🏵️Claralivia 24

276 51 12
                                    

  Selamat sore! Selamat melanjutkan!

Happy Reading!

🌿☘️🏵️🏵️🏵️☘️🌿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌿☘️🏵️🏵️🏵️☘️🌿

  "Pak"

  "Iya, Cla?"

  Aku dan Pak Johvan sampai di resort pukul 18:15, kami duduk berhadapan dibatasi meja di ruangan terbuka dekat kolam renang yang menghadap pantai lepas -sebelum melakukan sauna. Langit tampak cerah, lampu-lampu kecil di tempat outdoor ini terlihat menimbulkan suasana romantis, ditambah suara debur ombak yang memecah bebatuan karang.

  Di tangan kami ada segelas besar dalgona ice coffee buatan pelayan yang mantap sekali rasanya.

  "Kabar Bu Rindu bagaimana, Pak?"

  Pak Johvan tersenyum. "Jangan terlalu membenani pikiranmu dengan memikirkan wanita itu, Cla. Tadi saya dapat kabar dari Rony via Whatsapp, Rindu sudah di kantor kepolisian."

  Aku mengangguk paham, sebenarnya aku kasihan sama wanita itu, tapi aku tidak suka caranya dalam meraih impiannya, juga cara dia mengejar cinta, semuanya jadi terlihat seperti obsesi saat di baliknya ada tindakan-tindakan yang merugikan orang lain.

  "Apa yang kamu khawatirkan dari Rindu, Cla?"

  "Ah, tidak, Pak. Cuma saya sangat khawatir kalau bapak kenapa-kenapa di kemudian hari andai Bu Rindu menuntut balik atau semacamnya."

  Pak Johvan tersenyum dan menyeruput minumannya. "Saya dan keluarga saya ada di posisi menjadi korban selama ini, Cla, jadi tenanglah, saya bisa mengatasi itu seandainya ada apa-apa di kemudian hari, lagipula surat perjanjian pernikahannya sudah ada di tangan Mama Yani dan siap dilenyapkan."

  Aku mengangguk lagi, kulihat sudut bibir Pak Johvan melebar, mencipta senyum menenangkan yang lantas membuat hatiku tidak khawatir lagi dengan keadaannya.

  "Malam ini milik kita berdua, Cla, jadi jangan sampai ada beban ya di pikiran kamu. Saya juga sedang ingin melepas bayang-bayang kengerian andai saja jadi menikah dengan Rindu. Jadi, mendatangi tempat ini adalah cara saya untuk menenangkan diri sebelum nanti saya bekerja lagi mengurus Glow Touching."

  "Baik, Pak, saya paham," jawabku mengerti. Kulihat tatapan Pak Johvan lalu menerawang diantara pucuk pohon palem yang membatasi ruangan terbuka ini dengan pantai lepas, daun-daun palem itu menari-nari disapa desir angin laut.

  "Pak."

  "Iya."

  "Boleh saya minta maaf?"

  "Soal apa, Cla?"

  "Soal sikap saya di SMA dulu."

  Pak Johvan tersenyum tulus lalu menatapku. "Sikap yang mana, Cla? Saya menyukai sikap kamu sejak dulu, entah itu saat jutek dan bahkan sikap acuhmu. Bagi saya itu manis, jadi itu bukan kesalahan."

CLARALIVIA ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang