MENEPI UNTUK PERGI 07.
"Aku bingung harus senang atau sedih. Di satu sisi aku cemburu padanya, tapi di sisi lain aku sadar aku bukan siapa-siapa."
Hari terus berjalan dengan cepat, tak terasa dua hari lagi anggota paski akan melaksanakan perlombaan. Semua anggota sudah berlatih keras selama hampir satu bulan ini, seminggu sebelum perlombaan juga mereka sudah di beri dispen dari sekolah. Seperti sekarang anggota paski akan berkumpul sebentar untuk mengecek semua barang yang akan mereka bawa.
Zea yang masih terduduk di depan ruang tamu sambil menunggu jemputan dari Dito, bukan Zea yang meminta melainkan Dito yang terus memaksa untuk pergi ke sekolah bersamanya dengan alasan rumah mereka searah jadi tidak perlu untuk Zea membawa kendaraannya.
"Duh Dito mana sih, udah mau jam tiga ini" Gerutu Zea sambil terus melihat jam yang melingkar di tangan kirinya "Lama banget ngaretnya"
Zea terus menelpon Dito dan mengirimkan pesan padanya, namun tak ada satupun pesan dan panggilannya di jawab oleh Dito. Zea semakin kesal tau begini ia akan pergi bersama teman lainnya atau membawa motor sendiri.
Kembali duduk dengan kesal, Zea masih setia menunggu Dito yang entah dimana. Saat Zea ingin pergi menuju dapur tiba-tiba saja handphone nya berdering dan muncul lah nama Dito disana.
"Kemana aja sih lo Dito, gue nung-"
"Sorry Zea, lo pergi sama yang lain ya gue mau nganter Ayla tempat tantenya" Potong Dito dengan cepat di sebrang sana.
Zea terdiam mencerna ucapan Dito barusan. Apa tadi katany? Mengantar Ayla dan membiarkan Zea menunggunya tanpa kabar? Oh ayolah siapa orang yang tidak kecewa jika sudah seperti ini.
"Ze lo masih disana kan? Atau mau gue telponin Dara buat jemput lo?" Tanya Dito buru-buru.
"Gak perlu" Zea langsung mematikan telponnya begitu saja. Kesal, kecewa, itu lah yang sekarang Zea rasakan. Setidaknya jika Dito ingin mengantarkan Ayla, Dito bisa terlebih dahulu bicara padanya tidak bisa berangka bersamanya dan tidak membuat Zea menunggu jenuh dari satu jam yang lalu.
Zea membuka handphone nya mencari nomor teman-temannya yang bisa ia tumpangi. Zea langsung mengklik nomor Dara dan menelponnya "Ayo dong Dar angkat" tak lama telponnya langsung tersambung dengan Dara.
"Kenapa Ze?" Tanya Dara di sebrang sana.
"Dar lo bisa jemput gue gak dirumah? Gue gak ada tebengan nih"
"Duh lo gak ngomong dari tadi, ini gue baru aja sampe sekolah gue gak bawa motor soalnya di anter sopir" Jelas Dara tak enak.
"Oh yaudah gak papa. Gue tutup ya"
"Sorry ya Ze"
"Iya gak papa"
Mematikan sambungan ponselnya dan mendesah pelan. Otaknya berfikir siapa lagi yang akan ia telpon dan pikirannya langsung tertuju pada Nathan dengan cepat Zea mencari nomor Nathan dan menelponnya.
"Halo Ze" Ujar Nathan.
"Nath lo dimana?"
"Gue lagi di jalan ini mau ke sekolah, kenapa emang?"
"Gue nebeng boleh gak?" Tanya Zea ragu.
"Loh lo gak jadi bareng Dito?"
"Engga" Ujar Zea pelan.
"Yasudah lo tunggu gue jemput sekarang"
Senyum Zea seketika merekah "Makasih Nathan" Ujarnya dan sambungan telpon langsung terputus. Zea langsung berjalan menuju dapur untuk mengambil minum, duduk di meja pantry sambil menunggu Nathan menjemputnya. Soal Dito? Sudahlah biarkan saja apa hak Zea juga untuk cemburu kan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENEPI UNTUK PERGI [END]
Ficção Adolescente(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Menepi untuk pergi, Kalimat yang sangat cocok untuk menggambarkan perasaan gue sekarang. Mencintai seseorang yang ternyata malah mencintai sahabat sendiri. Disini gue lebih memilih menepi dan akhirnya pergi, karena percuma...