🏵️Claralivia 10

392 61 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Kubuka mata ini setelah lumayan lama aku merasa tertidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


  Kubuka mata ini setelah lumayan lama aku merasa tertidur. Rasanya seperti bangun tidur di pagi hari, tapi ini terasa berbeda, kepalaku pening bukan main hingga menciptakan kenyerian pada saluran pernapasan. Mataku terasa pedas seperti terpapar asap. Tubuhku sakit semuanya, nyeri, pegal, bahkan ada perih di bagian siku tangan dan mata kaki. Jantungku juga berdetak sangat kencang.

  Menyipitlah mata ini melihat sinar terang di langit-langit ruangan. Ruangan rumah sakit? Ya Tuhan, ada apa ini? batinku yang tersadar kalau aku tengah terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, kepalaku disangga bantal yang tinggi sehingga aku langsung bisa menoleh ke kanan dan ke kiri, bahkan ke arah tanganku yang dipasangi selang-selang infus.

  Suara hujan masih terdengar bergemuruh di luar sana.

  Pak Johvan?

  Kutemukan lelaki itu duduk di samping kiriku dengan sebuah buku doa di tangannya. Kuedarkan pandangan lagi, kesadaranku semakin pulih dan kudapati di ruangan ini hanya ada aku dan Pak Johvan saja.

  Meski melihat jelas wajahnya yang tampak fokus membaca buku doa, namun aku tak berani menyapanya, lidahku begitu kelu, terlebih aku takut jika penglihatanku salah. Gimana kalau ternyata sebenarnya aku masih tersungkur di lantai kost-ku dan bertemu Pak Johvan ini semacam mimpi? Gimana kalau ternyata aku sedang koma, gimana kalau….

  "Pak Johvan, maafkan saya." Entah kenapa aku berpikiran kalau kejadian tadi membuat repot Pak Johvan hingga membuatnya membawaku ke rumah sakit ini. Hanya itulah yang terucap dari bibirku, begitu lirih.

  Kulihat Pak Johvan melirikku, wajahnya pucat dan ia mengenakan jaket putih dan topi cokelat, juga tas selempang hitam yang dihadapkan ke dada. "Lain kali bilang ke saya kalau kamar kost-nya ada kerusakan."

  Dari awal saya datang juga sudah rusak, Pak, jawabku dalam hati. Aku sedang tak ingin mendebatnya. Maka aku hanya mengangguk.

  "Sungguh ceroboh si Rindu itu, memilihkan kost-an sesempit itu," gumam Pak Johvan, begitu lirih, tapi aku bisa mendengarnya karena jarak kami yang dekat.

  Jadi Pak Johvan baru melihat kost-anku kali ini? tanyaku lagi dalam hati. "Pak Johvan, maaf, boleh saya tanya, kenapa Bapak tiba-tiba datang ke kost saya tadi?"

CLARALIVIA ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang