Hari 3 di Ujian kelulusan. Haechan dan Renjun masih sama - sama diam. Haechan yang mungkin masih merasa kesal dan marah, sedangkan Renjun selalu merasa bersalah dan menyesal atas semuanya.
Ia tidak berani untuk mengatakan apapun karena menurutnya semua yang dikatan Haechan ada benarnya. Ia yang selalu membatalkan janji hanya karena mimpi konyolnya, mengatakan jika mereka melakukan sesuatu hal maka Haechan akan pergi atau sebagainya.
Renjun merasa buruk saat ini. Ia dan Haechan seperti bukan siapa - siapa.
"Fokus Njun." Bisik Jaemin saat melihat Renjun melamun ditengah - tengah ujian berlangsung.
"Oh, iya."
Tidam berbeda jauh, Haechan juga masih sering berdiam di kamar dan menatap meja dimana lokasi Renjun pada saat kejadian itu.
Ia selalu memikirkan semuanya, semua.
Tapi entah kenapa ia tetap marah dan kecewa.
Yeri Kim
Jadi kan hari ini?
Kemaren lo udah batalin janji Chan:(Iya, itu Yeri Kim.
Mantah Haechan yang selalu datang kedalam mimpi Renjun dan membuat semua kekacauan ini terjadi.Me
Cafe depan sekolah gue dulu kan?Yeri Kim
Iya
Gue sih niat berangkat sekarang, sekalian makan siang
Gimana?Me
Yaudah
OtwDan Haechan akan bertemu dengan dia hari ini.
--- --- ---
"Hai Chan."
Haechan sempat terpaku beberapa detik dengan tampang cantik didepannya. Sangat cantik.
Senyumnya yang manis dan indah.
"Oh, hai." Gugupnya.
Chan! Lo ngapain anjir! Batinnya heran.
Mereka pun memesan makanan dan berbincang.
"Gimana lo disini? Sehat? Bahagia?." Tanya Yeri dengan senyumnya.
"Sehat, bahagia tentunya."
Yeri mengangguk, "udah ada cowok kan lo, mana? Kenalin sama gue dong."
Haechan tersenyum miring, dia menatap gerbang sekolahnya yang tepat berada didepan cafe itu. Terlihat dibuka oleh satpam.
Udah pulang? Batinnya.
"Chan!."
Haechan menoleh, "lo ngapain sih ngajakin gue ketemu?."
Yeri terlihat menunduk dan bergerak malu, pipinya memerah, "gue mau ngobrolin sesuatu Chan."
"Yauda ngobrol cepetan." Haechan masih menatap gerbang sekolahnya.
"Liat gue dulu dong!." Yeri menangkup wajah Haechan dan membuatnya menatap Yeri sepenuhnya.
Haechan membiarkannya entah kenapa, ia terdiam menatap wajah Yeri yang sudah terlihat tersipu didepannya.
Haechan mengerutkan dahinya heran.
"Gue mau ngomong, serius. Antara kita sama ada hubungannya juga sama cowok lo."
"Yaudah ngomong aja." Nada bicara Haechan terdengar buru - buru.
"Ngapain sih, lo buru - buru kenapa? Lagian diluar hujan Chan, lo mau kemana sih!." Haechan menolehkan kepalanya kembali ke luar cafe.
Hujannya terlihat lebat, bahkan langit sudah terlihat sangat gelap. Gerbang sekolah itu sudah ramai oleh banyak anak sekolah berlarian keluar untuk menerobos hujan dan pulang.
Ia kembali menatap Yeri, "cepetan mau ngomong apa."
"Gue tuh masih sayang sama lo Chan," Haechan melebarkan matanya, "gue masih cinta sama lo. Selama ini gue ke Amerika buat move on tapi gak bisa, sedangkan lo disini udah ada cowok aja. Tapi kemaren pas gue ketemu sama ayah lo di resto dia bilang lo ada problem ya sama cowok lo, putusin aja Chan."
Haechan menggelengkan kepala, menatap Yeri tidak percaya. Ia berdiri lalu kembali menatap keluar cafe yang langsung menangkap seseorang.
Renjun.
Renjun berdiri didepan gerbang, menatapnya bersama Yeri yang sudah menggenggam tangannya memohon - mohon. Renjun benar - benar diam dibawah hujan, saling tatap dengan Haechan yang sama kagetnya.
Sampai akhirnya Renjun terlihat menunduk dan berjalan menjauh.
--- --- ---
Renjun berjalan pulang menuju rumah dengan perasaan yang entah bagaimana, hujan semakin lebat dan ia tidak membawa uang cukup untuk naik kendaraan umum.
"Hah," ia menghela nafas, "seharusnya gue biarin Haechan mutusin gue pas hari itu, gue emang salah."
Ia menangis dalam diam, menahan agar tidak ada orang yang mendengar isakannya.
"Gue gak boleh percaya sama mimpi gue lagi, gak boleh." Ia menggelengkan kepala dan memukuli kepalanya sendiri.
Mencoba berhenti memikirkan mimpinya dan Haechan yang bersama dengan Yeri.
"Gak boleh! Gak boleh!!." Ia semakin memukuli kepalanya.
Hingga ia merasa tangannya dicekal kuat oleh seseorang dari belakang. Ia menatap keatas dimana sudah ada payung yang mencegah hujan jatuh pada tubuhnya, lalu ia menoleh kebelakang dimana ada Haechan disana.
Renjun langsung menarik tangannya dan keluar dari bawah payung itu, kembali berdiri dibawah hujan.
Namun Haechan kembalu maju dan memberikan gagang payung itu kepada Renjun.
"Pake ini kalo pulang, jangan hujan - hujanan." Haechan mundur dan pergi dari sana dengan motornya.
Renjun hanya bisa tersenyum miris saat itu, "cuman kasian."
--- --- ---
H-7 wisuda kelulusan Renjun. Ia dan Haechan masih tetap sama, diam dan tidak saling berkomunikasi.
Meskipun Renjun selalu menemukan Haechan bersama Yeri dicafe depan sekolah, tapi ia tetap berusaha tersenyum kepada mereka sebelum pergi pulang dengan payung pemberian Haechan.
Setiap hari memang hujan datang, entahlah, mungkin mengerti perasaan hati Renjun.
Renjun tampak keluar gerbang dan diam ditempat biasanya dengan payung itu, menatap kejendela cafe dimana ada Haechan yang sama menatapnya dengan Yeri didepannya yang sedang terlihat menceritakan hal menyenangkan.
"Hai." Lirih Renjun menyapa Haechan sembari melambaikan tangannya pelan.
Haechan tidak merespon, seperti biasanya. Renjun berlalu dengan senyum.
"Gapapa Njun, gapapa. Njun yang salah." Itulah kata yang selalu Renjun ucapkan sehabis bertatap dengan Haechan.
--- --- ---
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu [Hyuckren]✔
Acak[Renhyuck][non-baku] tentang seorang remaja berusia 17 tahun bernama Huang Renjun yang sering memimpikan situasi dimana ia dan Rivalnya memiliki hubungan yang sangat dekat. dan semuanya dengan tidak disadari adalah sebuah gambaran masa depan.