"Haechan.." lirih Winwin saat melihat Haechan datang kerumah sakit.
"Ngapain kamu kesini!." Geram Yuta tanpa menatap Haechan sama sekali.
Haechan menunduk, perlahan jatuh berlutut dikaki Yuta. Haechan juga menangis saat itu.
"Chan, bangun Chan." Panik Xiaojun namun Haechan tetap tidak bergerak.
"Biarin aja Dejun." Suara Yuta mengintrupsi Xiaojun.
"Hei, Chan. Gak perlu kayak gini, ayo berdi--"
"--DEJUN! BERDIRI!." Teriakan Yuta membuat Xiaojun terpaksa melepas Haechan dan berdiri.
Winwin membawa Xiaojun masuk kedalam ruangan Renjun untuk menghindari amarah Yuta.
"Maafin saya." Lirih Haechan.
"Keterlaluan kamu," Yuta berbalik arah, "Berdiri!."
Haechan bergegas berdiri, masih menunduk dan menangis.
"Kamu itu keterlaluan! Apa yang kamu lakuin sampe bikin Renjun stress sendirian! Kamu gak pernah dengerin dia cerita kah? Ngapain aja kamu Chan!."
Yuta masih belum tau masalah mereka tentang mimpi itu, ia masih dalam jebakan semua orang dimana mereka mengatakan jika Haechan sibuk bekerja.
"Kamu terlalu sibuk ngurusin kerjaanmu! Renjun jadi harus sendirian terus! Kamu itu udah papa kasih kepercayaan buat jagain anak papa kalo papa gaada disisinya, Chan! Kenapa kamu bisa sampe bikin Renjun kecelakaan begini!?."
"NGAPAIN AJA KAMU! HUH!?."
Haechan menatap Yuta, "Haechan minta maaf pa. Haechan ngaku salah, Haechan gak bisa ngatur waktu buat jagain anak papa. Maafin Haechan pa. Demi tuhan maafin Haechan pa."
"Gak usah bawa - bawa tuhan kalo kamu masih belum bisa jagain anak papa. Mending kamu putusin anak papa sekalian."
Mata Haechan melebar, ia kaget bukan main. Ia tidak mau hubungannya berakhir, sumpah ia tidak mau.
"Pa! Jangan pa! Enggak pa, Haechan gak bakalan mutusin anak papa! Haechan sayang sama Renjun pa!." Paniknya.
"Kalo udah gini kamu pasti bakalan lalai terus, kamu gak bakalan bisa jagain Renjun. Papa gak mau anak papa kenapa - kenapa!."
"Haechan janji sama papa bakalan jagain Renjun pa! Haechan Janji." Haechan lagi - lagi berlutut dikaki Yuta.
"Kasih Haechan kesempatan sekali lagi pa, Haechan mohon!."
Yuta diam, menatap punggung Haechan dibawahnya. Ia marah kepada Haechan karena Haechan mengingkari janjinya untuk menjaga dan menyayangi Renjun.
Tapi disisi lain Renjun pasti masih menyayangi Haechan sepenuh hatinya, Renjun bisa saja semakin sedih jika ia memisahkan Renjun dengan belahan jiwanya.
Tak lama setelah itu Winwin datang dan bergegas membantu Haechan berdiri, "ayo, Haechan jangan gitu. Gak perlu pake sujud segala nak, papa bakalan maafin Haechan kok."
"Gimana Renjun?." Tanya Yuta kepada Winwin.
"Udah bangun, lagi diajak ngobrol sama Dejun." Pandangan Winwin sangat tajam kepada suaminya itu.
Yuta menatap 2 orang didepannya bergantian, "ngapain kamu ngeliatin aku sinis banget? Ada masalah apa?."
"Kamu keterlaluan!."
"Dia yang salah, biarin aja sujud - sujud sesukanya. Aku kan gak nyuruh," Yuta beralih menatap Haechan, "masuk sana!."
Haechan menatap Yuta kaget, "beneran pa!?."
"Setelah ini kamu gak boleh ketemu anak papa selama 1 bulan. Kamu butuh dikasi pelajaran!."
Haechan langsung mengangguk dan masuk kedalam ruangan itu untuk menemui Renjun.
Xiaojun langsung keluar dari ruangan saat melihat adiknya bertemu dengan Haechan.
"Sayang.."
Haechan mengelus rambut Renjun, lelaki yang terbaring lemah dengan perban dikepalanya itu tersenyum menatap Haechan.
Haechan semakin merasa bersalah.
"Maafin aku."
Renjun mengerutkan dahinya, "kamu kenapa nangis? Jangan nangis donga Chan. Ada apa? Yeri ngapain kamu?."
Haechan memeluk Renjun, "aku sayang sama kamu Njun! Aku sayang sama kamu! Maafin aku!." Ucapnya penuh penekanan.
"Iya, iya, Aku juga sayang sama kamu," Renjun mengelus rambut Haechan, "gausah nangis Chan, aku gak papa. Sekarang keputusannya ada dikamu."
Haechan melepas pelukanya dan menatap Renjun, "keputusan apa?."
"Kan aku udah salah Chan, dari awal aku udah sembarang nuduh kamu sampai mojokin kamu cuman gara - gara mimpi. Aku minta maaf. Jadi sekara--"
"--enggak enggak! Kamu gak salah! Enggak yang, aku yang salah! Aku." Sela Haechan.
"Kamu..," Renjun menatap wajah Haechan yang terlihat berantakan, "kamu kenapa berantakan banget sih? Kamu kenapa Chan? Bukannya akhir akhir ini kamu seneng banget sama Yeri?."
Haechan memeluk Renjun kembali, "kamu abis dimarahin sama papa? Iya? Maafin papaku ya Chan. Aku bakalan ngomong kalo aku yang salah, tenang aja."
"Enggak, jangan, aku yang salah Njun."
Renjun tersenyum, ia merasa Haechan kembali padanya sepenuhnya. Ia bahagia.
"Yaudah diem, jangan nangis, kita ngobrol pelan - pelan."
"Pokoknya kita gak putus Njun, jangan mikir kalo aku bakalan mutusin kamu, jangan."
Renjun mengangguk, "iya, enggak."
"Aku keluar sama Yeri karena aku suntuk, aku bingung aku harus ngapain. Aku gak berani ketemu sama kamu Njun, takut aku nyakitin kamu lagi kayak kejadian terakhir." Haechan berusaha menjelaskan semuanya.
"Aku selalu nungguin kamu keluar sekolah dicafe itu, Yeri cuman jadi alibi buat kesana aja Njun. Aku sama Yeri gaada apa apa dan aku gak sama sekali seneng sama Yeri. Dia sempet ngajak aku balik tapi aku nolak karena aku udah punya kamu."
"Aku berantakan karena aku mikirin kamu Njun, aku mikirin semua salahku sama kamu. Aku takut kita bakalan dipaksa pisah sama papa," Haechan menggenggam tangan Renjun, "tapi tenang aja, aku udah kena tampar mamaku sama dipukul papa, aku udah kena konsekuensinya. Kita bakalan tetep bareng Njun."
Renjun menganga, ia langsung sadar dengan sudut mata kiri Haechan yang memar dan pipi kirinya yang terlihat merah.
Ia mengelusnya.
"Maafin aku, gara - gara aku gini kamu harus ikutan sakit."
Haechan menggeleng, "gapapa, aku gapapa, aku yang salah."
--- --- ---
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu [Hyuckren]✔
Casuale[Renhyuck][non-baku] tentang seorang remaja berusia 17 tahun bernama Huang Renjun yang sering memimpikan situasi dimana ia dan Rivalnya memiliki hubungan yang sangat dekat. dan semuanya dengan tidak disadari adalah sebuah gambaran masa depan.