9. Mama

8.5K 1.5K 134
                                    

Haechan baru saja sampai dipekarangan rumahnya yang sudah 1 minggu ia tinggalkan, Hendery sudah berkali - kali mengatakan jika mama dan ayahnya sudah pulang.

Deg - deg an? Pasti.

Gemeteran? Oh iya.

Gugup dan takut? Sudah jelas.

Mamanya tuh punya kekuatan tersembunyi dibalik kecantikan dan keimutannya.

"CHANN!?." Tuhkan, ngegas.

Haechan sudah mematung diambang pintu, bahkan pintunya belum rapat tertutup namun Haechan sudah diam.

"Iya ma.." lirih Haechan.

"SINI KAMU!."

Haechan menghela nafas berat sebelum membalikkan badannya menuju kearah dapur.

Terlihat Ten sudah berdiri sembari menyilangkan tangannya didada, Ten menatap Haechan galak.

"M-ma--"

"--sini bantuin mama masak buat ayah sama abang mu." Ten menyelat ucapan Haechan seolah tidak terjadi apa - apa.

"O-okey."

Kok gak sesuai ekspektasi?

Dengan keadaan masih banyak perban dan luka, Haechan membantu Ten untuk memasak.

Haechan bisa memasak dengan baik seperti Ten, ia belajar sejak dini karena Ten dan Johnny sering meninggalkan Haechan dan Hendery untuk bekerja keluar kota atau bahkan keluar negeri.

"Abang balik jam berapa ma?." Tanya Haechan.

"Gatau, tadi bangun abangmu udah beol tuh dikamar mandi bawah." Jelas Ten sembari menumis masakannya.

"Mama ud--"

"--udah, abang udah cerita semuanya. Mama minta kamu balik dulu tuh biar kamu gak terus - terusan emosi, takut - takut juga ntar mama gak bisa ketemu kamu lagi gimana?."

Haechan mengerutkan dahinya, "mama nyumpahin Haechan mati ya?."

Ten mendelik, "takutnya! Siapa juga yang nyumpahin kamu!." Omel Ten mengorek ucapan anaknya.

"Ya berantem begitu doang mana bisa bikin mati ma."

"Enteng banget kalo ngomong," Ten mematikan kompor, "abang bilang semalem kamu sekarat gara - gara dipukulin sama bodyguard gede - gede, masih bilang berantem gitu gak bikin mati. Untung Renjun selamet." Ten sudah menatap sinis Haechan.

"Itu tuh kejadiannya Haechan belom tidur ma, jadi agak oleng dikit."

"Alasan! Sok jago emang!."

Haechan kesal dengan Ten, tapi sebentar, "kok mama tau aku nyelametin Renjun?." Herannya.

Ten menoleh setelah menata piring dimeja makan, "tau lah, semalem temen mama telfon bilang kalo anaknya diculik, eh gak lama abang telfon bilang kamu lagi nyelametin temenmu yang namanya Renjun."

"Yaudah, mama sampein lah ke temen mama itu kali aja Renjun anaknya kan. Malah beneran." Jelas Ten.

"Itu ya yang bikin mama gak ngomel ke aku?."

Ten mendengus, "pengen mama tuh ngomelin kamu! Parah!." Greget Ten.

Haechan tertawa kecil.

"Tapi karena kamu bantuin orang lain jadi mama diem, kali ini aja."

Tiba - tiba Hendery datang bersama Johnny, "siapa yang ngabisin minuman di kulkas resto?." Tanya Johnny.

Haechan mendelik, "bukan aku. Sumpah." Yakinnya.

"Boong tuh pa, dia ngajakin Renjun ke sana buat minta traktir makan. Katanya aja seme, tapi makan minta bayarin." Sewot Hendery.

"Ih Chan balikin ah! Gak malu apa kamu minta makan gitu! Balikin gak duitnya!!."

Haechan mengacak - acak rambutnya kesal, "iya iya! Dibalikin! Jangan ribut deh! Abis tarung nih aku masa udah diajak ribut lagi sih."

---   ---   ---

Renjun sedang terlentang disofa berbantalkan paha mamanya--Winwin--

Winwin mengelus pelan rambut si bungsu, semalam ia benar - benar dibuat kaget dan takut. Lelaki cantiknya hilang dan dikabarkan disandra oleh seseorang.

Untung saja Ten bilang jika anaknya akan membawa Renjun pulang saat itu juga.

Sedikit tenang tapi masih sangat takut Renjun akan kembali kenapa - kenapa.

"Mama kok diem aja? Kenapa?." Tanya Renjun yang membuka matanya.

"Kenapa mama? Mama gak papa tuh." Balas Winwin dengan senyumnya.

Renjun bangun dan bergegas memeluk Winwin, "mama jangan sedih lagi, Njun udah ga papa kok. Kak Dejun kan udah bilang kalo Njun sama sekali gak diapa - apain. Tenang aja."

Winwin tertawa kecil, "iya iya, mama gak sedih. Cuman khawatir aja sama kamu."

"Gak bakalan terjadi lagi ma, Renjun janji."

Tak lama setelah itu Renjun mendapat pesan dari Haechan.

Haechan
Njun!
Maafin gueTT
Gue tetep gak bisa ngalah sama abang! Pokoknya lo punya gue!

Renjun mengerutkan dahinya heran, ia mencoba menelfon Haechan segera.

"Kenapa Chan?." Tanya Renjun.

"Gak bisa Njun! Pokoknya lo sama gue yang harus bertahan! Biarin aja abang gue sama kakak lo pisah." Renjun mendelik tidak terima.

"Apaan sih! Lo tuh kenapaaaa!?." Kesal Renjun, "abis ngomongin apaan sih sama Bang Dery!?."

"Kita baru sadar kalo kita pacaran sama adek kakak, kan mana bisa Njun! Kalo abang nikah ntar lo jadi sodara gue anj! Gak mau gue!." Heboh Haechan.

Seketika Renjun dan Winwin tertawa.

"Sini coba mama yang ngomong." Renjun pun memberikan ponselnya kepada Winwin.

"Halo, Haechan, pacarnya anak mama lagi panik kenapa?." Seketika hening.

---   ---   ---

Disisi lain Haechan dan Hendery sudah sama - sama mendelik kaget.

"Sumpa, itu suara mamanya Chan, sumpa sumpa." Bisik Hendery.

"Ya terus gimana anj!."

"Ya ngomong sana!."

Haechan menelan ludahnya kasar, "halo Haechan, lagi sama Dery gak?."

"Aduh.. i-iya nih un--"

"Panggilnya mama aja, kan udah pacaran sama Renjun. Biar sama kayak Hendery."

Seketika Haechan ingin sekali berjingkrak - jingkrak, sungguh.

"Finally yo!!." Bahagianya menjerit tanpa suara.

"Sink kerumah, sama Hendery juga, daripada kalian bingung dan panik sendiri mending ngomong bareng sama mama. Nanti papanya Njun sama Dejun juga pulang."

"Iya ma."

Telfon pun berakhir, Haechan tersenyum bahagia bukan main. Namun Hendery hanya diam.

"Bang, ay--"

"--Chan, bapaknya nakutin tau."

Haechan diam.

---   ---   ---

Tbc

Deja Vu [Hyuckren]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang