🏵️Claralivia 01

506 61 20
                                    

  Aku mau berkisah tentang suatu hari di tahun 2017, saat usiaku 17 tahun…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Aku mau berkisah tentang suatu hari di tahun 2017, saat usiaku 17 tahun…

  Seorang guru olah raga muda tengah duduk pada kursi tinggi di sebuah lapangan teduh pada sisi barat SMA Garuda Jaya, Jakarta. Ada sekira 18 murid perempuan kelas 12 IPA 1 yang sedang dinilai gerakannya sesuai tantangan sang guru. Sebuah matras hitam tergelar di hadapan guru tampan berkulit putih dan berhidung mancung itu karena beberapa gerakan yang ia buat untuk tantangan kali ini meliputi sit up silang, push up satu tangan, crunch sepeda, beberapa gerakan peregangan dan lain sebagainya.

  Aku berdiri di dekat sang guru yang berbadan tinggi dan atletis di usianya yang ke 22 tahun itu. Aku belum mendapat giliran karena saat ini yang masih dinilai adalah Brighitta, cewek paling tambun sekelas yang sering bolos pelajaran olah raga dan sekarang kena batunya, jadi tadi pagi cewek itu berniat bolos di kelasnya Pak Johvan, guru olahraga itu, tapi ketahuan saat mau mengunci diri di kamar mandi.

  "Brighitta, ini Bapak nggak salah lihat, kan? Masak kamu push up cuma kuat satu kali? Temen-temen kamu rata-rata bisa menyelesaikan challenge lima kali lho, setidaknya kamu harus bisa tiga kali, ayo coba lagi," ucap Pak Johvan. "Dan ini gimana mau nyoba gerakan lain kalau kamunya malah tengkurap terus begitu."

  "Huahaha!" Tawa anak-anak di sekeliling Pak Johvan meledak mendengar ucapan guru olahraga kesayangan mereka itu.

  Kesayangan? Bagiku tidak ah, meski Pak Johvan selalu baik kepadaku, kurasa aku tak bisa menyebutnya guru kesayangan. Cukup banyak kebaikan dia yang kudapatkan dan tidak didapatkan anak-anak lain, mulai dari dikasih nilai bagus, traktiran di kantin, paket yang datang ke rumah dan isinya buku-buku pelajaran gratis, dibuatkan dan diingatkan jadwal olahraga rumahan, ditegur langsung saat pulang sekolah dan pergi main, dan lain sebagainya. Aku menerima bantuannya, tapi aku tidak bisa beramah-tamah kepadanya, kata Bunda di rumah, Pak Johvan naksir aku. Ishhh, apasih bunda tuh, emang dasar bundaku orangnya suka ngebanyolin putri remajanya ini, jadi tidak kumasukkan dalam hati, masak aku pacaran sama yang umurnya terpaut 5 tahun? No way!

[Author says: Gaya banget ya Clara waktu itu, duh duh, nenggg, pacaran mah nggak mandang umur, emang dasar ya pikiran remaja mah beda, wkwk, lanjut…]

  "Astaga, Brighitta! Itu bukan push up namanya, tapi gaya mermaid merangkak." Pak Johvan menegur Brighitta lagi dan seketika teman-temanku kembali tertawa. "Ya sudah, kamu kembali ke tempatmu lagi kalau memang nggak bisa, next time jangan bolos lagi ya."

  "Ba-baik, Pak, huaaa!" Brighitta malah nangis dan segera berlalu, bergabung dengan teman-temannya, membuat Pak Johvan menggelengkan kepala heran.

  "Mermaid itu bagus loh, Bright, cantik lagi, kayak sebelah saya ini," ucap Pak Johvan seraya melirik ke arahku, tapi temen-temen nggak ngeh dengan candaan sereceh itu. "Saya nggak bermaksud membicarakan fisik kamu."

  "Saya paham kok, Pak, maafkan saya, saya suka bolos, huaaa! Saya menyesal." Brighitta kembali tersedu-sedu.

  "Next, Claralivia!" ucap Pak Johvan kemudian.

  Akupun maju, siap melepas sepatu dan naik ke atas matras hitam itu, tapi…

  "Clara, kamu lari keliling lapangan saja, lima kali."

  Teman-temanku langsung saling berbisik-bisik dan seperti mengejekku.

  "Tapi, Pak," aku memprotes.

  "C'mon! Semangat!" ucap Pak Johvan seraya mengangguk mantap, ia lalu beralih ke catatan absennya untuk giliran selanjutnya. "Next, Dini Riska Nuraeni!"

  Seorang gadis bertubuh ceking maju.

  Aku pun mendengus kesal dan segera lari.

  Baru kali ini aku ditegasin Pak Johvan, tapi cerita hari ini cukup lucu, karena aku hanya kuat dua kali putaran lari lalu duduk pada segelondong kayu di ujung lapangan yang diatasnya ada pohon angsana rindang. Saat anak-anak membubarkan diri karena semuanya telah menjalankan tugas, Pak Johvan menghampiriku, duduk di sampingku.

  "Cla."

  "Iya, Pak," jawabku yang sedang meritmiskan denyut jantungku. Aku menundukkan kepala karena kelelahan.

  "Minumlah." Dia memberiku minuman ion dingin.

  Akupun menerimanya, tapi tatapanmu menghindarinya.

  "Lari sangat bagus untukmu, Cla. Kamu bolos jadwal olahlaraga rumahanmu, kan?"

  Owalah, jadi ini akibat aku nggak pernah jogging di rumah, batinku. "Karena di rumah sibuk, Pak."

  "Saya buatkan jadwal lagi nanti. Olahraganya habis subuh."

  Whatever, batinku malas-malas.

  Pak Johvan lalu menyerahkan kepadaku tabel nilai anak-anak di kelasku. "Tulis nilaimu sendiri."

  Uwaaa! Baik bangettt, batinku yang antusias bukan main. Dengan malu-malu kucing akupun menerima tabel itu dan menulis angka 90 di kolom nilaiku. Aku lalu berusaha cuek setelahnya.

  "Maafkan Bapak, ya, bapak keras padamu karena…"

  "Karena apa, Pak Jov?" Aku tersenyum senang seraya menyerahkan tabel nilai itu.

  "Ah, lupakanlah," ucap Pak Johvan lirih seraya bangkit dan berlalu. Dari bekas tempat duduknya kutemukan sebuah plastik klip yang setelah kubuka isinya handuk kecil, lalu ada selembar kertas bertulisan:

  "Usap peluhmu, Cla, maafkan tangan ini yang belum bisa menggapai keningmu."

  Siapa juga yang mau dilapin, batinku seraya meletakkannya kembali. Aku lalu meninggalkan handuk itu dan berlari menuju kantin dengan perasaan senang karena dapat nilai bagus di pelajaran olahraga hari ini.

  Sesampainya di kantin sekolah dan memesan makanan, tiba-tiba Bu Marni, penjual makanan di kantin memberiku buku menu dengan senyum semringah. "Non Clara, hari ini masih sama kayak kemarin ya, menunya gratis dan all you can eat!"

  Lagi? Astaga, batinku yang sudah hampir dua tahun ini digratiskan makan terus sama Pak Johvan, ini uang saku dari Bunda malah suka habis buat beli paketan kuota internet sama buat beli rupa-rupa keperluan pembuatan video, soalnya aku bercita-cita jadi beauty vlogger professional.

  Tapi aku bisa apa untuk menolak kebaikan Pak Johvan? Jajan di luar kantin juga semua penjual bilangnya gratis dan all you can eat! Uwaaa ini anugerah apa musibah ya?

🌿☘️🏵️🏵️🏵️🍀🌿

  BERSAMBUNG…

  Sweet moments nggak harus masa kini aja lah ya, masa SMA juga, biar kalian bisa sambil nostalgia, eak.

  Tapi ini sweet moments-nya belum masuk level ya, masih pemanasan dulu, hohoho.

  Thanks for reading, Gengs! Yang baru gabung baca CLARALIVIA, hey happy join yo! Mau gabung di Grup Whatsapp pembacaku tinggal DM nomor wa kamu saja.

  Jangan lupa vomment!

CLARALIVIA ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang