🏵️Claralivia 16

322 51 19
                                    

Malam kesayangan-kesayanganku, heheh. Ma kasih ya buat yang sudah ikut pre order novel Reno, yang belum disegerakan ya, soalnya tinggal dua hari lagi close PO.

(Semangat promosi, ekekeke)

Clara sampai mana ya? Oh iya, sampai pada saat Mama Yani ngedatengin kost-an Clara dan cerita banyak hal di masalalu keluarga Johvan.

Yok yok lanjut baca kelanjutannya!

Selamat membaca, ya!



🌿☘️🏵️🏵️🏵️☘️🌿

  Aku belum pernah merasa seperti ini sebelumnya, mendengar cerita perjalanan hidup orang lain hingga kepikiran berhari-hari, setiap saat, setiap waktu.

  Cerita Mama Yani dua hari yang lalu membuat pandanganku jadi terang benderang soal perubahan sikap Pak Johvan. Hasilnya? Setelah itu, bahkan hingga hari ini, aku cukup nyesek saat mencoba memposisikan diriku jadi Pak Johvan. Ah, betapa rumit sekali nasib perjodohan yang menimpanya.

  Wajah Pak Johvan terngiang-ngiang di pelupuk mataku pada siang ini. Aku sudah kembali ngantor mulai pagi tadi, luka-luka dan sakitku perlahan sembuh. Namun, 'entah kenapa' rasanya aku malah ikut terluka dengan apa yang dialami Pak Johvan, apa ini hanya rasa simpati biasa? Tapi kenapa se-nyesek ini ya Tuhan?

  Mengecek ulang tugas penghitungan invoice dari Mas Rony sebelum istirahat siang, aku sudah tidak kuat lagi padahal tinggal beberapa halaman saja, ingatan akan tangis Mama Yani dan betapa iba-nya aku dengan nasib Pak Johvan membuatku beberapa kali memijit pelipis. Angka-angka di tabel pada komputer di hadapanku seolah berputar-putar hingga susah dijumlahkan.

  Masih kuingat dengan jelas wajah dingin Pak Johvan pagi tadi saat aku memapasinya di depan ruang kerjanya, wajah dingin yang menyimpan derita di baliknya, derita yang dalam tapi tertutup rapat.

  Sekali anggukan kepalaku, dia tak meresponnya dengan ekspresi, hanya sebuah kalimat. "Selamat kerja kembali," yang keluar dari bibirnya, itu pun sangat lirih dan kukira dia sedang tidak bicara denganku karena kebetulan banyak karyawan yang lewat. Setelah itu Bu Rindu datang dan menggamit mesra lengannya, Pak Johvan lantas ditarik ke ruangan kerjanya.

  Keromantisan yang dipaksakan, uwaaa! Rasanya jadi pengen nyusun rencana buat membebaskan Pak Johvan dari belenggu perjodohan itu 'meskipun' secara kasat mata Pak Johvan terlihat berakting mesra oleh tuntutan perannya.

  Gila nggak, sih, hubungan macam itu? Aku jadi bayangin kalau Bu Rindu punya rencana lain dari sekadar 'memiliki' Pak Johvan, pasalnya, sesuai cerita Mama Yani kemarin, Glow Touching tanpa diurus Pak Johvan itu tidak akan semaju ini. Jadi ini semacam ada tujuan materi juga dari perjodohan rumit itu. Gila, gila, gila, batinku sambil mencocokkan nominal-nominal uang di layar komputer dengan nominal pada buku jurnal pengeluaran di hadapanku.

  "Cla." Suara Mbak July membuyarkan bayang wajah Mama Yani dan Pak Johvan di pikiran ini.

  "Ya, Mbak?" Aku menoleh dan sedikit mendongak ke arah suara Mbak July. Kulihat rekan cetar-ku yang hari ini pakai jilbab oranye dan bulu mata super tebal itu tampak ngos-ngosan, padahal beberapa saat lalu ia hanya pamit ke toilet yang jaraknya saja cuma sepelemparan batu dari ruangan kerja kami. Dia ketemu kuntilanak, maybe? "Kenapa ngos-ngosan, Mbak?" tanyaku seraya meraih tumbler kesayanganku. "Nih, minum dulu."

  "Ngg-nggak usah, Cla, nggak haus kok." Mbak July menggeleng dengan nada suara terbata. "Cla kamu dipanggil Bu Rindu di ruangannya."

  Dipanggil? batinku sedikit kaget, soalnya ini seperti panggilan dari hal-hal yang berbau mistis.

CLARALIVIA ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang