"Renjun! Bangun Njun! Bangun!." Teriakan itu semakin terdengar keras dirumah sakit.
"Renjun bangun!."
"Maaf, anda harus menunggu diluar." Ucap perawat itu.
Lelaki itu terduduk dikursi rumah sakit dengan baju yang berlumuran darah dan perasaan yang hancur.
Jika saja ia mendengarkan ucapan Hendery, mungkin ia akan bisa menyelamatkan Renjun.
"Haechan." Hendery terlihat menahan tangan Haechan saat Haechan akan keluar rumah.
"Apaan?."
"Gue mau ngomong sebentar sekalian minta tolong."
Haechan mengerutkan dahinya heran, jarang sekali Hendery meminta tolong Haechan. Bahkan dengan wajah serius itu.
"Minta tolong apaan?."
"Susulin Renjun ke toko aksesoris di Jalan X dong, temenin sekalian terus anterin pulang."
Haechan terdiam.
Ia berniat meng-iya-kan namun egonya sangat besar. Ia masih mempertahankan kemarahannya meskipun Renjun sudah sempat mengakui kesalahannya lewat pesan.
"Ngapain? Urusannya sama gue apaan?."
Hendery menghela nafas, "Xiaojun bilang kalo Renjun kemarin mimpi ngeliat diri dia sendiri ditabrak mobil."
Haechan kaget? Pasti.
"Dejun udah maksa Renjun buat gak pergi hari ini tapi Renjun maksa, dia bilang bakalan ngambil gelang pesenannya di toko."
"Iya, kalo gue balik dari rumah Yeri."
Haechan meremehkan ucapan Hendery, bahkan mungkin tidak percaya.
Belum sempat sampai dirumah Yeri, matanya menangkap Renjun dipinggir jalan dengan senyum kecilnya.
Seperti ingin menyebrang namun malah kejadian itulah yang terjadi.
Dibilang menyesal, Haechan ya sangat menyesal sekarang. Renjun bisa saja kehilangan nyawanya karena ini.
Ia sudah sempat mengabari Hendery.
Dan ia sudah tau apa yang akan terjadi.
"HEH KAMU!," Yuta meremas kerah baju Haechan dengan kuat, "KAMU TUH DIMANA!?."
Yuta berteriak didepannya, dengan marah dan sedih yang bersamaan. Seperti apa yang dilakukannya saat bersama Renjun di kamarnya itu.
"KAMU NGINGKARIN JANJI SAMA SAYA! KAMU GAK JAGAIN RENJUN DENGAN BENAR!." Hendery dan Johnny yang datang bersama mereka pun memisahkan keduanya setelah Yuta memukul wajah Haechan dengan keras.
"Haechan.. Haechan gapapa?." Tanya Winwin membantu Haechan berdiri.
Haechan menatap Winwin, bahkan ketika ia menyakiti anaknya pun Winwin tetap berlaku baik.
"Maafin papanya Renjun ya, dia emosi aja. Maafin ya, maafin Yuta ya Ten." Winwin merasa bersalah.
"Iya udah gapapa, ayo Haechan mending pergi dulu dari sini sama abang."
Hendery pun membawa Haechan pergi dari sana.
"Kemana bang?."
Hendery memberikan helm kepada adiknya yang sudah lemas itu, "kemarkas, Kak Seonghwa sama Jaemin mau ketemu sama lo. Sekalian ngobatin luka lo juga."
"Mau ngapain?."
Hendery menatap adiknya lekat, "mau ngasih tau soal Renjun."
--- --- ---
Disinilah Haechan sekarang, duduk diantara Seonghwa dan Jaemin. Seonghwa terlihat telaten mengobati memar diwajah Haechan karena pukulan Yuta.
"Kakak mau ngomongin soal Renjun, kan? Ada apa kak?." Tanya Haechan.
"Bukannya lo udah gak peduli sama Renjun? Kenapa mau dibawa kesini sama Hendery?."
"Dia masih pacar gue kak, gue gak pernah kepikiran buat putus sama dia." Lirih Haechan.
"Tapi lo gak peduli kan sama dia? Sama aja bego Chan." Celetuk Jeno yang asik nyemil bersama Lucas.
Haechan diam, iya memang dia mengabaikan Renjun.
Seonghwa merapikan kotak P3Knya lalu menatap Haechan, "3 hari yang lalu Renjun kesini, bawain temen - temen makanan buat dimakan bareng - bareng. Dia bilang niatnya ketemu sama lo dan ngajakin lo buat dateng ke wisudanya tapi pada waktu itu lo belom balik dari ketemu sama Yeri."
"Dia keliatan sedih tapi dia tetep main dan ngobrol sama yang lain, sampe akhirnya Jaemin nyamperin gue dan bilang kalo Renjun lagi ada masalah sama lo. Semuanya diceritain sama Jaemin sampai ke dimana lo yang diem aja pas Renjun ngeliatin lo di cafe sama Yeri. Tiap hari." Seonghwa menekankan 2 kata terakhir.
Jaemin tersenyum miris dan menepuk pundak Haechan, "dia bingung Chan, dia gak tau harus ngapain. Dia belum bisa ngontrol pikirannya saat itu tapi dia berusaha buat gak percaya sama apa yang dia mimpiin. Dia sampe sering ngelamun disekolah dan sering mukulin kepalanya sendiri pas gak sengaja mikirin lo dan mimpinya."
Haechan mengingat dimana Renjun memukuli kepalanya dengan keras. Sangat menyayat hatinya.
"Dia bilang sama gue buat ngomong ke lo, kalo dia lagi berusaha buat ngatur pikirannya biar lo sama dia bisa baik - baik lagi dan gak harus bertengkar karena mimpi. Tapi karena lo keliatan udah gak peduli sama dia dan asik sama Yeri, jadi dia bilang sama gue buat ngasih tau lo kalo dia udah gapapa semisal lo mutusin dia."
Haechan menunduk, ingin rasanya menangis.
"2 hari yang lalu sehabis dateng kesini dia udah diem aja pas ketemu gue Chan, biasanya banyak cerita soal mimpinya dan yang lain. Dia kayak berusaha buat nutupin semuanya sampe keliatan kayak ngelamun dan gak mikirin apa - apa. Dia juga selalu ngomong pelan banget kalo dia yang salah, itu dia gumamin terus pas jalan sama gue. Kayak ngomong buat diri sendiri."
Jaemin menangis, "gue tau Renjun udah bikin lo marah, tapi dengan kayak gini lo juga bisa salah Chan. Masalah lo gak selesai dan kalian punya masalah baru yang bikin semuanya makin ancur."
"Sekarang Renjun udah dirumah sakit, lo liat dengan mata kepala lo sendiri kan kejadiannya?." Ucap Hendery.
"Papa gak tau masalah lo sama Renjun Chan, dia cuman tau kalo sibuk bantuin papa di resto sampe lupa sama Renjun." Haechan kaget bukan main.
Ia tidak menyangka jika Renjun menyembunyikan hal ini dari Yuta.
"Gak usah bercanda lo bang."
"Serius," Hendery menatapnya, "papa gak pernah tau masalah ini, papa selalu nanyain lo ke gue Chan. Selalu. Setiap gue main kesana dia selalu nyariin lo."
Pada saat itu juga Haechan merasa menyesal. Semua terjadi karena Haechan yang terlalu sibuk dengan egonya.
Renjun yang memilih untuk mengalah pun tetap diabaikan oleh Haechan.
--- --- ---
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/251486727-288-k644519.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu [Hyuckren]✔
Acak[Renhyuck][non-baku] tentang seorang remaja berusia 17 tahun bernama Huang Renjun yang sering memimpikan situasi dimana ia dan Rivalnya memiliki hubungan yang sangat dekat. dan semuanya dengan tidak disadari adalah sebuah gambaran masa depan.