1. HALO

275 35 136
                                    

••••

Halo! Ini bukan cerita pertama ku, tapi aku ingin cerita ini menjadi cerita pertama yang membawa ku ke arah yang lebih baik. Jadi kalau kalian yang membaca apabila menemukan kesalahan mohon dimaafkan, kalau perlu kalian komen saja mana yang perlu ku perbaiki.

Harapan ku semoga kalian suka dengan ceritanya, ambil yang baiknya yang buruk jadikan pembelajaran saja. Jangan lupa kasih bintang, komen dan bagikan supaya banyak yang tahu serta aku jadi semangat nulisnya! Ayo kita sama-sama belajar!

••••

Putar lagunya untuk menemani kamu membaca!

••••

Mari kita mulai bagian pertama dengan sebuah sapa.
.
.
.

"Terus aja dilihatin sampai tuh bola mata keluar!" cibir Carra, mengganggu saja, kan dia sedang melihat pujaan hatinya yang sedang bermain bola basket hingga keringatnya membuat kaos hitamnya basah.

"Ganggu aja!" Qia melirik tidak suka ke arah cewek yang baru saja mencibirnya. Ia membalikan badannya dan duduk di samping Carra, sahabatnya.

Qia, panggilan cewek itu. Dia manis apalagi di tambah dengan gigi gingsulnya. Cewek penyuka tahu aci garis keras dan penganggum senja. Atau penganggum cowok yang sedari tadi ia perhatikan? Ah, itu sudah beda lagi.

Qia menyandarkan punggungnya pada pilar di belakangnya. "Gue jadi pengin tanya deh sama Tuhan," celetuknya membuat Carra mengeryit dengan mulut yang penuh dengan Beng-Beng, siapa yang tidak tahu Beng-Beng? Makanan sejenis wafer coklat manis, yang satu bijinya 2 ribu rupiah, kalau di kantin SMA ADIWANGSA sih segitu harganya nggak tahu kalau di luaran sana. Dan ya, Carra sangat menyukainya.

"Tanya apa?" tanyanya setelah menelan habis Beng-Bengnya. Tenang masih ada banyak di dalam tasnya, belum lagi yang di laci meja belajarnya di rumah atau di kulkas. Pokoknya stoknya masih banyak. Dan selagi pabriknya masih beroperasi, tidak perlu khawatir. Carra akan tetap bisa makan Beng-Beng.

"Tanya, kenapa nyiptain makhluknya sesempurna Hega." Hampir saja membuat Beng-Beng yang sudah Carra telan keluar kembali hanya karena celetukan tidak penting Qia.

"Bodoamat! Sana tanya aja sama Tuhan, sekalian kamu menghadap Tuhan!" kesalnya lalu berjalan masuk ke kelas meninggalkan Qia.

"Lo nyumpahin gue mati?!" sungut Qia tidak terima. Yang benar saja, sahabatnya sendiri menyuruhnya menghadap Tuhan. Sahabat macam apa! Ia berajak dari duduknya untuk mengejar sahabat laknatnya itu.

Dilain tempat ada 5 orang cowok yang sedang duduk di pinggir lapangan setelah tadi bermain bola basket dan membuat kelimanya kelelahan.

Sofyan salah satu dari mereka melepaskan kaos hitamnya. Membiarkan angin menerpa kulitnya dan membiarkan banyak pasang mata menatap takjub ke arah tubuh atletisnya. Tapi, ia tidak peduli yang penting ia tidak kegerahan lagi sekarang.

Dan dengan tidak sopannya Rasya memukul perut berotot Sofyan. "Pamer! Mentang-mentang badan lo bagus!" cibirnya dan mendapat delikan tajam dari yang dipukul. Sakit woy!

Sofyan berdecih, "Makanya olahraga jangan cuma bisanya joget-joget sok ganteng!"

"Yeuu! Iri bilang bos! Ahay papale papale pa pale pale!" ujarnya malah bernada. Dan Sofyan hanya bisa mendengkus, bosan mendengar semua nyanyian yang keluar dari mulut Rasya.

IK HOU VAN JOU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang