Semua yang disana tengah bersukacita merayakan hari jadi seorang perempuan cantik yang hari ini berusia 15 tahun. Sang tokoh utama tersenyum amat cantik, netranya berkilauan akibat pantulan lilin ulang tahun.
"Tiup lilinya sekarang juga..."
Lilin pun padam dan semua bertepuk tangan.
"Yeaay!" seru Pipit senang sambil ikut bertepuk tangan. Sang Ibu yang berada di sampingnya pun segera memeluk putri tercintanya.
"Selamat ulang tahun putri Umi. Jadi anak yang baik ya, nurut sama A'a sama Umi. Semoga semesta membiarkan mu terus berbahagia!" Ucapan menyentuh dari seorang wanita yang melahirkan Pipit ke dunia. Mengharapkan anaknya senantiasa dibuat bahagia oleh semesta.
"Makasih juga Umi udah melahirkan Pipit ke dunia. Pipit sayang Umi!" balas Pipit memeluk ibunya erat.
"A'a nggak mau peluk Pipit?" tanya Pipit sambil merentangkan tangannya meminta pelukan dari Elang.
"Nggak, lo bau!" canda Elang. Meski bilangnya begitu tetap saja cowok sagitarius itu memeluk adik perempuannya sangat erat.
"Tetap bahagia Pipit!" Pesannya yang lantas mendapat anggukan dari Pipit.
"Kakak nggak mau peluk Ibu?" Tanya bu Rahma lirih, menyenggol lengan Qia.
"Nggak, kan ulang tahun kakak masih lama," balas Qia tertawa melihat mata berkaca-kaca ibunya.
"Bercanda." Qia pun memeluk ibunya begitu erat.
Setelah acara tiup lilin dan potong kue mereka pun sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Kalau Pipit sih masih mengobrol dengan teman-temannya. Ada yang sedang foto-foto juga. Sedangkan Qia sendiri sedang duduk memakan kue ulang tahun. Kalau ibunya sudah pulang beberapa menit lalu.
"Qia nggak sama Elang di depan?" tanya Umi yang datang untuk mengambil makanan ringan.
"Nggak ah Mi, males jadi obat nyamuk," jawab Qia tetap fokus pada kuenya. Memang benar dia malas bersama Elang, sebab cowok itu sedang berduaan dengan Rona. Dasar! Bilangnya bukan pacar tapi, berduaan terus.
"Makanya kamu cari juga dong," ujar Umi.
"Iya Mi kapan-kapan. Ngomong-ngomong Rona pertama kali kesini Mi?" tanya Qia penasaran.
Umi menutup toples yang selesai ia isi dengan kue kering. "Udah beberapa kali sih, dia juga sempat bantuin Umi masak. Masakannya enak loh," jawabnya membuat Qia manggut-manggut.
"Eh Qi, Arkanya kemana ya?" Pertanyaan Umi membuat sendok berisi kue menggantung di udara, urung Qia suap.
"Oh iya ya, Arka mana ya Mi?" tanyanya balik membuat Umi tertawa.
"Kamu ini gimana, malah tanya balik."
"Dia keluar rumah pagi banget padahal, katanya mau nyiapin sesuatu buat Pipit. Tapi, apa ya-"
"ASSALAMUALLAIKUM PIPIT!" Suara ramai dari arah depan rumah keluarga Elang membuat Qia dan Umi saling melihat lantas buru-buru keluar yang ternyata Pipit, teman-teman cewek itu, Elang beserta Rona sudah duluan keluar.
Di depan rumah sudah banyak anak-anak kecil, anak kompleks lebih tepatnya. Beberapa diantara mereka ada yang membawa terompet tahun baru, drum mainan, serta botol yang dibunyikan dengan sedotan stainless. Dan paling penting adalah ada Arka yang membawa kertas karton besar bertuliskan 'HAPPY BIRTHDAY PIPIT!' yang banyak terdapat tanda tangan disana.
"SELAMAT ULANG TAHUN PIPIT!!" seru mereka dengan riang. Dan semua yang dari dalam rumah hanya bisa menatap speechless. Kaget dengan kejutan yang sudah pasti dirancang oleh Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
IK HOU VAN JOU [Selesai]
Novela JuvenilPerihal cinta dalam diam yang disimpan rapi oleh Aqia Kirania Beatarisa. Tapi, siapa yang tahu jika kesialannya di hari itu membuat perasaannya ternyata terbalaskan. "Senja dan kamu jelas berbeda, apalagi jika menyangkut kesukaan. Kamu lebih saya...