh salah satu teman sekelasnya yang masih mengikuti ekskul disekolah saat itu.
"Ini temenmu?." Renjun mengangguk.
"Dia ngeshare foto ini ke grup kelas dan sama Jaemin langsung disuruh nunggu disana dan gak dibolehin pegang topi itu..
... we don't want to lose the owner's fingerprint." (Kita tidak mau kehilangan sidik jari pemilik)
Hendery mulai mengerti, "topi ini Jaemin bawa dengan yakin ke rumah sebagai barang bukti. Kenapa yakin? Karena topi itu ada di depan pos satpam penjaga CCTV. Pas dipintu."
"Terus hubungannya sama satpam?."
"1/2 jam sebelum sekolah bener - bener ditutup, coach silat sekolah lapor ke kepolisian terdekat karena dia nemuin satpam penjaga CCTV meninggal dibelakang posnya sendiri, coach silat itu sih bilangnya lehernya kayak digorok gitu, sama ada luka tembak dikaki kanannya."
Hendery mengerutkan dahinya heran, sangat heran, "wait! Lo kenapa sedetail itu tau tentang..."
Renjun tersenyum, "ayahnya Jaemin kerja dikepolisian, dia juga yang ngurusin ditkp langsung. Tau gimana situasi itu."
"Wow!."
"Terus bukti keduanya? Mayat itu? Gak mungkin dong."
"Iya mayat itu, karena dilengan baju kirinya mayat itu ada sidik jari yang persis sama ditopi. Mereka juga dapet sample rambut ditopi tapi mereka belum dapet akses buat otopsi mayat Eric yang katanya udah dibawa keluarga ke luar negeri."
"What? Heh! Lo ngarang ya!." Tegur Hendery.
"Enggak ya, itu dari ayahnya Jaemin sendiri kok!."
"Tapi tadi kepolisian yang nangkep mereka bilang mayatnya udah dibawa ambulance dan dalam proses otopsi dirumah sakit."
Renjun membelalakkan matanya, "bentar! Jangan bilang.. kalo..."
Hendery menghela nafas kasar, "kasus ini bawa 2 pihak kepolisian, mama sama ayah gak dateng ke pos polisi deket sekolah itu tapi lebih jauh dari sana."
"Oh Shit! Makin aneh!."
"Mending besok abang ikut Njun, kerumah Jaemin buat ngobrolin ini." Ajak Renjun yang langsung diangguki oleh Hendery.
Tak lama setelah itu ada Xiaojun yang datang dengan 2 gelas teh hangat buatannya.
"Kalian keliatan serius banget sama mama gak berani nganter teh," Renjun dan Hendery pun tertawa, "nih diminum dulu, jangan terlalu serius."
"Harus serius dong, pacarku gimana nasibnya tuh." Seru Renjun cemberut.
"Kakak yakin, Haechan gak bersalah, bahkan Hongjoong yang dituduh tersangka bakalan baik baik aja."
Seketika Hendery dan Renjun diam.
--- --- ---
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu [Hyuckren]✔
Random[Renhyuck][non-baku] tentang seorang remaja berusia 17 tahun bernama Huang Renjun yang sering memimpikan situasi dimana ia dan Rivalnya memiliki hubungan yang sangat dekat. dan semuanya dengan tidak disadari adalah sebuah gambaran masa depan.