Elang berjalan tergesa menuju UKS. Dia ketiduran di kelas sampai jam pulang sudah lewat 10 menit, salahkan saja temannya yang tidak membangunkannya. Malah dia ditinggal pergi begitu saja, temen sialan memang.
Tubuhnya terus ia bawa ke UKS. Sekolahnya sudah nampak sepi, maklum bel pulang sudah lewat 10 menit yang lalu. Hanya tinggal beberapa siswa dan guru yang mungkin ada keperluan, atau ekstra mungkin. Tidak ada urusannya dengan Elang, karena urusannya sekarang adalah Qia.
Mungkin jika bukan karena Qia, dia tidak masalah ketiduran sebegitu lamanya. Tapi, ini menyangkut Qia. Tetangga yang merangkap sahabat dan sudah dia anggap adik. Qia sedang sakit, sangat tidak baik jika cewek itu memaksakan diri untuk pulang naik angkutan umum atau bus. Dan Elang yang harusnya mengantar malah- ah sudahlah.
"Qia!" panggil Elang membuka pintu UKS.
Kosong. Tidak ada siapapun, artinya Qia sudah pulang. Dengan siapa, itu pertanyaannya.
"Qia udah balik sama dua temen ceweknya tadi," ujar seorang cewek dari belakangnya yang seolah mengerti isi hati Elang.
Elang segera membalikan badannya. Menemukan cewek dengan beberapa barang seperti alat medis di pelukannya, ah anak PMR.
Cowok itu mengangguk dan berkata, "ya udah makasih infonya. Gue duluan!"
Setelah itu Elang pun pergi tanpa menunggu jawaban dari si cewek. Bukan pulang, Qia sudah pulang jadi lebih baik ia ke warnet bang Luke saja. Hitung-hitung untuk melepas penat.
Kalian tahu warnetkan? Itu loh warung internet. Meskipun sudah banyak game online yang dapat dimainkan lewat smartphone, namun Elang masih suka bermain game di warnet. Katanya sensasinya beda. Hitung-hitung ia lakukan supaya populasi warnet di dunia ini tidak punah. Baik bukan Elang? Jelas anaknya Abah.
"Bang Luke 2 jam ya!" seru Elang sudah sampai di warnet langganannya dan teman-teman. Letaknya tidak jauh dari sekolah yang membuatnya kerap kali membolos. Meski sudah ketahuan berkali-kali namun baik bang Luke atau anak-anak yang bolos, mereka tidak kapok. Bang Luke yang tetap membuka warnetnya dan anak-anak yang tetap datang ke warnetnya, bahkan pada jam pelajaran ada saja yang datang ke sini. Dia sih tidak merasa dirugikan, dia hanya mencari rejeki.
"5 jam juga nggak papa Lang!" sahut bang Luke.
Elang terkekeh. "Kalau 5 jam tapi bayarnya 2 jam tetep nggak papa bang?"
"Nggak papa, asal lo kasih ginjal lo ke gue!" sarkas bang Luke yang sebenarnya hanya candaan belaka. Yakali beneran, yang ada dia masuk penjara karena mengambil ginjal orang.
"Hahaha! Nggak mau, gue belom kawin!" tawa Elang keras, mengisi kehampaan diruangan warnet. Tidak hampa juga sebenarnya. Bagaimana bisa hampa kalau setiap saat ada saja suara orang mengumpat karena kalah dalam permainan.
"Kan lo punya dua!"
"Ginjal gue tinggal satu kalau lo lupa bang!" jawab Elang membetulkan. Ginjalnya memang tinggal satu, karena yang satu sudah dia donorkan untuk adiknya.
"Oh iya gue lupa!"
"Nggak papa, lupa manusiawi kok. Lagian lo udah tua jadi nggak heran kalau mulai pikun," ujar Elang santai sembari mulai menjalankan komputer di depannya.
Dan untuk umur sebenarnya bang Luke baru berusia 28 tahun, belum tua-tua amat. Elang saja yang suka memanggilnya pak tua atau paling menyebalkan bujang lapuk. Tidak takut dilempari komputer memang Elang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IK HOU VAN JOU [Selesai]
Novela JuvenilPerihal cinta dalam diam yang disimpan rapi oleh Aqia Kirania Beatarisa. Tapi, siapa yang tahu jika kesialannya di hari itu membuat perasaannya ternyata terbalaskan. "Senja dan kamu jelas berbeda, apalagi jika menyangkut kesukaan. Kamu lebih saya...