MENEPI UNTUK PERGI 34.

4.3K 365 161
                                    

UPDATE LAGI DONG...

SIAPA YANG UDAH GAK SABAR BANGET BANGET BANGET NUNGGU PART INI SAMPE GREGETAN?

AYO DONG RAMEIN BIAR MAKIN SEMANGAT.

DARI DAERAH MANA AJA NIH YANG BACA CERITA MENEPI UNTUK PERGI?

VOTE YANG PENTING JANGAN LUPA!

KALAU ADA TYPO LANGSUNG TANDAIN YA.

HAPPY READING....

MENEPI UNTUK PERGI 34.

"Mencintai mu adalah hal paling menyenangkan bagiku." ---Nathan Khalandra.

Membuka mata lalu menatap sekeliling yang terasa sangat asing di pandang mata, menoleh untuk melihat pergelangan tangan yang tertutup perban membuatnya kembali tertawa getir menertawakan takdir. Semua orang memang melihat ia tersenyum tapi semua orang tak melihat nya menangis, ia selalu menangis dalam diam menutupi semua kepiluannya dengan tersenyum selagi ia bisa.

Semesta sedang bercanda padanya sekarang dengan menghadirkan seseorang yang malah membuatnya semakin menderita. Sekali lagi ia ingin bertanya, kenapa hatinya masih tak bisa benci saat sudah di sakiti berkali-kali? Kenapa dirinya masih saja menyebut namanya dalam hatinya? Ternyata jatuh cinta bisa membuat orang menjadi sebodoh itu.

Bolehkah aku menangis? Rasanya begitu dingin meski di selimuti, rasanya begitu panas meski aku menggenggam es. Boleh aku gila? Bahkan hanya mendengar namamu. Bolehkah hati ini mengiklaskan? Saat hatiku masih menyebut namamu.

Lamunan Zea tercepahkan saat pintu ruangannya terbuka dengan tergesa-gesa dan menampilkan Tiara dan Arief yang menatap Zea dengan panik. Dengan cepat Tiara menghampiri Zea dan memeluknya menangis di pundak anaknya.

"Bunda takut sayang bunda takut" Tiara menangis sejadi-jadinya disana "Bunda gak siap untuk kehilangan kamu, maafin bunda, bunda sudah jadi orang tua yang gagal untuk kamu"

Dada Zea terasa sangat sesak melihat wanita yang selama ini ia hargain dan hormati menangis tersedu-sedu akibat ulahnya "Maafin aku bun" Ujar Zea dengan air mata mengalir.

"Tolong jangan kaya gini bunda takut bunda gak akan pernah siap" Lirih Tiara membuat Zea terdiam sejenak.

Tiara menangkup wajah Zea lalu menatap matanya dengan memohon "Janji sama bunda jangan kaya gini ya? Bunda gak kuat sayang"

Zea mengangguk dan langsung memeluk Tiara. Arief yang melihat itu memijat pelipisnya pelan lalu maju untuk mengusap rambut Zea.

"Ayah" Lirih Zea berbalik menatap Arief dengan air mata.

Arief mengangguk dan langsung memeluk anak sulungnya "Jangan nangis, ayah maafin"

Bukannya berhenti Zea malah semakin terisak di pelukan Arief.

"Jangan ulangi lagi, ayah bakal cari siapa dalang dibalik semua ini" Ujar Arief membuat Zea menatapnya dan mengangguk.

-o0o-

Dafa berjalan sembari membawa pelastik berisi cilok dan es teh dengan tempat plastik menuju tempat duduk yang berada di kantin.

"Kenapa es teh sama cilok bisa senikmat ini sih" Gerutu Dafa duduk di depan Dito dan ada Adrian juga di sampingnya.

"Beli cuma dikit lo? Gue mau" Pinta Adrian saat melihat Dafa yang sedang memakan cilok dengan tusukan.

"Beli lah. Gila ciloknya enak banget ngelebihin cilok buatan gue" Ujar Dafa dengan mata melotot dan nada lebay.

MENEPI UNTUK PERGI [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang