Renjun dan Jaemin berjalan menusuri koridor kelas dilantai satu, mencari kelas 10 Ipa 3 yang berada tepat disebelah lorong menuju gudang belakang.
"Ada gurunya." Ucap Jaemin yang sempat mengintip kedalan kelas.
Renjun pun akhirnya mengetuk pintu, "cari siapa Renjun? Jaemin?." Tanya pak Shindong.
"Maaf pak, saya sedang mencari Yooa dan Yujin."
Yooa dan Yujin pun segera datang dan keluar bersama Renjun dan Jaemin.
"Ada apa kak?." Tanya anak perempuan berambut panjang dengan nickname Yooa.
"Nanti pulang sekolah ikut kakak." Ajak Renjun yang langsung dibalas gelengan kepala oleh mereka.
"Kita gak kenal kalian, ntar kalo kita kenapa - kenapa gimana?." Panik Yujin.
Jaemin maju, "mana mungkin orang maho mau perkosa kalian dikantor polisi adekkk." Gemasnya.
Yujin dan Yooa mengerutkan dahinya, "ohhh... kakak - kakak ini punya pacar cowok ya." Seru mereka paham.
"Udahh, gak penting tau itu, sekarang kalian mau gak ikut kita kekantor polisi. Nanti sih. Balik sekolah."
"Buat apaan kak? Kita kan gak pake obat - obatan terlarang."
Renjun dan Jaemin menahan emosinya, "ya dikira polisi cuman menangani orang pemakai obat obatan gitu? Belajar berapa taun kalian ini." Jaemin mulai kesal.
"Ya enggak sih."
"Kalian tau cowok yang sempet ketangkep dibelakang sekolah gak? Sama satu orang cowok yang dibunuh?."
Mereka mengangguk, "kalian ini temennya korban apa tersangka?." Tanya Yooa.
"Tersangka," Renjun mendelik dengan jawaban Jaemin, "kenapa? Kita cuman butuh kesaksian mereka tentang orang medis yang disana kan."
"Oh tentang itu, emang ada 4 cowok pake baju dokter sama masker ngangkat korbannya." Seru Yujin yang langsung distop oleh Renjun.
"Nanti aja jelasinnya dikantor polisi, oke?."
--- --- ---
"Gimana? Jadi bikin kasus baru?." Tanya Jongho.
"Jadi," Seonghwa duduk disofa single, "gue sama Hendery lapor ke kantor polisi dimana ayahnya Jaemin kerja."
"Harus disana banget?."
"Iya, karena mereka nanganin kasus satpam penjaga CCTV disekolah yang udah meninggal digorok lehernya." Semua orang disana merasa jijik, "belum ada 24 jam kasusnya dibuka tapi langsung ditutup sama kepolisian karena sekolah gak mau nama sekolah jadi jelek."
"Makin aneh aja. Ngapain juga satpam digorok?." Heran Minho.
"Gue--" ucapan Hendery dipotong oleh bunyi ponsel Seonghwa.
"Halo. Ada apa aunty?."
"Temen - temenmu marahin kek!." Nada bicara bibi Seonghwa sedikit kesal dan keras karena mode loudspeaker.
"Hah? Maksudnya?."
"Beberapa hari yang lalu tuh aunty dilaporin sama pak satpam kalo temen - temenmu yang doyan ngeluyur pada masuk kelobang tembok disebrang rumah! Marahin sana!." Mereka semua terdiam.
"Aunty serius? Ada berapa orang? Pake baju apa? Mobilan atau gimana?." Tanya Seonghwa.
"2 cowok pake baju item dijok depan, ini mobil biasa sih. Gatau mereknya tapi mobilnya warna putih. Terus ada 4 cowok pake baju putih kyk perawat gitu yang keluar dari sana sama satu cowok pake baju merah celana coklat yang."
Mereka menggeleng - gelengkan kepala tidak percaya.
"Kena CCTV rumah aunty?."
"Iya, jelas. Makanya! Aunty marahin kamu! Lagi - lagi jangan gitu! Abis ngapain coba temen temenmu sama cowok itu!."
"Itu bukan temen - temenku, itu orang - orang yang bikin Joong masuk penjara."
--- --- ---
"Ini yang kalian liat bukan?." Tanya ayah Jaemin saat membawa Yujin dan Yooa untuk melihat CCTV rumah Auntynya Seonghwa.
Semalam Seonghwa melaporkan langsung apa yang bibinya lihat di CCTV rumah dan akhirnya pihak kepolisian datang kesana untuk mengecek lubang ditembok dan CCTV itu.
Yooa dan Yujin mengangguk, "tapi orang yang pake baju merah ini kan korbannya, dia sempet ditutupin kain putih sama pak polisi sebelum dilihat lihat sama 4 cowok itu. Kok disini dia jalan santai santai aja." Heran Yujin.
"See? Gak mungkin Eric mati digebuk bang Joong doang." Bisik Mingi pada Hendery.
"6 orang di CCTV ini bakalan kita selidikin sebagai tersangka, karena mereka meninggalkan tkp pembunuhan dan penangkapan Hongjoong tanpa sepengatuhan siapapun. Kita juga bakalan selidikin pihak kepolisian mana yang terlibat disini." Ucap salah satu pemimpin tim kepolisian itu.
"Mama sama ayah saya pernah kesana pak untuk meminta keterangan tentang penangkapan Hongjoong dan temen - temennya." Seru Hendery.
"Yasudah, kita bertemu mereka sekarang bagaimana?."
"Boleh pak."
Hendery dan beberapa orang dari kepolisian itu pergi meninggalkan rumah bibi Seonghwa untuk menemui Ten dan Johnny sebagai saksi.
Salah satu polisi disana mencoba mengulang - ulang rekaman CCTV itu dimana Eric keluar dan berjalan diatas batang kayu, "dia pake topi yang sama kayak barang bukti di kasus satpam sekolah yang meninggal dibelakang posnya." Serunya.
Semua orang kembali melihat rekaman itu, "tuh kan yah! Jaemin bilang juga apa! Eric pasti belum mati dan yang bunuh pak satpam tuh pasti Eric." Seru Jaemin.
"Kita harus secepetnya dapetin data diri mereka dan langsung melakukan pengecekkan sidik jari."
"We did it." Bisik Seonghwa pada Renjun. Renjun pun tersenyum.
--- --- ---
"Mana ada pak polisi yang membicarakan kasus didepan pos mereka?." Heran polisi ketika mendengar penuturan Ten.
"Beneran pak, kita bahkan sama sekali gak masuk kedalam kantornya. Cuman didepan dan kita cuman ketemu sama satu orang polisi." Jelas Ten.
"Tahanannya?."
"Kayaknya ada didalem pos, tapi kita gak dibolehin masuk." Saut Johnny.
"Didaerah mana kantornya?."
Hendery memberikan alamat yang sempat diberikan oleh salah satu polisi saat penangkapan dimarkas, tapi polisi itu merasa aneh.
"Yakin kalian?." Mereka mengangguk.
"Lokasi ini udah sepi penduduk padahal."
"Emang iya pak, sepi banget, bahkan kayak kita doang yang disana." Jawab Ten.
"Ya yalah, kantor disini udah gak dipake. Karena lingkungan disana mau digusur dan kantornya udah pindah ke daerah yang lebih jauh dari sini."
Oh shit.
--- --- ---
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu [Hyuckren]✔
Random[Renhyuck][non-baku] tentang seorang remaja berusia 17 tahun bernama Huang Renjun yang sering memimpikan situasi dimana ia dan Rivalnya memiliki hubungan yang sangat dekat. dan semuanya dengan tidak disadari adalah sebuah gambaran masa depan.