Haechan kini diam sembari mengerucutkan bibirnya. Ia sedang dikantin dengan Renjun dan teman - temannya yang lain, namun..
"Lo kenapa sih? Cemberut mulu dari tadi." Omel Renjun.
"Yang," Renjun mengerut aneh, "manggilnya jangan lo gue lagi dong. Kena pelanggaran sama papa nanti."
Seketika Hyunjin, Lucas, Jaemin, Jeno dan Changbin tertawa kecil.
"Udah biasa kasaran sama lo sih, ya bukan salah gue." Saut Renjun.
"Aduh," Haechan mengusak rambutnya, "kamu tau tuh papa mu galak minta ampun, masa iya nekat begini terus? Yang kena aku yang."
Renjun tertawa lucu.
Flashback.
Haechan sudah berada diruang tamu bersama Yuta dan Hendery. Mereka sempat berkumpul dan mengobrol tentang siapa Renjun dan Xiaojun yang ternyata saudara tiri.
Yuta menanyakan beberapa pertanyaan mengenai hubungan mereka dengan anak - anaknya. Sampai Renjun dan Xiaojun datang.
"Ayo diajak mama makan dulu." Ucap Renjun.
Haechan dan Hendery mulai menghela nafas lega, sedikit ada jeda dengan Yuta yang selalu menatap mereka tajam, "lo jug--"
"--HEH!." Yuta menegur Haechan dan membuat mereka menegang.
"Gaada ya pake lo - gue gitu! Kasar! Anak saya gak boleh dipanggil gitu!."
Haechan ingin meleleh saja rasanya.
"Yakin pake panggilan gitu? Gak risih kan?." Renjun mencoba memastikan pacarnya itu.
"Iya, yakin, daripada aku kena slebet papa kan bahaya."
Renjun merengkuh Haechan yang masih trauma akan suara Yuta, "jangan nangis dong." Tegur Changbin.
"Tau, katanya aja seme, dibentak calon mertua kok langsung trauma." Saut Jeno.
"Kasian anjir." Tawa Lucas.
"Lain kali tuh jangan diem aja Chan, baku hantam aja udah. Biasanya lo disenggol dikit udah gebukin orang." Seru Hyunjin.
Haechan menatap teman - temannya sinis, "awas aja ya lo pada, gue sumpahin kena omel calon mertua juga!."
"Dih nyumpahin! Amit - amit, untung ayahnya Jaemin baik."
Jaemin langsung menatap Jeno, "coba aja kalo aku ngadu kamu sempet bentak aku dulu, kena banting kamu." Jeno seketika diam.
"Yauda sih, namanya juga bapak - bapak--"
"--HEH! Mak gue juga cowok asal aja lo lupa!." Sewot Jaemin dan Renjun membuat Hyunjin diam.
"Ya maap, maap."
Haechan dan yang lainnya pun menertawakan Hyunjin.
"Lagian sih, ngomong pake nyinggung uke." Bisik Lucas.
Tiba - tiba,
"Wah gawat," Changbin mulai serius setelah mendapat pesan.
"Kenapa Ceng?." Tanya Haechan.
"Bang Joong..." Changbin melirik Jaemin dan Renjun.
Merasa berbahaya untuk mengatakan hal ini didepan kedua orang itu, Changbin memilih pergi dan segeran diikuti oleh Hyunjin dan Lucas.
"Yang aku ada urusan bentar." Renjun mencegah Haechan cepat.
"Mau kemana?," Renjun menatap Haechan lekat, "mau ngapain kamu? Aku ikut."
Haechan menoleh kearah Jeno yang sama - sama dicegat oleh Jaemin.
"Gak bisa, ini--"
"--kita ikut!." Tegas Jaemin.
Haechan melepas cengkaram tangan Renjun pada bajunya, menangkup wajah lucu itu, "gak bisa sayang, bahaya, kamu disini aja sama Jaemin."
"Kita janji balik cepet."
"Balik kerumahku." Jawab Renjun cepat.
Haechan terpaksa mengangguk.
--- --- ---
"Bang Joong bunuh Eric dibelakang sekolah." Ucap Changbin setelah Haechan dan Jeno datang.
"Sekolah ini!?."
"Iya, ke gep CCTV gudang."
"Kok bisa? Ngapain?."
"Eric rencana mau nyerang kita pas disekolah biar kita bisa ke gep guru dan di DO, tapi Bang Joong tau duluan dan cepatan bunuh dia disana."
"Gue gatau harus gimana, Kepsek dikabarin pak satpam yang jaga CCTV kalo Bang Joong temenan sama kita."
Mereka langsung saling tatap.
--- --- ---
"Gimana!?." Tanya Chan saat baru saja datang bersama Mingi dan San.
Hongjoong sudah memeluk Seonghwa yang menangis, "maafin gue, gue lupa bawa masker. Gue takut Eric keburu bunuh temen - temen gue."
"Maafin kita bang, kita bakalan berusaha buat nutupin lo kok. Sekalipun kita di DO."
"Gila ya lo?," Hongjoong menatap Changbin, "gue nyelametin lo pada biar gak mati, malah minta di DO. sekolah yang bener lu! Jangan ngurusin gue, gue gapapa, salah gue juga."
"Gak bisa gitu bang, lo udah bantuin kita masa kita diem aja lo diincer polisi?." Haechan mendengus kesal.
"Gak papa, gue gak papa. Beneran, sumpah."
--- --- ---
"Maafin aku, tunggu aku dirumah ya."
Renjun terbelalak kaget dengan mimpinya, ia menolehkan kepalanya kepada ponselnya yang menunjukkan pukul 4 sore. Sudah 4 jam ia dan Jaemin menunggu Haechan dan Jeno kesana untuk menemui mereka dan menceritakan semua.
Namun, "Gak ada yang jawab Njun, mereka gak bisa dihubungin dari kota pulang sekolah tadi."
Renjun semakin takut dengan curiganya, "ayo ke markas mereka."
Renjun dan Jaemin bergegas pergi ke Markas Haechan dan Jeno untuk memastikan mereka baik - baik saja. Namun sesaat sampai disana, mereka malah menemukan ada 2 mobil polisi dan 4 sepeda motor polisi didepan rumah itu.
Terlihat Woyoung dan San memeluk Seonghwa yang terlihat menangis menatap mobil polisi itu. Tak lama setelahnya, polisi menggiring 5 orang lain dari dalam yang tak lain tak bukan adalah Haechan, Jeno, Changbin, Hyunjin dan Lucas.
"HAECHAN!."
"JENO!."
Kedua lelaki itu berlari dan bergegas menghadap ke Jeno dan Haechan yang hampir masuk kedalam mobil.
"Kamu mau kemana!." Haechan menatap Renjun sendu, "pak tolong kasih waktu dia buat bicara sama saya sebentar pak." Izinnya pada polisi itu.
Tangan Haechan tetap terborgol rapat dibelakang tubuhnya, "kamu kenapa?."
"Gak bisa dijelasin sekarang sayang," Renjun menangis menatap borgol Haechan, "maafin aku, tunggu aku dirumah ya, aku janji pulang."
Renjun terpaku, gak mungkin mimpi itu jadi kenyataan lagi.
Saat itu juga Chan dan Minho menarik Renjun dan Jaemin agar tidak menghalangi pintu mobil polisi dan bergegas membawa Haechan dan Jeno pergi.
Hendery memeluk Renjun erat, "ayah sama mama bakalan kesana, Jemput Haechan. Tenang aja ya."
"Dimimpiku.." Hendery menatap Renjun, "...dia ditahan...
6 tahun.."
--- --- ---
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu [Hyuckren]✔
Casuale[Renhyuck][non-baku] tentang seorang remaja berusia 17 tahun bernama Huang Renjun yang sering memimpikan situasi dimana ia dan Rivalnya memiliki hubungan yang sangat dekat. dan semuanya dengan tidak disadari adalah sebuah gambaran masa depan.