Senin pagi kali ini Qia sudah dibuat lari-larian menuju halte. Arka yang sedang menginap di rumah eyang membuatnya harus naik angkot atau bus agar sampai ke sekolahnya. Masih dengan kondisi menormalkan nafasnya sebuah angkot datang, membuat Qia mengucap syukur banyak-banyak.
Sekitar 15 menit perjalanan akhirnya angkot berhenti tepat di depan SMA Adiwangsa, sekolah kebanggaanya. Tanpa menunggu lama setelah membayar angkot, cewek yang menenteng tas laptop itu berjalan memasuki sekolahnya bersama dengan siswa-siswi lain. Qia berjalan naik ke ke lantai dua di mana kelasnya berada. Ia masuk ke kelasnya hanya untuk menaruh tas dan laptopnya tak lupa untuk menyapa kedua sahabatnya, baru setelahnya ia turun ke lapangan untuk menyiapkan upacara hari Senin bersama rekan OSIS-nya.
Setelah bel berbunyi semua siswa-siswi dan guru pun keluar untuk melaksanakan upacara. Kali ini tugas Qia untuk razia jadi selama pembina sedang melakukan amanat ia berkeliling mencari siswa-siswi yang tidak lengkap atributnya. Selama berkeliling aman-aman saja hingga matanya menangkan seorang siswa yang tak memakai topinya. Tanpa menunggu lagi cewek itu berjalan mendekat lalu menepuk pundak siswa tersebut.
"Permisi. Tolong baris di belakang ya!" Pelan namun tegas, itulah Qia. Saat cowok itu berbalik membuatnya sedikit terkejut.
"Loh Argo? Kenapa nggak pake topi?" tanyanya pada Argo, ah dia tidak sadar dia baru saja memasuki barisan XI MIPA 1 di mana itu adalah kelasnya Hega. Dan sepertinya cewek itu lupa.
"Gue kasih ke temen lo," balas Argo.
Qia mengerutkan keningnya lalu menengok ke Argo yang berjalan di belakangnya. "Siapa? Carra? Kok bisa sih dia nggak bawa topi?" tanyanya.
"Ya mana gue tau, otaknya ketinggalan kali."
"Haha iya kali, yaudah lo baris di sini sama yang lain ya," ujar Qia dan berjalan menjauhi barisan untuk kembali melakukan razia. Ia menggelengkan kepalanya ketika mengingat kembali perkataan Argo.
"Harusnya gue nggak kaget kan dia Argo," gumamnya.
Upacara sudah selesai 5 menit lalu para siswa-siswi sudah kembali ke kelas masing-masing untuk melakukan kebersihan sedangkan yang tadi tidak mengenakan atribut tidak lengkap dihukum untuk membersihkan lingkungan sekolah seperti, lapangan, taman, dan ada yang ditugaskan untuk membersihkan perpustakaan juga. Kenapa melakukan kebersihan karena memang sudah tidak ada pelajaran, mereka tinggal menunggu hasil ulangan alias rapor.
"Qi aula udah siap?" tanya Kresna, ketua OSIS barunya SMA Adiwangsa.
Qia melihat ke arah Kresna sebentar sebelum akhirnya kembali menatap laptopnya. "Aman," balasnya singkat.
"Gue panggil ketua kelas sama ketua organisasi sekarang ya?" Kresna kembali mengajukan pertanyaan.
"Iyaa Kresna." Dan cowok berperawakan tinggi itu pun berjalan keluar aula.
Tak lama dari kepergian Kresna mulai berdatangan ketua kelas dan ketua organisasi ke dalam aula. Qia dan rekan OSIS yang lain pun mengarahkan mereka ke tempat duduk masing-masing. Dari banyaknya yang datang tentu saja ada Hega, perlu diingat dia adalah ketua dari klub fotografi.
"Eh, Hega?" sapa Qia pelan membuat yang disapa menoleh.
"Hai," balas cowok itu sambil mengangguk dan kembali berjalan seolah tak ada apapun.
"Eyy!" Tiba-tiba Yuna menyenggol bahu kirinya jangan lupakan wajah meledeknya.
"Apa? Sakit tau!" protes Qia. Yuna itu orang yang paling dekat dengannya di OSIS. Apapun keluhan tentang OSIS pasti Qia akan selalu cerita sama Yuna, begitu pun sebaliknya.
"Tadi apaan tuh? Nyapa-nyapa, bentar lagi ada berita sekertaris OSIS menjalin hubungan dengan ketua klub fotografi, ahayy!"
"Apaan sih lo? Aneh. Lo kira gue artis apa sampe ada berita kek gitu?" Sinis Qia.
KAMU SEDANG MEMBACA
IK HOU VAN JOU [Selesai]
Teen FictionPerihal cinta dalam diam yang disimpan rapi oleh Aqia Kirania Beatarisa. Tapi, siapa yang tahu jika kesialannya di hari itu membuat perasaannya ternyata terbalaskan. "Senja dan kamu jelas berbeda, apalagi jika menyangkut kesukaan. Kamu lebih saya...