13. OSIS

35 4 24
                                    

Sang surya sudah tenggelam di ufuk barat yang artinya malam telah tiba. Acara malam ini hanya api unggun dan kata-kata perpisahan dari OSIS kelas 12. Namun, sedari tadi Qia ribut sendiri. Entah apa yang ia cari sampai tasnya bahkan satu tenda ia geledah.

Safa yang satu tenda dengan kakak kelasnya itupun sedikit capek dengan tingkah Qia. "Kak, nyari apasih?" tanya Safa pada akhirnya.

"Buku," jawab Qia tanpa menoleh ke Safa yang di belakangnya. Tangannya terus menggeledah isi tenda.

"Buku apa? Buku osis kakak kan di Jingga,"

"Bukan buku osis. Tapi, sketchbook."

"Cari nanti lagi aja kak, acaranya mau mulai," usul Safa meski dalam pikirannya ikut memikirkan kemana perginya sketchbook milik kakak pembimbingnya itu.

Aqia menghela nafasnya kasar. Mungkin dia tidak akan sepanik ini jika dalam sketchbook itu bukan berisi sketsa yang ia buat. Dan jangan lupakan tulisan disetiap balik sketsanya. Dimana menurutnya apabila orang lain melihat maka habis sudah hidupnya.

"Kak?" panggil Safa saat mendapati kakak kelasnya terbengong di dalam tenda.

"Eh, iya. Bentar Saf, aku ambil jaket," sahut Aqia, mengambil jaket dari dalam ranselnya.

"Kamu nggak pake jaket Saf?" tanya Qia melihat sebentar ke arah Safa yang menggunakan kaos lengan panjang, lalu beralih menatap ke arah tangannya yang sedang mengikat tali sepatu.

"Nggak ah kak, dinginnya malam nggak sedingin sikap dia," jawab Safa membuat Qia yang sedang menutup tenda tertawa pelan.

"Dasar!" Qia lalu merangkul adik kelasnya itu dan mereka berjalan ke arah lapangan sambil cerita. Terutama cerita tentang dia yang dingin. Setelah sampai mereka mengambil duduk di space yang masih kosong. Semua yang hadir disana duduk melingkari api unggun.

"Halo selamat malam teman-teman semua!" sapa kak Retno tanpa menggunakan megafon namun, karena sunyinya malam membuat suaranya terdengar jelas.

"Malam kak!" sahut semua yang disana dengan semangat.

"Wah keliatan pada semangat banget nih, bagus deh kalau gitu. Disini kita seneng-seneng aja, have fun, kita nyanyi-nyanyi, cerita-cerita. Ya pokoknya asikin aja dan ingat jangan ada yang ngelamun, bahaya. Oke?"

"Oke kak!"

"Bagus! Kita mau ngapain dulu nih kak Jihan, kak Ghani?" tanya kak Retno pada rekannya.

"Mmm, gimana kalau kita tanya-tanya sama anak kelas 10 alasan mereka masuk OSIS?" usul Kak Jihan membuat sebagian anak Osis kelas 10 gelagapan termasuk Jingga yang sedari tadi meremas tangan Qia.

"Kenapa Jingga?" tanya Qia menoleh ke Jingga lalu beralih ke tangannya.

"Deg-degan atuh kak," balas Jingga menatap Qia dengan pandangan khawatir.

"It's okay, nggak papa kamu tinggal jawab jujur. Alasan kamu masuk OSIS nggak aneh-aneh kan?" tanya Qia lagi dengan sedikit kalimat menenangkan. Adik kelasnya yang satu ini memang sedikit berbeda. Anaknya mudah khawatir, sedikit penakut dan tidak percaya diri. Tapi, Qia tahu kalau Jingga adalah anak yang berani sebenarnya hanya masih ragu dengan kemampuan dirinya. Dan hal yang harus Qia lakukan adalah membantu untuk menyakinkan.

IK HOU VAN JOU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang