Sekarang Hendery disini, dirumah Jaemin bersama Renjun yang memutuskan untuk izin dari sekolah hari itu.
"Ayah gatau kepolisian mana yang mereka laporin dan yang dateng, ayah juga gak punya hak buat nyelidikin kepolisian lain." Jelas ayah Jaemin.
"Tapi sidik jari sama sample rambutnya? Topinya?."
"Kalo untuk kasus satpam itu, tim saya cuman dapet sidik jari dilengan baju satpam yang sama dengan ditopi yang Jaemin temuin. Hanya itu, dilokasi juga kita gak bisa nemuin jejak kaki siapapun karena banyak tepung yang ditabur disana buat nutupin jejak kakinya."
"Terus gimana? Jeno gak bisa diselametin?." Khawatir Jaemin.
"Bisa, kalo ayah dapet persetujuan sekolah itu buat nyelidikin kasus lebih dalem. Tapi pihak sekolah minta buat nutup kasus ini dan tim ayah akhirnya nutup kasus ini hanya dengan 2 bukti."
Hendery dan Renjun menghela nafas, "om mau gak kalo nyelidikin ini bareng sama kita, tanpa tim om dan diluar kewajiban kerja om." Usul Renjun.
"Bisa aja sih, tapi kalo sekolahmu ketat dan gak sembarang mengizinkan orang asing masuk ya tetep susah. Apalagi kasusnya Hongjoong Eric itu dibelakang sekolah yang hanya dapet 5% sorotan kamera CCTV, bahkan badan Eric yang katanya bonyok - bonyok pun gak keliatan dan cuman kakinya aja."
Benar, benar - benar kurang jelas.
"Tapi kenapa bisa mereka langsung ambil keputusan? Bahkan Haechan dan Jeno yang gak terlibat pembunuhannya pun harus kena hukuman penjara meskipun itu 6 bulan doang om." Jelas Hendery.
Ayah Jaemin mengerutkan dahinya, "hah? Kok bisa? Bukannya mereka harusnya nyelidikin dulu ya?."
"Boleh dicoba nih."
--- --- ---
Ayah Jaemin memutuskan untuk menyusup kebelakang sekolah Jaemin dengan bantuan Renjun dan Jaemin yang tau jika ada satu bagian tembok pembatas yang sudah hancur.
"Ini jalan yang dipake sama Eric buat masuk juga." Ucap Hendery.
Mereka yakin karena ada sebatang kayu yang menjadi jembatan untuk melewati lubang saluran air dibawah sana yang terbilang besar.
Mereka segera masuk dan mendatangi lokasi dimana CCTV berada. Mereka berdiri dibelakang salah satu pohon yang tak jauh dari tkp.
"Saya tau kalian anak - anak SMA yang pintar, kalian pasti tau bagaimana polisi menandai tkp seperti apa kan?." Mereka mengangguk.
Disana, ditkp itu, ditempat dimana Eric dinyatakan meninggal. Tidak ada sama sekali Police Line yang menandai tempat itu.
"Sepertinya lawan kalian lebih jenius dari kalian." Ayah Jaemin berjalan pelan menuju tkp itu.
"Gaada darah?," Renjun mengerutkan hidungnya mencoba mencium bau darah, "bisa aja dia meninggal karena pulukan pada bagian vital tubuhnya. Bukan berarti dia gak meninggal juga." Jelas ayah Jaemin.
"Gimana kalo kita ke pos satpamnya?." Usul Renjun.
"Gak bisa, pos itu udah dikelilingin sama Police Line dan itu artinya gakboleh ada yang ngelewatin Police Line itu selain polisi." Jelas ayah Jaemin.
"Terus gimana?." Bingung Hendery.
"Kalian foto aja tkpnya, dari sudut mana aja termasuk sudut kamera CCTV yang ngerekam mereka disini."
"Buat apaan yah?."
"Kalian bisa lo laporin ini buat kasus baru, gaada polisi yang ninggalin tkp tanpa tanda dan gaada polisi yang gak ikut menangani korban."
--- --- ---
"Kita harus tau gimana keadaan Eric."
"Gak bisa, Eric udah dibawa keluarganya ke luar negeri saat itu juga." Jawab Seonghwa yang kali ini bersama Hendery, Renjun dan Jaemin.
"Gak mungkin kak, pihak kepolisisan saat itu juga gak mungkin biarin pihak rumah sakit turun tangan ke tkp, pasti mayat dibawa sama polisi buat bukti."
Seketika mereka diam, "bener juga!."
"Beberapa temen Lucas yang liat kejadian itu sempet bilang ke gue kalo ada 4 orang cowok tinggi pake baju putih kayak dokter gitu meriksa badannya Eric sebelum akhirnya mereka diusir kepsek buat balik masuk kelas." Jelas Seonghwa.
"Lo yang wakilin ayahnya Lucas kak?." Tanya Hendery yang diangguki oleh Seonghwa.
"Gue asal dateng aja pas kepsek telfon gue, ya lo tau kan Lucas gak pernah dapet perhatian bapaknya semenjak ibunya meninggal dan selalu gue yang ngurus sekolah dia kecuali biaya."
"Kakak baik banget." Seonghwa tersenyum menatap Renjun dan Jaemin.
"Joong ngajarin kakak buat bantuin temen - temennya yang udah kayak adek mereka sendiri. 90% temennya Joong itu korban orang tua yang kurang perhatian, jadia dia minta buat kakak bantuin temen temennya."
"Keluarga gue enggak ya, Jeno juga, apalagi si Hyunjin yang bahagia sejahtera." Saut Hendery.
Mereka tertawa.
"Kalian mau bantuin kakak gak?." Tanya Seonghwa.
"Bantuin apa kak?." Tanya Jaemin.
"Kakak niat laporin ini sebagai kasus baru dengan beberapa bukti yang aneh kan, tugas kalian cuman bawa 2 murid itu sebagai saksi sama cari tau keluarga satpamnya. Kakak curiga ada apa apa sama si satpam."
Renjun dan Jaemin mengangguk, "namanya Yooa sama Yujin, kelas 10 Ipa 3 yang kayaknya kelasnya deket sama jalan kearah gudang disana."
--- --- ---
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu [Hyuckren]✔
Random[Renhyuck][non-baku] tentang seorang remaja berusia 17 tahun bernama Huang Renjun yang sering memimpikan situasi dimana ia dan Rivalnya memiliki hubungan yang sangat dekat. dan semuanya dengan tidak disadari adalah sebuah gambaran masa depan.