Elang dan teman-temannya sudah tiba di arena balapan yang ternyata sudah cukup ramai, mungkin dari kubu lawan.
Bak adegan slow motion, Elang melepaskan helmnya lalu menyisir rambut tebal itu ke belakang, baru setelahnya ia turun dari motor hitam kebanggaannya. Cowok itu berjalan mendekati orang yang sedari tadi berdiri tepat di depan motornya, lawannya.
"Apa kali ini?" tanya Elang menatap cowok di depannya dengan angkuh dan dingin sangat amat berbeda dengan Elang di waktu siang yang terlihat seperti orang konyol kalau kata Qia.
"Cewek gue," jawab orang tersebut, panggil saja Yoga. Musuh bebuyutan Elang sejak satu tahun lalu.
Elang mengerutkan keningnya. "Cewek lo?" ulangnya, memastikan.
Ayolah, sejauh ini jika ia balapan paling taruhannya uang atau tidak ya motor. Yakali orang dijadikan bahan taruhan, gila kali.
"Ya. Kenapa?" tanya Yoga, tangan kanannya bergerak merangkul cewek yang sedari tadi hanya diam. Cewek yang Elang ketahui namanya Rowena Mahadewi atau biasa dipanggil Rona.
"Nggak ada yang lebih menarik?" tanya Elang terdengar meremehkan bahan taruhan kali ini. Padahal di sisi hatinya yang lain dia sudah marah besar, entah untuk apa Elang saja tak tahu.
"Nope. Kalau lo menang dia buat lo, satu bulan."
"Selamanya,"
"Satu bu-"
"Selamanya atau nggak sama sekali. Mending lo ganti bahan taruhannya, daripada taruhan setengah-setengah," sela Elang cepat.
"Fine. Kalau lo menang dia jadi milik lo," putus Yoga sambil menepuk pundak Rona. Sedangkan Elang hanya mengangkat kedua bahunya lalu berjalan menuju motornya dan kembali memakai helm.
Manik obsidian milik Elang menatap tajam ke depan, ke perempuan yang berdiri diantara dirinya dan Yoga dengan kain merah di tangan. Elang menoleh ke samping saat merasa Yoga sedang memperhatikannya dan ternyata benar, maka dengan itu Elang balik menatap dengan tak kalah tajamnya. Sebelum akhirnya ia kembali menghadap depan.
"And. Go!" Perempuan itu menjatuhkan kain merah yang tadi dipegangnya membuat Elang maupun Yoga menarik gas motornya, memacu kendaraannya supaya tetap di depan.
Yoga memimpin dan Elang membiarkannya namun, ia juga tidak akan lengah. Elang tersenyum kecil di balik helm full facenya, sebelum akhirnya ia menarik gas motornya lebih kuat menyalip Yoga yang terlihat sedikit oleng. Dan Elang terus memimpin hingga pertandingan usai. Teman-temannya bersorak senang saat melihat ia lagi-lagi menang.
"Yuhu my bradeeer!!!"
"Elang kereeen!"
"Top markotop!" Seruan-seruan teman-temannya setia menemani kemengannya malam ini.
"Bangsat!" umpat Yoga yang baru sampai sekitar 30 detik sesudah Elang. Cowok itu membanting helmnya pada landasan pacu. Malu, kecewa, marah jadi satu.
Lalu Yoga terlihat berjalan menghampiri Rona, entah mengatakan apa sebelum akhirnya cewek tersebut berjalan menghampiri Elang yang setia duduk di atas motornya.
"Gue milik lo sekarang," kata cewek itu masih setia menunduk.
"I know," jawab Elang angkuh.
"Naik!" titah Elang kemudian. Mendengar itu Rona akhirnya mengangkat kepalanya, memandang ke arah Elang dengan pandangan bertanya.
"Apa?" Elang mengangkat satu alisnya, "Naik, gue anter lo pulang," final cowok itu dan kembali memakai helmnya. Sebelumnya ia sudah berpamitan dengan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IK HOU VAN JOU [Selesai]
Fiksi RemajaPerihal cinta dalam diam yang disimpan rapi oleh Aqia Kirania Beatarisa. Tapi, siapa yang tahu jika kesialannya di hari itu membuat perasaannya ternyata terbalaskan. "Senja dan kamu jelas berbeda, apalagi jika menyangkut kesukaan. Kamu lebih saya...