🏵️Claralivia 04

383 61 18
                                    

  Sore ini hujan turun lebat, menjadi hujan pertama yang turun setelah aku datang ke kota Surabaya ini.

  Aku duduk termenung di dekat jendela kost-ku sambil menghadap secangkir teh leci panas dalam cangkir yang kuletakkan di bibir jendela.

  Kost-ku ini ada di lantai dua, bersebelahan dengan satu ruangan kost lagi yang saat ini kosong, sementara di lantai bawah sana adalah rumah ibu dan bapak kost, suami istri lanjut usia yang kerap pergi dan jarang di rumah.

  Kesepian menjadi teman sejati sepulang ngantor setelah tinggal di sini, tapi bukannya ini namanya survive sejati, bukan? Sebab hidup memang butuh petualangan.

  Krucuk krucuk krucuk!

  Kuabaikan tetesan air di sudut ruangan karena memang bocor dan tadi sudah kukasih ember besar di bawahnya.

  Di luar sana, pemandangan genteng-genteng yang diguyur hujan lebat, suara petir yang bergemuruh, juga bayangan wajah dan sikap Pak Johvan siang tadi di kantor, menerbangkan ingatanku kembali ke tahun 2017…

  Hujan turun di halte tak jauh dari gerbang SMA Garuda Jaya Jakarta, aku duduk sendirian dengan seragam putih abu-abuku yang sebagian basah karena ada hujan angin, tapi aku belum berani pulang.

  Di hari senin itu aku mendapatkan nilai matematika yang buruk, nilainya di bawah empat, sangat buruk sampai aku takut akan kemarahan Papa di rumah. Karena beralasan ada belajar kelompok, rencananya aku akan pulang ba'da magrib karena hari itu Papa bilang via chat Line kalau beliau mau keluar kota pukul 18:00.

  Takut pulang, tak ada teman, aku duduk menikmati kesendirianku dengan hujan deras dan langit kota Jakarta yang mulai meremang pada pukul 17:00.

  Di antara kemurunganku, aku mengernyitkan dahi melihat seorang laki-laki lari ke arahku dari gerbang sekolah, membawa payung dan jaket kulit.

  Astaga, Pak Johvan! batinku yang lalu memalingkan wajah, pura-pura menunggu angkutan umum, padahal sama sekali tak ada angkot, taksi atau bus yang kutunggu, setiap ada kendaraan umum berhenti aku mengabaikannya sejak tadi.

  Hujan kian menderas dan Pak Johvan sampai di halte lalu duduk di sampingku.

  "Cla, kok kamu belum pulang?" tanya Pak Johvan seraya sedikit mengeraskan volume, karena gemuruh suara hujan dan suara mobil-mobil yang lewat begitu mengganggu.

  Aku diam saja sambil memalingkan wajah.

  Tiba-tiba Pak Johvan mengulurkan tangan kanan dan menempelkan punggung tangannya di keningku. "Kamu demam, Cla!" serunya lagi, saat kutatap, rona wajah tampannya menyiratkan kekhawatiran. "Ini hujan pertama dan sedingin ini, kamu menunggu apa sebenarnya?"

  Tubuhku mulai menggigil. "Saya nggak mau pulang, Pak," balasku dengan seruan pula, tapi tatapanku menghindarinya.

  "Kenapa? Kamu lagi ada masalah?"

  Aku menggeleng. "Bukan urusan Pak Johvan!"

  Jawabanku membuat percakapan kami terhenti, diantara gejolak rasa dingin di tubuhku, tiba-tiba Pak Johvan melepas jaketnya dan menggunakannya untuk menutup tubuhku dari belakang. "Saya antar pulang ya, Cla!"

  "Nggak mau." Aku menundukkan kepala dan merapatkan jaket yang dipinjamkannya karena angin dingin berembus sangat cepat.

  Kami saling diam lagi, kuabaikan dia yang lantas memainkan ponselnya. Dan tak berselang lama datanglah seorang Driver Hi-Jek.

  "Atas nama Kak Claralivia, ya?" tanya sang Driver yang mengenakan mantel hujan tebal itu.

  Lho, aku kan nggak pesan Hi-Jek?

  "Iya, Pak, betul," ucap Pak Johvan tiba-tiba. Ia lantas menatapku. "Naiklah, Cla! Tujuannya ke rumahmu."

  "Nggak mau, Pak," jawabku dengan terus merapatkan jaket yang beraroma menenangkan itu.

  "Saya tahu nilai matematikamu buruk, tapi itu bukan alasan untuk nggak pulang ke rumah, Cla. Semua nilai masih bisa diperbaiki, tapi kalau kamu sakit, justru malah makin runyam semuanya, bukan hanya matematika saja, kalau kamu sakit nilai kamu di mata pelajaran lain juga pasti akan ikut buruk."

  Deg! Jantungku terasa berhenti berdetak mendengar kata-katanya yang menohok namun benar. Aku masih berwujud gadis belia dengan kontrol emosi buruk dan manja saat itu —karena mungkin watak anak bungsu. Tiba-tiba aku melelehkan air mataku dan entah kenapa membenci ucapannya. Bodohnya diriku saat itu, padahal sudah ditolong bertahun-tahun.

  Pak Johvan terus menatapku, dan karena aku ingin segera menghindarinya, akupun akhirnya segera bangkit, turun dari tangga halte dan naik Hi-Jek bersama Driver dengan mantel hujan lebar itu. Jaket Pak Johvan masih kubawa untuk menyelimuti tubuhku.

  Ketika akhirnya aku dan Hi-Jek yang kutumpangi berlalu, sejak saat itu aku mulai mengenali aroma khas parfum Pak Johvan, yang walau lahirku sangat tak menyukainya, tapi batinku menyukai aroma menenangkan itu.

  Aku mulai tersenyum saat itu, apalagi sesampainya di rumah, aku dikagetkan saat meletakkan jaket itu di kursi meja belajarku, aku menemukan selembar kertas yang jatuh dengan tulisan:

  "Nilai buruk bukan alasan untuk semurung itu, segera minum obat, demam kamu tinggi, besok harus ke sekolah."

  Jedarrr!

  Suara geledek membuyarkan lamunanku akan masalalu itu, aku tersenyum sendiri mengingat kepolosanku saat masa SMA tersebut.

  Kupandangi hujan yang masih turun, hujan yang entah kenapa memunculkan bayang wajah Pak Johvan. Aku lalu tersenyum kembali mengingat setibanya aku di rumah saat itu, Papa sudah berangkat ke luar kota dan Bundaku lagi pergi arisan. Tak ada yang mempermasalahkan nilai burukku, hingga aku merasa lega. Beberapa hari kemudian kukembalikan jaket Pak Johvan yang sudah dicucikan Bi Inah, kutitipkan ke satpam sekolah.

  Tuhan, kenapa sosok Johvan Raitama yang di kantor itu bisa secuek dan sedingin itu ya? Hueee

  Aku jadi murung lagi mengingat sikap Pak Johvan di kantor.

  Jika tinggal di kota ini adalah cara semesta agar aku bisa survive menghadapi cobaan, maka aku bakal berusaha dapetin Pak Johvan kembali! Yeah, tunggu saja, akan kurebut dia dari Bu Rindu yang sengklek itu!

🌿☘️🏵️🍀🌿

  BERSAMBUNG….

  Nah, gitu dong, Cla! Jangan mau diinjak-injak sama Rindu. Skuy, eksekusi tujuan kamu!

Sampai jumpa pada eksekusi Clara mendapatkan Johvan kembali ya, Gengs!

Stay tuned dan jangan lupa vomment!

CLARALIVIA ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang