8. GAMBAR

52 8 19
                                    

Semenjak kejadian di Lab dua minggu lalu Qia masih tetap suka dengan Hega mungkin tambah suka. Dia sangat senang dapat sedekat itu dengan Hega seolah mereka memang dekat. Nyatanya tidak. Miris.

Kalian ingat tentang olimpiade fisika yang Hega ikuti? Seperti dugaan kalian Hega mendapat mendali emas, hebat ya dia.

Dan dari pidato panjang kepala sekolah waktu upacara Qia mendapat info bahwa pada liburan semester nanti Hega akan ke Semarang untuk mendapat pelatihan dan untuk olimpiade tentunya. Mewakili DKI Jakarta, sungguh hebat!

Seandainya Qia memiliki keberanian lebih pasti dia sudah memberi selamat dan semangat untuk Hega. Tapi, itu hanya seandainya. Karena kenyataannya Qia masih sama dengan Qia yang dulu.

Menganggumi, mencintai, dan memberi semangat dari jauh. Yang hanya dapat ia katakan dalam hatinya.

Seperti sekarang, lagi dan lagi cewek itu duduk di depan kelasnya menundukan kepalanya menonton Hega yang sedang bermain basket dengan anak kelasnya di lapangan. Sungguh keberuntungan kelasnya di lantai 2, membuatnya bebas dan mudah memperhatikan Hega.

Guru-guru sedang mengadakan rapat membahas UTS yang tinggal menghitung hari menjadikan banyak siswa yang berkeliaran keluar kelas. Begitupun dengan Qia, ia lebih memilih duduk di teras kelasnya memperhatikan Hega daripada ikut bermain Uno dengan anak kelas. Lagian Qia juga tidak mengerti cara mainnya.

Membicarakan soal UTS Qia jadi ingat perkataan Hega di Lab waktu itu.

'Belajar lebih lagi, bulan depan UTS.'

Kalimat singkat itu sungguh menghipnotis Qia. Bukan membuatnya menjadi suka fisika. Tapi, malah semakin membuatnya suka dengan Hega. Beginilah jika sedang dimabuk asmara.

"ARGO!" Teriakan keras dari arah sampingnya membuat Qia mengangkat kepalanya cepat.

Kalian pasti tahu dia siapa. Orang yang urat malunya sudah putus. Carra Alsava Felicity, sahabat kampretnya. Qia hanya dapat menghela nafasnya, lelah dengan segala tingkah Carra yang selalu bar-bar jika berhubungan dengan Argo.

Dan tentu saja suara nyaring Carra mengundang perhatian semua orang yang sedang istirahat setelah bermain basket dan yang sedang di luar kelas. Membuat Qia kembali menundukkan kepalanya, sungguh dia malu.

"Hai Carra!"

Jelas sapaan itu bukan dari Argo. Itu dari Rasya, sahabat Argo. Secara harfiah juga sangat tidak mungkin Argo akan menyapa Carra yang notabanenya penggangu cowok bermulut pedas itu.

Namun, Carra tetaplah Carra meskipun diabaikan oleh Argo ia tetap mengembangkannya senyumnya. "Hai Rasya! Rasya bilangin temennya dong buat sapa Carra!" balas Carra melirik Argo.

"Argo lagi sariawan Carr, jadi mingkem mulu!" ujar Rasya.

Mereka berdua mungkin lupa dengan sekitar, berteriak seperti di hutan.

"Ya udah bilangin aja suruh dia makan sambel supaya sariawannya cepat sembuh!"

"Hahaha iya!"

"Go itu disuruh makan sambel," Rasya menyenggol Argo yang sedang duduk di sebelahnya.

"Berisik!"

"Carra kata Argo berisik!" adu Rasya dan melihat raut wajah Carra yang berubah muram namun segera ia ubah dengan senyumnya.

"Iya nggak papa, Carra emang berisik kok!"

"Katanya Carra emang berisik Go,"

"Hmm, suruh dia masuk kelas. Ganggu!" kata Argo pedas.

IK HOU VAN JOU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang