11. LUKA, KARMA DAN BALAP

52 6 27
                                    

Istilah tentang waktu yang berjalan cepat ternyata memang benar adanya. Buktinya sekarang Qia sudah berdiri di barisan paling depan memimpin anggota kelompoknya.

Jadi anak-anak Osis kelas 11 sama 10 memang dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anak kelas sebelas sebagai kambing alias kakak pembimbing. Dan Qia dia kambing kelompok 5. Setiap kelompok memiliki 5 sampai 6 anggota.

Saat ini mereka sedang berbaris di lapangan mengikuti acara pembukaan LDKS.

Fyi, mereka LDKS tidak di sekolah tapi, di sebuah lahan luas, kaya lapangan tapi bukan pokoknya luas. Mungkin semacam bekas sawah begitulah. Sekelilingnya banyak pohon-pohon besar. Mereka kaya di tengah hutan. Hawanya seger. Padahal ini masih di Jakarta. Tapi, tidak seperti lingkungan tempat Qia beraktivitas sehari-hari yang cenderung panas dan banyak polusi tentunya. Dan Qia suka disini.

Namun, sejak kedatangannya ke sini mata Qia tidak bisa berhenti memandang cowok yang sedang asik dengan kameranya, memotret berbagai momen yang tercipta. Dia, Hega.

Tentang anak klub fotografi yang akan ikut LDKS tentu Qia tahu. Hanya saja dia tidak tahu jika ketua klubnya yang akan turut serta, iya Hega adalah ketua klub fotografi di sekolah. Bukan hanya Hega sih sebenernya yang ikut ada beberapa anggota klub juga yang tidak Qia ketahui namanya tapi, tetap saja pandangannya selalu tertuju pada Hega. Cowok jangkung itu semakin menawan dengan kamera di tangannya.

"Pembacaan tata urutan acara LDKS!" Suara pembawa acara mengalihkan atensi Qia dari seorang Hega. Buru-buru ia kembali memperhatikan jalannya acara.

'Fokus Qi, fokus!' batin Qia berteriak.

Sekitar 20 menit kemudian acara pembukaan LDKS selesai dan digantikan dengan istirahat buat sholat ashar dan merapihkan tenda untuk tidur.

Karena kebetulan Qia sedang kedatangan tamu bulanan akhirnya ia hanya berdiam di tenda sambil merapikan barang-barang milik kelompoknya. Saat sedang sibuk merapikan tenda terdengar seseorang dari luar tendanya membuat ia keluar. Ternyata dia,

"Hega?" Qia sedikit terkejut melihat Hega yang berdiri di depan tendanya tanpa kamera yang dikalungkan di lehernya mungkin habis sholat.

"Oh, tenda kelompok kamu?" tanya Hega menunjuk tenda dengan dagunya yang tentunya mendapat anggukan dari Qia.

Merasa sedikit kurang nyaman Qia pun memilih untuk keluar dari tenda dan berdiri di depan Hega.

"Kenapa?" tanya Qia.

"Ada obat merah?" Hega balik bertanya.

"Buat siapa?"

"Saya. Ada?"

"Oh iya ada, bentar aku ambil dulu!" Cewek itu segera masuk ke dalam tenda lalu menggeledah tasnya untuk mengambil obat merah.

"Nih!" Qia kembali sembari menyodorkan obat merah pada Hega yang sudah duduk selonjoran di rumput.

"Apanya yang luka?" tanya Qia ikut duduk di samping Hega setelah cowok itu menerima obat merahnya.

"Kaki sama siku," jawab Hega yang sedang meneteskan obat merah ke kakinya.

"Kok bisa sih?" Pada dasarnya Qia memang banyak tanya orangnya. Meski perasaannya sudah campur aduk sejak kedatangan Hega, ia harus stay cool supaya Hega tidak curiga dia sedang canggung.

IK HOU VAN JOU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang