16. JINGGA DAN SENJA

34 4 24
                                    

Sore ini Qia memilih untuk berada di toko bunga milik ibunya guna melepas sejenak penatnya akan proposal. Fyi, sekarang dirinya menjabat sebagai sekertaris OSIS setelah senin kemarin pelantikan. Qia senang dan bersyukur tapi ya capek. Semua pekerjaan kan ada konsekuensinya, betul?

"Kak Jay, kak Bulan mana?" tanya Qia pada seorang pekerja cowok yang kebetulan ia kenal.

"Kan dia lagi ke Bandung," jawab seorang cowok yang Qia panggil kak Jay. Dirinya sedang melayani pelanggan ketika anak bosnya itu datang.

Jayden dan Rembulan dua pegawai tetap di toko bunga ibunya. Keduanya sudah sangat mengenal Qia dan Arka. Rembulan atau yang kerap disapa Bulan ini, mahasiswa arsitektur semester 4 sedangkan Jay dia hanyalah seorang lulusan SMK yang melamar kerja disana.

"Hah? Ngapain? Kok nggak bilang aku?" tanya Qia lagi. Ia menggantung tasnya digantikan dengan apron yang ia ambil untuk dikenakan.

"Ada projek apalah gue juga nggak tau, bukan anak Arsi," jawab Jay tanpa menoleh ke Qia. Sedangkan Qia berjalan menuju etalase, melihat aksesoris dan benda lain seperti pulpen yang bertema bunga.

"Oh, yayaya aku juga nggak tau. Ngomong-ngomong ibu nggak kesini?" Cewek yang masih menggunakan seragam sekolah itu menyampingkan badannya menghadap Jay dengan tangan kanan yang diletakan di atas etalase untuk menopang kepalanya.

Jay akhirnya menoleh ke arah Qia, meski hanya sebentar lalu kembali berkutat dengan mesin kasirnya. "Tadi kesini terus pulang," balas Jay kemudian berlalu menuju ruangan yang digunakan untuk merangkai bunga.

"Permisi,"

"Eh iya. Selamat datang di Arunika Florist, ada yang bisa saya bantu?" tanya Qia ramah.

"Saya mau ambil pesanan," balas si pembeli. Seorang laki-laki berpakaian rapi dengan kemeja flanel hitamnya.

'Mau ketemu pacar nih pasti,' ujar Qia dalam hati.

"Boleh, atas nama siapa?"

"Atas nama Dewangga," ujar orang itu yang Qia yakin bernama Dewangga.

"Oke tunggu sebentar ya kak saya ambil dulu pesanannya," kata Qia berjalan masuk ke ruangan yang tadi dimasuki Jay. Di dalamnya banyak sekali buket bunga entah itu pesanan atau yang sengaja dibuat. Dan karena banyaknya bunga membuat ruangannya sangat harum.

"Kak Jay ada yang ambil pesanan atas nama Dewangga," ujarnya membuat Jay mendongak dengan alis yang bertaut sebelum akhirnya menunjuk ke arah buket bunga mawar.

"Tuh yang mawar merah,"

"Oke makasih." Jay hanya mengangguk lalu kembali berkutat dengan kumpulan bunga tulip. Setelah mengambil buket bunga mawar tersebut Qia pun berjalan keluar ruangan, membawa buket bunganya dengan hati-hati.

"Buket bunga mawar atas nama Dewangga," ujar Qia membuat laki-laki tadi yang sedang melihat-lihat bunga menoleh ke arahnya.

"Ini bunganya mau dikasih card kak?" tanya Qia setelah Dewangga mendekat.

"Boleh,"

"Ada kata-kata yang mau disampaikan?" Qia kembali bertanya.

IK HOU VAN JOU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang