🏵️Claralivia 19

328 66 31
                                    

Sore-sore begini, hujan, brrr. Gara-gara mupeng sama gorengan pemberian simbah kost untuk Clara kemarin, sore ini, untuk nemenin nulis, aku ngadep sepiring prol a.k.a nangka digoreng pakai tepung dengan asap mengepul, beuhhh seketika ide nulisnya ngalir.

Ma kasih, Emak! Ekekeke

Lanjut baca Claralivia, yok! Lupakan dulu aku yang lagi makan gorengan, ya! Fokus ke Clara!

Me: Clar, Clara, udah siap belum bercerita?

Clara: Siap, Mas author! Abis cerita bagi gorengannya ya!

Me: Nggak mau!

Happy Reading, Gengs!

🌿☘️🏵️🏵️🏵️☘️🌿

  Langit kota Surabaya berubah cerah malam ini setelah seharian diguyur hujan deras, sangat cerah sampai bintang gemintang di langit memunculkan rupanya dan membuatku tak jemu-jemu memandanginya. Begitu indah.

  Aku duduk di depan teras kamar kost-ku dengan secangkir minuman greentea berasap mengepul, menikmati kesendirian dengan pikiran 'masih' dihiasi bayang wajah Pak Johvan. Apa pria itu pakai pelet ya?

  Tapi kenapa setiap mengingatnya selalu ada sendu-sendunya, ya? Lantas, ada dua hal yang membuatnya makin misterius belakangan ini, dia bertengkar dengan Mas Rony karena apa dan dia menguntitku karena apa? Jangan-jangan dia pasang kamera tersembunyi juga di kamarku! Fiuhhh, serem kaliii!

  Kuseruput minuman greentea yang kubuat setengah jam lalu tapi masih bertahan kehangatannya, sejak Pak Johvan menyediakan kompor gas di kost-ku, aku jadi tak terlalu repot bila ingin minum yang hangat-hangat. Lebih cepat daripada order minuman via Hi-food, kan?

  Sambil menikmati tehku, kunikmati suasana malam yang masih terlalu ramai. Deru suara kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya depan gang terdengar begitu jelas, lalu ada suara pengajian nun jauh di sana, ada suara mobil polisi, klakson, orang-orang bercengkrama di rumah tetangga hingga suara radio yang sedang memainkan lagu-lagu jawa.

  Aku benar-benar menikmati kesendirian ini dengan hati dihiasi simalakama, antara berjuang mendapatkan Pak Johvan atau move on saja? Pasalnya, ingat wajah Bu Rindu tuh aku malasnya segunung. Tapi kebaikan Mama Yani juga perlu dipertimbangkan …

  "Miawww!"

  Aku mendengar suara Pocky! Kucing oren milik simbah kost yang nguyel-uyel kakiku di lantai bawah tadi sore.

  "Pocky!" panggilku seraya mengedarkan pandangan, mencari keberadaannya.

  "Miawww!"

  Ah itu dia!

  Kutemukan Pocky muncul dari tangga dengan berjalan santai.

  "Sini, Pocky, sini! Temani aku!" panggilku sambil menurunkan tangan dan memintanya mendekat, dia pun nurut.

  Hap!

  Begitu kutangkap, kucing oren gendut itu lantas kupangku.

  "Miawww!"

  Aku mengelus-elus kepala Pocky, kata simbah kost dia baru kehilangan anak-anaknya. Ah, betapa kesepiannya dia ...

  "Kita senasib, Pocky. Sama-sama kesepian," lirlihku sambil mengelusnya gemas.

  "Miawww!"

  Dia menyahut! Seolah bilang: "Ceritanya beda kali, Mbak. Kalau Mbaknya kan soal masalah kebucinan!"

CLARALIVIA ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang