MENEPI UNTUK PERGI 10.

4.9K 366 8
                                    

MENEPI UNTUK PERGI 10.

"Seseorang bahkan bisa terlihat sangat mencintai padahal nyatanya tidak. Bisa terlihat menyayangi padahal nyatanya dusta. Lalu apa yang membuatku percaya kalau kamu tidak begitu?" -- Zea Jovanka.

Setelah kejadian di lapangan tadi kini Zea hanya berdiam dan tak ada niatan untuk semangat hari ini, yang hanya Zea lakukam adalah duduk terdiam memandang keluar jendela kelasnya, menatap lapangan yang tadi ramai menjadi saksi bisu dari luka baru di hatinya ini.

Zea terdiam, matanya terus menatap lekat lapangan itu sebelum tiba-tiba suara mengagetkan dirnya.

"Ze woy!" Pekik Andra yang baru saja masuk kedalam kelas.

Dengan lesu Zea menoleh "Ada apa Ndra?"

"Lo gak ke kantin bareng Agatha sama Ayla?" Tanya Andra di balas gelengan oleh Zea "Lo kaya gak niat idup banget Ze"

"Emang" Jawab Zea dalam hati.

"Jadi tujuan lo manggil gue apa?" Tanya Zea to the point tak ingin berbasa-basi, mood nya sedang tidak baik sekarang.

"Lo bisa gak bantu gue ke perpus buat ngumpul semua buku itu?" Tanya Andra sambil menunjuk buku yang berada di mejanya.

Zea menatap sekilas buku cetak tebal itu dan mengangguk "Yuk"

Zea menghampiri meja Andra, mengambil separuh buku itu dan langsung membawanya keluar kelas tanpa menunggu Andra.

"ZE TUNGGU" teriak Andra dari dalam kelas dan langsung mengejar Zea yang sudah jauh berjalan di depannya "ZEA WOY TUNGGU!" teriak Andra lagi tanpa malu.

Zea mendesah pelan, berhenti lalu menolehkan kepalanya melihat Andra yang mengejarnya dengan muka kesal.

"Maen tinggal aja lo!" Semprot Andra saat sudah sampai di samping Zea.

"Ya maaf"

Zea dan Andra berjalan berdampingan sambil membawa setumpuk buku tebal di tangan mereka, sebenarnya Zea merasa tangannya pegal membawa semua buku ini tapi ya mau bagaimana lagi kasihan juga Andra kalau suruh bawa sendir.

Saat sampai di pertigaan koridor menuju perpus, Zea tak sengaja bertemu kedua teman Dito yang sedang berjalan sambil bersiul dan sesekali menggoda adik kelas yang lewat di koridor. Sadar dengan Zea, kedua temannya Dito langsung mencegat Zea dan Andra, mau tak mau Zea harus berhenti.

"Kamu Zea ya?" Tanya Dafa meirukan gaya bicaranya Dilan, film yang sedang di gemari para remaja masa kini.

"Aku ramal kamu pasti lagi galau" Lanjut Dafa membuat Zea memutar bola matanya malas.

"Mbah dukun lo?" Sarkas Zea.

"Etss bukan, gue adalah pangeran lo" Ujar Dafa semakin ngelantur. Adrian yang berada di sampingnya hanya cengingisan tak jelas.

"Aku ramal pulang dari sini pasti kamu nangis bombay" Ujar Adrian mengikuti gaya bicara Dafa tadi.

Zea memutar bola matanya malas "Ngomong apa sih lo pada? Gak ngerti gue"

"Jangan pura-pura gak ngerti, lo pasti sedih kan di phpin Dito" Ujar Adrian.

"Ngomong lo?" Kesal Zea.

Andra yang sudah jengah dengan dua orang di depannya ini langsung menyuruh Zea untuk tak meladeni manusia setengah waras di depannya "Udah Ze, kita ke perpus aja berat buku nya"

"Tunggu Ndra" Cegah Zea. Zea menatap kedua cecunguk di depannya yang sedang tersenyum tak jelas ke arahnya, geli banget ganteng tapi sinting.

"Daf, Yan coba geh gue mau liat telapak tangan lo" Ujar Zea dan dengan bodohnya Dafa dan Adrian memperlihatka kedua telapak tangannya.

MENEPI UNTUK PERGI [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang