MENEPI UNTUK PERGI 14.

3.8K 327 17
                                    

MENEPI UNTUK PERGI 14.

"Setelah sekian lama lari dari kenyataan, kini aku harus berhenti untuk mulai menerimanya" --Zea Jovanka.

"Gue suka sama lo Ze" Ujarnya dengan penuh keyakinan.

"Maksud lo?" Tanya Zea bingung.

"Gue suka sama lo. Maaf gue sudah menghianati pertemanan kita dengan cinta"

"Engga, lo gak boleh suka sama gue" Lirih Zea.

"Kenapa Ze? Gue tau lo pasti benci dengan pengakuan gue ini. Tapi gue bisa apa Ze? Gue udah gak tahan buat mendam perasaan ini terlalu dalam lagi" Ujarnya frustasi.

"Gue gak bisa Kevin! Gue udah anggap lo sebagai kakak gue sendiri" Tegas Zea tapi tetap saja di akhir kalimat suaranya melirih "Gue gak bisa"

Kevin menatap Zea lekat lalu tersenyum "Gak papa, gue udah tau kok jawabannya jauh sebelum gue ngutarain perasaan gue ke lo" Ujar Kevin "Gue cuma mau lo tau Ze tentang perasaan gue ke lo sebelum semuanya terlambat. Gue sayang lo cinta pertama gue"

Zea menundukkan kepalanya dalam. Menatap sepatu yang ia gunakan dengan lekat, perasaannya gundah sekarang. Jujur ia nyaman jika selalu dekat dengan Kevin, tapi Zea tidak tau perasaan nyaman sebagai sahabat atau nyaman dalam arti lain. Hatinya selalu berdebar saat ada Kevin.

Kevin menempelkan cup berisi minuman coklat dingin "Minuman coklat. Kita sering banget nikmatin minuman ini bareng dan ini coklat sepesial buat lo" Ujar Kevin tapi Zea masih terus menundukkan kepalanya "Ze, maaf kalau pernyataan gue ini buat lo terganggu. Gue janji sehabis ini kita gak bakal ketemu lagi dan gue gak bakal ganggu lo lagi"

Mendongakkan kepalanya, Zea menatap Kevin dengan mata yang berkaca-kaca "Maksud lo? Lo bakal pergi ninggalin gue dan Agatha? Siapa yang bakal jaga kita Vin? Lo egois" Marah Zea.

Kevin tersenyum "Sini duduk dulu" Ajak Kevin. Zea menurut dan langsung duduk di kursi yang berada di dekat taman kota ini.

"Gue gak akan kemana-mana Ze. Gue gak akan ninggalin lo sama Agatha, gue akan selalu ada di dekat kalian" Jelas Kevin "Sudah lama Ze gue mendam perasaan gue ini ke lo. Gue suka sama lo pada pandangan pertama. Maaf kalau dengan pernyataan gue tadi buat lo ngerasa terganggu, gue gak bermaksud"

"Kenapa Vin? Kenapa harus ada cinta di antara kita? Gue gak mau Vin, gue nyaman sama lo tapi gue nyaman sebagai sehabat bukan lebih. Lo ingkar Vin, lo egois" Zea terisak pelan.

"Hey Ze, maafin gue. Gue emang bodoh, tapi satu yang harus lo tau Ze gak ada persahabatan yang murni antara cowo dan cewe, pasti salah satu di antaranya punya perasaan lebih dan itu terjadi sama gue Ze" Jelas Kevin sembari menghapus air mata Zea "Gue gak nyesel dengan perasaan gue ke lo. Gue gak marah karena lo gak bakal terima perasaan gue. Gue bahagia Ze, karna lo gue bisa ngerasain gimana indahnya jatuh cinta. Karna lo gue tau bahwa cinta gak harus memiliki"

Zea tak bisa berkata-kata lagi sekarang. Air matanya terus mengalir deras, dadanya sesak mengetahui pernyataan dari Kevin.

"Tolong terima minuman coklat ini, mungkin ini akan jadi coklat terakhir yang gue kasih ke lo, mungkin setelah ini kita gak akan bisa nikmatin coklat ini bareng lagi. Saat lo lagi gak mood pasti lo bakal nyariin coklat kan? Apalagi minuman coklat lo suka banget. Tapi jangan keseringan ya gak bagus buat kesehatan lo" Kevin menyodorkan cup berisi minuman coklat.

Zea mengambil cup itu dengan tangan bergetar "Kenapa lo ngomong seolah lo mau pergi ninggalin gue Vin? Lo marah sama gue?"

Kevin menggeleng lalu tersenyum "Enggak sama sekali. Gue sayang sama lo lebih dari apapun"

MENEPI UNTUK PERGI [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang