Selamat sore di hari sabtu menuju malam minggu, Gengs. Semoga weekend-kalian menyenangkan ya, sore ini kota Magelang cerah banget nih, gimana dengan keadaan di daerah kalian?
Buat ibu-ibu rumah tangga, jam-jam segini pasti sudah beres dengan pekerjaan rumah kan ya? Bagi yang sudah, yuk ambil waktu santai sebentar untuk melanjutkan baca Claralivia, sambil minikmati secangkir teh/kopi mungkin?
Dan buat yang masih berkutat dengan aktivitasnya, monggo dilanjutkan dulu aktivitasnya, yang semangat ya, karena ngurus rumah dan keluarga itu juga ibadah lho.
Sebelum membaca, kuucapkan terima kasih ya karena sudah membuka bab ini.
Selamat membaca! Tap bintangnya dulu boleh lah ya ...
🌿☘️🏵️🏵️🏵️☘️🌿
"Cla, udah makan malam?"Suara Bunda mengalun di depan kamarku malam ini, aku sedang duduk meringkuk pada sofa di sudut balkon sambil nyemil biskuit oats dan minum green tea, tadi sore pesen ke Mbok Gimah sekalian dia belanja di minimarket terdekat.
"Udah, Bun!" dustaku dengan seruan, karena kebetulan aku tidak lapar. "Bunda met makan saja sama Papa."
"Oke ya udah, oh iya, nanti kalau kamu butuh cemilan ambil di kulkas dekat meja makan ya, Bunda belanja banyak cemilan tadi pas pulang dari Cipinang."
Bunda sama Papa memang baru pulang beberapa saat yang lalu, tapi aku tidak bisa menyambut kedatangan mereka dengan menemui di lantai bawah, pasalnya, sejak kejadian pagi tadi dengan Galang, aku merasa mukaku makin kacau oleh tangisan hingga membuatku nggak pede mau keluar-keluar.
"Siap, Bun!" timpalku sambil menyamankan sandaranku pada sofa berbantal tebal yang kududuki.
Sepeninggal Bunda, aku berjalan menuju nakas di dekat ranjang tempat tidurku untuk mengambil ponsel. Ponsel Apple baru pemberian tantenya Bu Rindu itu mau tak mau harus kupakai karena aku tidak punya dana lebih untuk beli ponsel baru, minta ke Papa juga nggak mungkin, justru nanti dia bakal menanyakan ponsel lamaku.
Ponsel ini memang kalah dengan tipe ponsel milikku yang tertinggal di Surabaya, tapi aku tidak bisa mengabaikannya. Aku butuh alat komunikasi dalam usaha menghubungi Pak Johvan.
Kemarin-kemarin aku sempat frustasi karena akun Whatsapp-ku jadi hilang, tapi mau bagaimana lagi, akhirnya aku membuat yang baru dan baru menyimpan nomor Papa sama Bunda saja.
Keluarga Bu Rindu benar-benar licik, batinku saat ingat wajah tantenya Bu Rindu yang menyeramkan itu.
Gimana ya nasib ponselku di Surabaya sana? Kutaksir sudah dilenyapkan oleh wanita itu karena nomornya saja sudah tidak aktif.
Sejak pulang dari Surabaya, baru malam inilah aku berniat menguprek ponsel ini untuk mencari informasi soal Pak Johvan dan pernikahannya.
Apa Pak Johvan sudah jadi menikah dengan Bu Rindu ya? batinku sendu sambil mengetik: 'Berita Surabaya terbaru' di mesin pencarian Google.
Tapi nggak mungkin ah, mengingat Mama Yani itu lebih pintar dari keluarga Bu Rindu, lanjutku dengan berpikir positif.
Hasil pencarianku di Google pun menunjukkan …
Tersandung Kasus Korupsi dan Narkotika, Sekretaris Perusahaan Skincare di Surabaya ini Dinyatakan Tidak Bersalah [www.surabayanews.com]
As-ta-ga!
Aku mematung dan menelan ludah getir saat melihat judul artikel berita teratas di kota Surabaya itu, apalagi saat ada foto Bu Rindu didampingi tantenya tampil di halaman depan. Cepat-cepat aku pun membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARALIVIA ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)
Romance|Wanita Karir VS Cold Boss| Bukan Claralivia kalau hidup di suatu tempat tanpa digandrungi banyak pria, parasnya yang mempesona bahkan membuatnya dikejar empat cowok sekaligus di SMA-nya dulu, dan itu termasuk guru olahraganya, Johvan Raitama. Men...